Mengenal Madinah
Dulu, kota ini bernama Yatsrib. Setelah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berhijrah ke kota ini, selanjutnya kota ini sering dikenal dengan “Madinatur Rasul”. Kemudian, orang menyebut kota ini dengan “Al-Madinah”.
Kota Al-Madinah memiliki banyak nama; ada sekitar 29 nama. Di antara nama tersebut adalah:
Thabah (yang baik). Ini berdasarkan riwayat bahwa ketika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pulang dari Tabuk dan hendak memasuki kota Madinah, beliau mengatakan, “Ini (Madinah) adalah Thabah ….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Thayibah. Ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang Madinah, “Ini adalah kota Thayibah, yang menghilangkan kotoran (manusia munafik) sebagaimana api menghilangkan kotoran dari perak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Mahabah dan Al-Mahbub.
Yatsrib. Ini adalah nama kota Madinah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Di antara nama yang lain adalah An-Najiyah, Al-Mubarakah, Al-Majinnah, Al-Marzuqah, Asy-Syafiyah, Al-Mahfufah, Al-Marhumah, Al-Qudsiyah, Darul Hijrah, dan Al-Jabirah.
Posisi Geografis
Secara geografis, kota ini berupa dataran yang dikelilingi gunung dan bukit-bukit, serta beriklim gurun. Suhu tertinggi berkisar antara 30 °C sampai 45 °C pada waktu musim panas, dan suhu rata-rata berkisar antara 10 °C sampai 25 °C.
Keutamaan Kota Madinah, Semoga Kita Bisa Mengunjunginya
Begitu banyak peninggalan-peninggalan bersejarah dengan nilai-nilai keimanan tinggi terkumpul di Madinah. Keutamaan dan kemuliaan kota Madinah menghiasi pendengaran dan penglihatan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan kota Madinah sebaik-baik tempat setelah Makkah Al Mukarramah. Tempat diturunkannya wahyu dan tempat bertemunya antara Muhajirin dan Anshor, dan di dalamnya ditegakkan bendera jihad fi sabilillah dan tersebarnya Al Islam keseluruh penjuru alam. Banyak hadist Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan sisi-sisi keutamaan kota Madinah. Diantaranya adalah:
1. Madinah Sebagai Kota Suci
Madinah oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dijadikan sebagai kota suci. Di sinilah Islam tumbuh, berkembang, dan menyebar luas, sehingga semesta yang pada waktu itu tertutup oleh kegelapan jahiliyah menjadi terang benderang oleh cahaya Islam.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid bin `Ashim Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَدَعَا لِأَهْلِهَا وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ كَمَا حَرَّمَ إِبْرَاهِيمُ مَكَّةَ وَإِنِّي دَعَوْتُ فِي صَاعِهَا وَمُدِّهَا بِمِثْلَيْ مَا دَعَا بِهِ إِبْرَاهِيمُ لِأَهْلِ مَكَّةَ
"Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Makkah dan mendoakan penduduknya dan sesungguhnya aku mengharamkan Madinah sebagaimana Ibrahim telah mengharamkan Makkah. Dan sesungguhnya aku juga berdoa agar setiap sha` dan mudnya diberkahi dua kali lipat dari yang didoakan Ibrahim untuk penduduk Makkah." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ إِبْرَاهِيْمَ حَرَّمَ مَكَّةَ. وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِيْنَةَ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا. لاَ يُقْطَعُ عِضَاهُهَا وَلاَ يُصَادُ صَيْدُها
"Sesungguhnya Ibrahim menjadikan Makkah Tanah Suci dan aku menjadikan Madinah Tanah Suci di antara tepinya. Tidak boleh ditebang kayu berdurinya dan tidak boleh diburu binatang buruannya." (HR. Al-Bukhari)
Dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan batasan-batasan tanah haram di Madinah. Wilayah haram membentang dari Gunung Tsaur (yang merupakan perbatasan sebelah utara) hingga Gunung I'er (yang merupakan perbatasan sebelah selatan). Dan dari Harroh Waqim (yang merupakan perbatasan sebelah timur) hingga Harroh Wabroh (yang merupakan perbatasan sebelah barat).
