Harapan Muslim Prancis untuk memiliki kompleks pemakaman umum akhirnya terwujud, dengan dibukanya pemakaman Muslim di kota Strasbourg seluas 1,5 hektar, lansir Deutsche Welle (13/02/2012).
"Luar biasa, ini saat yang bersejarah," kata Habiba Al-Aabqary dari Dewan Regional Muslim Alsace (CRCM Alsace) pada upacara pembukaan yang dihadiri tokoh-tokoh Muslim dan pejabat setempat.
"Ini merupakan mimpi umat Muslim selama bertahun-tahun. Kami betul-betul bangga dan juga sangat gembira," kata perempuan berkerudung itu.
Dengan luas sekitar dua kali lapangan sepak bola, lahan kompleks pemakaman dengan kapasitas sekitar 1.000 makam itu ditutupi rerumputan dan dihiasi pepohonan. Tembok tinggi memagari sekelilingnya dengan gerbang besi yang mengesankan. Pemakaman yang menghadap ke Makkah itu dilengkapi dengan tempat shalat dan berwudhu.
Seperti kota-kota lain di Prancis, Strasbourg memiliki sejumlah blok khusus Muslim di dalam taman pemakaman umum, tetapi sektor khusus ini sudah penuh.
Hukum Prancis yang menyerukan pemisahan antara gereja dan negara berarti, mayoritas taman pemakaman umum yang didanai oleh pajak tidak bisa diafiliasikan dengan agama apapun. Pemakaman umum harus terbuka bagi siapapun yang hendak dikuburkan di sana. Tetapi undang-undang ini tidak berlaku di wilayah timur Alsace di mana Strasbourg berlokasi, karena provinsi ini bukanlah bagian dari Prancis tahun 1905, ketika undang-undang itu diberlakukan.
Alsace adalah salah satu kawasan paling konservatif di Prancis, di mana partai ekstrim kanan Front Nasional secara tetap menerima sampai 30 persen suara dalam pemilu. Tahun 2010, provinsi ini menyaksikan serangkaian aksi serangan terhadap Muslim dan Yahudi. Makam Muslim di kawasan ini kerap dengan slogan dan grafiti neo-Nazi. Meski demikian, dewan baru Strasbourg yang sejak 2010 didominasi kelompok kiri berupaya mengakomodasi kebutuhan warga Muslim. Tahun 2010 dewan kota praja dengan suara bulat sepakat untuk mendanai pemakaman Muslim sebesar 800.000 Euro atau sekitar 9,5 milyar rupiah. Setahun kemudian, dewan menyetujui rancang bangun dua masjid baru.
“Jika sebuah komunitas agama merasa betul-betul kerasan di sebuah kota, mereka harus dibantu dalam membangun tempat untuk bersembahyang dan untuk menguburkan umatnya," kata Walikota Strasbourg Roland Ries.
Pemakaman Muslim lainnya, di Marseille dan Bobigny di pinggiran Paris, lebih merupakan inisiatif pribadi dan bukan pemerintah setempat.
Kebutuhan tempat pemakaman muslim di Prancis meningkat, menurut ketua Dewan Regional Muslim Alsace, Erkin Açikel, karena generasi berikutnya dari pendatang Muslim di Prancis lebih ingin dikuburkan di Perancis, sementara orangtua mereka yang lebih memilih dimakamkan di negara asalnya.
"Saya berencana menikah dan membesarkan anak-anak saya di sini. Dengan begitu, saya harap anak-anak saya bisa berziarah ke makam saya," kata konsultan keuangan Chargui. "Saya tak mau mereka merasa terpaksa untuk kembali ke Maroko, untuk menziarahi saya."
Berdasarkan penelitian, Dewan Regional Muslim Rhone-Alpes memperkirakan Prancis perlu menaikkan jumlah blok makam muslim sebanyak 300% untuk memenuhi permintaan kebutuhan tempat pemakaman.*
Red: Dija
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah
0komentar :
Posting Komentar