2. Jaminan Syafaat Bagi Orang yang Menanggung Kesusahan di Madinah dan Meninggal di Dalamnya
Ini merupakan sebuah kehormatan bagi penduduk Madinah atau yang menziarahinya apabila meninggal di dalamnya. Rasullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya agar menutup usia di Kota tersebut. Beliau bersabda,
“Siapa yang mampu menutup usia di Madinah, maka hendaklah dia meninggal di sana, karena aku memberi Safa`at pada orang yang meninggal di sana.”( HR. Tirmizi dan Ahmad)
Diriwayatkan dari Sa'id bin Abu Sa'id dari Abu Sa'id maula Al-Mahri, dia datang kepada Abu Sa'id Al Khudri Radhiyallahu 'Anhu di malam peristiwa Al-Harrah meminta nasehatnya untuk keluar dari Madinah, seraya mengeluhkan harga barang-barang yang tinggi dan ia mempunyai banyak tanggungan. Dia menyampaikan, sudah tidak mampu lagi menanggung cobaan dan kesulitan hidup Madinah. Lalu Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu menjawab, “Celakalah engkau! Aku tidak merestuimu untuk melakukan hal itu, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
لَا يَصْبِرُ أَحَدٌ عَلَى لَأْوَائِهَا فَيَمُوتَ إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا أَوْ شَهِيدًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا كَانَ مُسْلِمًا
"Tidaklah seseorang yang tetap tinggal (di Madinah), bersabar dengan cobaan dan kesukarannya lalu meninggal di sana, melainkan aku akan memberi Safa'at dan menjadi saksinya pada hari kiamat, jika ia seorang muslim.”(HR. Muslim)
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ صَبَرَ عَلَى لَأْوَائِهَا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا أَوْ شَهِيدًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Siapa bersabar dengan kesukaran di Madinah, maka aku akan memberi syafa'at atau menjadi saksi untuknya pada hari Kiamat." (HR. Muslim)
Dalam sabdanya yang lain,
مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَفْعَلْ فَإِنِّي أَشْهَدُ لِمَنْ مَاتَ بِهَا
Siapa di antara kalian yang bisa meninggal di Madinah, hendaklah dia berusaha ke arah itu. Karena sesungguhnya Aku menjadi saksi bagi siapa yang meninggal di sana." (HR. Muslim dari Ibnu Umar)
Amirul Mukminin, Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu pernah berkeinginan meninggal di kota Madinah, beliau berdoa,
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Ya Allah, karuniakanlah aku syahid di jalan-Mu dan jadikan kematianku di negeri Rasul-Mu Shallallahu 'Alaihi Wasallam (Madinah)." (HR. Bukhari)
3. Tempat Kembalinya Keimanan
Tidak diragukan lagi, Madinah adalah ibukota pertama umat Islam dan darinya tersebar Islam keseluruh penjuru alam. Dan setiap muslim menyimpan rasa rindu untuk menziarahinya dan karena kecintaannya kepada Rasulullah Shalallahu A'laihi Wasallam.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ الْإِيمَانَ لَيَأْرِزُ إِلَى الْمَدِينَةِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا
“Sesungguhnya keimanan akan kembali ke Madinah seperti kembalinya seekor ular ke dalam lubangnya.”( HR. Bukhari dan Muslim)
4. Bebas dari Thaun dan Dajjal
Salah satu keutamaan kota Madinah lainnya adalah ia dijaga oleh para Malaikat sehingga tha’un—yaitu wabah penyakit menular yang bisa memusnahkan semua penduduk suatu negeri— dan Dajjal tidak bisa memasukinya. Banyak hadits-hadits shahih yang menjelaskan tentangnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Di pintu-pintu masuk Madinah terdapat para malaikat sehingga wabah tha’un dan Dajjal tidak bisa memasukinya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain, diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Tidaklah setiap negri melainkan Dajjal akan menginjakkan kakinya di sana kecuali Makkah dan Madinah. Dan tidaklah setiap pintu masuk kota tersebut melainkan ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Lalu Dajjal singgah di Sapha, kemudian Madinah berguncang tiga kali dan melemparkan setiap orang kafir dan munafik dari dalamnya menuju ke tempat Dajjal." (HR. Bukhari dan Muslim, redaksinya berasal dari Muslim)
5. Madinah Adalah Tempat Yang Penuh Barakah Dan Kebaikan
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau bersabda tentang kota Madinah,
إِنَّهَا طَيْبَةُ يَعْنِي الْمَدِينَةَ وَإِنَّهَا تَنْفِي الْخَبَثَ كَمَا تَنْفِي النَّارُ خَبَثَ الْفِضَّةِ
"Ia Thaibah, yaiut Madinah. Ia menghilangkan segala keburukan sebagaimana api yang menghilangkan kotoran pada perak." (HR. Muslim)
Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata, "Kami tiba di Madinah ketika kota tersebut dilanda wabah penyakit sehingga Abu Bakar dan Bilal mengeluhkan keadaan itu. Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyaksikan keluhan para sahabatnya, beliau berdoa:
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَمَا حَبَّبْتَ مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ وَصَحِّحْهَا وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِهَا وَمُدِّهَا وَحَوِّلْ حُمَّاهَا إِلَى الْجُحْفَةِ
" Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada Madinah sebagaimana Engkau membuat kami mencintai Makkah bahkan lebih besar lagi, bersihkanlah lingkungannya, berkatilah untuk kami dalam setiap sha` serta mudnya (sukatan) dan alihkanlah wabah penyakit (Madinah) ke daerah Juhfah." (HR. Muslim)
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَدَعَا لِأَهْلِهَا وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ كَمَا حَرَّمَ إِبْرَاهِيمُ مَكَّةَ وَإِنِّي دَعَوْتُ فِي صَاعِهَا وَمُدِّهَا بِمِثْلَيْ مَا دَعَا بِهِ إِبْرَاهِيمُ لِأَهْلِ مَكَّةَ
"Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Makkah dan mendoakan penduduknya dan sesungguhnya aku mengharamkan Madinah sebagaimana Ibrahim telah mengharamkan Makkah. Dan sesungguhnya aku juga berdoa agar setiap sha` dan mudnya diberkahi dua kali lipat dari yang didoakan Ibrahim untuk penduduk Makkah." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
6. Memiliki Beberapa Nama yang Mulia
Madinah memiliki nama banyak yang menunjukkan akan kedudukannya yang tinggi. Tetapi hanya ada enam nama yang tersebutkan dalam hadits-hadits shahih, yaitu:
a. Yatsrib, ini adalah nama Madinah di zaman jahiliah. Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menggantinya karena maknanya yang buruk dan melarang menggunakan nama ini setelah Islam.
b. Al-Madinah, merupakan nama yang terkenal setelah hijrah. Telah datang banyak penyebutannya dalam Al Quran dan As Sunnah shahihah.
c. Thobah & Thoibah, kedua nama ini diberikan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
d. Ad Daar wal Iman, datang penyebutan kedua nama ini dalam Al-Quran Al-Karim pada firman Allah 'Azza wa Jalla,
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Ad Daar wal Iman(yaitu kota Madinah) sebelum mereka." (QS. 59:9)
Masih banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan keutamaan kota Madinah. Semoga ada niat besar dalam diri kita untuk menziarahinya, karena Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إلَّا إلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ : الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ ، وَمَسْجِدِي هَذَا ، وَالْمَسْجِدُ الْأَقْصَى
"Janganlah memaksakan bersafar (ke tempat tertentu karena keutamaan tempat tersebut) kecuali untuk pergi ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha." (Muttafaq 'Alaih).
GAMBARAN TENTANG MADINAH Al MUNAWWARAH Nama-nama Kota Madinah
Sebelum Rasulullah berhjrah, kota madinah bernama Yatsrib atau Tatsib, yang berarti menjelekkan atau menghinakan. Oleh sebab itu, ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallamberhijrah kesana beliau menggantinya dengan nama yang lebih baik dan memiliki arti yang baik pula, yaitu Thayyibah atau Thabah, yang berarti baik. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Rasulullah, “Sesungguhnya ia (Madinah) adalah Thayyibah, sesungguhnya ia dapat menghapus dosa sebagaimana api dapat menghapus kotoran perak.” (HR. Muslim).
Kebaikan Madinah itu meliputi segala hal yang ada di dalamnya, mulai dari udara, debu, kurma, para penghuninya dan lain sebagainya. Sebagaimana yang telah diterangkan dalam sebuah riwayat, bahwa jika ada penduduk Madinah yang mengeluh kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallamkarena menderita sakit atau luka, maka beliau meletakkan tangannya di tanah kemudian mengangkatnya seraya bersabda, “Dengan menyebut nama Allah, tanah kami yang baik ini, semoga dapat menyembuhkan orang-orang yang sakit diantara kami dengan izin Tuhan kami.” (HR. Muslim).
Selain Thayyibah dan Thabah, Madinah juga masih mempunyai nama-nama yang lain lagi, diantaranya yaitu:
1. Al Imam | 11. Qalbul Imam | 21. Al Buhairah |
2. Darussalam | 12. Al Mahfufah | 22. Al Mukhatarah |
3. Darul Imam | 13. Al Marhumah | 23. Zhubaba |
4. Al Barrah | 14. Al Buhairah | 24. Al Haram |
5. Thaib | 15. Al Bahirah | 25. Al Mubarakah |
6. Darul Fath | 16. Dzat Nakhla | 26. Hasanah |
7. Darul Hijrah | 17. Al Madinah | 27. Haram Rasulullah |
8. Qaryatul Anshor | 18. Al Mahbubah | 28. Al Makinah |
9. Al Mu’minah | 19. Darus Sanah | 29. Al Marzuqah |
10. Darul Abrar | 20. Al Birrah | 30. Qubatul Islam |
Dan masih banyak lagi yang lainnya, yang kesemuanya itu mengandung makna yang sangat tinggi.
Batas-batas Wilayah Madinah
- Sebelah Barat, dibatasi oleh daerah wabarah lama, yaitu hamparan tanah yang diliputi oleh bebatuan hitam. Di sebelah Timur Laut kawasana ini terdapat pula perkampungan Bani Salimah yang berdekatan dengan masjid Qiblatain. Di ujung Baratnya terdapat istana Urwah bin Zubair dengan sumur dan ladangnya. Di sebelah Barat Dayanya terdapat sebuah gedung pertemuan Quba’ dan perkampuan Bani Quaiqa’.
- Sebelah Timur, dibatasi oleh daerah Waqim Lama, yakni daerah yang diliputi bebatuan hitam seperti bebatuan yang terbakar oleh sinar matahari. Di sebelah Timur Quba’ ada perkampungan Bani Quraidhah dan Bani Dhufr. Di sebelah Timur sedikit ada perkampungan Bani Asyhal. Dan di sebelah Utara ada perkampungan Bani Haritsah.
- Sebelah Selatan, dibatasi oleh gunung ‘Asyr, yaitu pegunungan tertinggi di Madinah setelah gunung Uhud. Dengan ketinggian sekitar 1 km.
- Sebelah Utara, dibatasi oleh gunung Tsur, yaitu deretan pegunungan kecil berwarna kemerah-merahan yang berada di balik gunung Uhud.
Keutamaan-keutamaan Kota Madinah
- Doa Rasulullah tentang Madinah. Dari Aisyah, Rasulullah berdoa, “Wahai Tuhanku, berilah kecintaan kami kepada Madinah, sebagaimana Engkau berikan kecintaan kepada Mekkah atau lebih dari itu, dan bersihkanlah ia serta berkatilah kepada kami dalam makanan dan bekalnya dan gantilah wabah penyakit dengan juhfah.” (HR. Bukhari Muslim).
- Tinggal di Madina. Rasulullah bersabda, “Tidak seorang pun yang meninggalkannya (Madinah) kecuali Allah akan menggantikannya dengan orang yang lebih baik, serta tidak pula seorang teguh (bersabar) atas kelaparan dan kesulitan hidup di dalamnya, kecuali kau akan menjadi syafaat dan saksi atasnya di hari kiamat.” (HR. Muslim).
- Meninggal dunia di Madinah. Rasulullah bersabda, “Barang siapa dapat (mampu) mati di Madinah, maka lakukanlah, sesungguhnya aku akan bersaksi bagi orang yang mati di dalamnya.” (HR. Ibn Majah).
Salah satu tempat pemakaman yang terkenal di Madinah adalah pemakaman Baqi’ yaitu tempat dimakamkannya lebih dari 10 sahabat Rasulullah, para istri dan anak-anak Rasulullah, serta para tabi’in dan seluruh pengikutnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa meninggal dunia di kota Madinah itu sangat mulia dan mendapat kedudukan yang tinggi di mata Rasulullah, bahkan beliau sampai menyatakan akan menjadi saksinya bagi orang yang meninggal di dalamnya. Rasulullah juga pernah memintakan ampun bagi penghuni Baqi’ (HR. Muslim).
- Balasan bagi orang yang berbuat dzalim di Madinah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Wahai Tuhanku, barang siapa yang mendzalimi penduduk Madinah, menakut-nakutinya dan membebaninya, maka atasnya laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya, Allah tidak akan menerimanya di hari kiamat.” (HR. Tabrani). Dan sabda beliau lainnya, “Iman itu berkaitan erat dengan Madinah. Sesungguhnya kedekatan iman dengan Madinah itu bagaikan kedekatan ular dengan batu.” (HR. Bukhari).
- Dajjal tidak mampu menembus kota Madinah. Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak ada suatu negeri pun kecuali Dajjal akan memasuki Makkah dan Madinah. Di keduanya tidak terdapat satu tempat pun kecuali para malaikat akan berbaris menjaganya. Kemudian Madinah akan menggoncangkan penduduknya sebanyak tiga kali. Lalu Allah mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik.” (HR. Bukhari).
Kabilah-kabilah di Madinah
- Bani Najjar, yaitu kabilah dari suku Khazraj. Kakek Rasulullah, Hasyim, menikah dengan seorang perempuan dari Bani Najjar, yaitu Salma binti Amru. Tokoh-tokoh Bani Najjar diantaranya Hasan bin Tsabit, As’ad bin Zurarah, dan Ummul Bardah. Adapun yang termasuk golongan ini adalah Bani Addi, Bani Dinar bin Najjar, dan seluruh keturunannya.
- Bani Al Harits (Al Khazraj), yang terdiri dari empat orang yaitu Ka’ab, Auf, Zaid bin Mannat dan Jasym. Adapun jarak rumah-rumah mereka dengan masjid Nabawi adalah sekitar 2 km, dipersimpangan jalan di awalim sebelah Timur Wadi Buthan dan perkampungan Syu’aib di daerah Qurban. Tokoh-tokohnya dianataranya Kharijah bin Zaid, Habibah binti Kharijah, Zaid bin Haritsah, dan Abdullah bin Rawahah.
- Bani Sa’idah, berasal dari keturuna suku Khazraj, yaitu Sa’idah bin Ka’ab. Perkampungan mereka terletak di sebelah Barat Laut masjid Nabawi. Tokoh-tokohnya diantaranya Sa’ad Ubadah, Abu Dajjanah bin Aus. Adapun yang termasuk golongan ini yaitu Bani Tsa’labah bin Sa’idah, Bani Thorif bin Sa’idah dan seluruh keturunannya.
- Bani Abdul Asyhal, termasuk keturuanan dari suku Aus, yaitu Abdul Asyhal bin Jasym bin Haritsah bin Khazraj. Tokohnya yang terkenal yaitu Sa’ad bin Mu’adz.
Sumur-sumur di Madinah
- Sumur Ha, yang terletak di sebelah Utara masjid Nabawi, atau di dalam kebun Abu Thalhah Al Anshari.
- Sumur Ghara, yang terletak sekitar 1 km di sebelah Timur Laut masjid Quba’.
- Sumur Ruumah, yang terletak di sekitar Wadi Al Aqiq, yaitu sekitar 3,5 km dari masjid Nabawi atau 1 km dari masjid Qiblatain.
- Sumur Budha’ah, yang terletak di sebelah Utara Saqifah milik Bani Sa’idah.
- Sumur Arys, yang terletak di sebelah Barat masjid Quba’.
- Sumur Urwah, yang digali oleh Urwah bin Zubair, terletak di sebelah kiri pagar yang didirikan di Wadi Al Aqiq, sekitar 3,5 km dari masjid Nabawi.
- Mata Air Biru (Ain Al Zarqa’), karena Marwan, gubernur Madinah saat itu, mengecat dengan warna biru (Zarqa’).
Lembah-lembah di Madinah
- Lembah (Wadi) Buthan, yaitu lembah yang paling utama di Madinah, yang bermula dari Timur Quba’ menuju perkampungan Madinah hingga bagian barat gunung Sal’ dekat masjid Al Fath, kemudian hingga bertemu dengan lembah Al Aqiq di Ghabah yang menjadi pertemuan muara beberapa sungai.
- Lembah Mahzur, yang datang dari Timur Madiah, kemudian bercabang-cabang lagi hingga mendekat ke arah Awali dan bertemu di Mudzaineb di Qurban, kemudian mengalir ke arah Utara hingga berakhir di lembah Buthan lalu ke Ghabah.
- Lembah Al Aqiq, merupakan lembah terpanjang di negeri Hijaz, yaitu membelah antaa Thaif dan sebelah Barat kota Madinah. Lembah ini berakhir di Ghabah yaitu pertemuan antara lembah Buthan dan Qonat.
- Lembah Qonat, merupakan lembah yang alirannya paling besar di Madinah. Mulai dari dataran tinggi Thaif menelusuri sisi kanan dan kiri pegunungan hingga lembah Al Aqool, lalu hingga berakhir di pertemuan muara sungai di Ghabah.
- Lembah Mudzaineb, yaitu sebuah cabang yang mengalir dari Buthan. Berasal dari jarak sekitar 7 km dari arah Tenggara Madinah, sedangkan hilirnya di Ghabah yang menjadi tempat bertemunya aliran air dari lembah-lembah lainnya.
- Lembah Al Aqool, yaitu pertemuan antara lembah dan sungai. Di tempat ini, salah satu mukjizat Rasulullah terjadi, yang mengabarkan bahwa akan keluarnya api Hijaz yang akan mengalir di lambah ini. Rasulullah bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi hingga api tanah Hijaz muncul, (dan kemunculannya) dapat meneragi leher unta yang berada di Bushri (nama sebuah kampong di daerah antara Tabuk dan Syam, bukan Basrah).” (HR. Bukhari).
Wallahu a’lam bishowaab. Semoga bermanfaat.
Disadur dari Labib. 2009. Purnama di Bumi Madinah. Suabaya: Mitra Jaya,
Referensi: Mahasiswa di Jami'ah Islamiyah Madinah dan sumber lainnya yang bermanfaat.
Insya'Allah bersambung ...
0komentar :
Posting Komentar