tag:blogger.com,1999:blog-42840283846608468652024-03-13T09:49:48.348+07:00Dakwah SyariahDakwah Syariah merupakan situs yang mempelajari ilmu Islam secara kaffah (syamil, kamil, mutakamil) dan berbagai informasi yang bermanfaat.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.comBlogger1975125tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-3956070496614429802016-08-20T00:37:00.003+07:002016-08-20T00:37:54.962+07:00Akan Kembalinya Khilafah Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-DRPETRTtWXY/V7dDN3V1JpI/AAAAAAAAEIc/jhl-bUQssAMFwpME-ivYDK_yLMPt4annQCLcB/s1600/khilafah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://4.bp.blogspot.com/-DRPETRTtWXY/V7dDN3V1JpI/AAAAAAAAEIc/jhl-bUQssAMFwpME-ivYDK_yLMPt4annQCLcB/s320/khilafah.jpg" width="320" /></a></div>
Janji Allah Subhanahu wa Ta'ala, <b>KHILAFAH </b>akan berjaya kembali.<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sanad Hadis</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ahmad menerimanya dari Sulaiman bin Dawud ath-Thuyalisi dari Dawud bin Ibrahim al-Wasithi dari Habib bin Salim dari an-Nu‘man bin Basyir. Ia berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami sedang duduk di masjid bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Basyir adalah orang yang hati-hati dalm berbicara. Lalu datang Abu Tsa‘labah al-Khusyani. Ia berkata, “Wahai Basyir bin Saad, apakah engkau hapal hadis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. tentang para pemimpin?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Hudzaifah berkata, “Aku hapal khutbah beliau.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Abu Tsa‘labah duduk dan Hudzaifah berkata, “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. bersabda: (sesuai dengan matan hadis di atas).” 1</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Bazzar2 menerimanya dari al-Walid bin Amru bin Sikin dari Ya‘qub bin Ishaq al-Hadhrami dari Ibrahim bin Dawud dari Habib bin Salim dari an-Nu‘man bin Basyir. Ia bercerita bahwa ia sedang di masjid bersama bapaknya, Basyir bin Saad. Lalu datang Abu Tsa‘labah al-Khusyani. Kemudian terjadilah dialog seperti di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Haytsami berkomentar,3"Imam Ahmad meriwayatkannya dalam Tarjamah an-Nu‘mân, juga al-Bazzar secara persis, ath-Thabrani secara sebagiannya di dalam al-Awsath, dan para perawinya tsiqah. Ibn Rajab al-Hanbali juga menukil riwayat Ahmad ini.4</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Makna dan Faedah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadis ini memberitahukan lima periode perjalanan kaum Muslim sejak masa kenabian. Periode pertama adalah periode kenabian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Periode kedua adalah periode Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Para ulama sepakat bahwa periode Khilafah Rasyidah adalah periode Khilafah yang berjalan di atas manhaj kenabian. Menurut sebagian ulama, periode ini adalah periode Khulafar Rasyidin sampai periode Khilafah al-Hasan bin Ali. Khilafah Umar bin Abdul Aziz oleh sebagian ulama juga dikategorikan Khilafah Rasyidah sehingga beliau juga dijuluki Khulafaur Rasyidin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Periode ketiga adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang zalim. Lafal mulk bisa berarti kerajaan, bisa juga al-hukm wa as-sulthân (pemerintahan dan kekuasaan). Lafal mulk dalam hadis ini kurang tepat jika dimaknai kerajaan sebagai sebuah bentuk pemerintahan. Sebab, setelah Khulafaur Rasyidin, bentuk pemerintahan kaum Muslim tidak berubah menjadi kerajaan, tetapi tetap Khilafah. Kepala negara tetap seorang khalifah dan tidak pernah berubah menjadi raja. Ini adalah fakta yang telah disepakati para ulama. As-Suyuthi dalam Tarîkh al-Khulafâ’ berkata, “Aku hanya menyebutkan khalifah yang telah disepakati keabsahan imâmah-nya dan keabsahan akad baiatnya.”5 </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara faktual, Khilafah terus berlanjut sampai diruntuhkan oleh penjajah Barat tahun 1924 M. Namun, juga disepakati, selama rentang waktu tersebut terjadi penyimpangan dan keburukan penerapan Islam di sana-sini. Jadi, periode tersebut adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang di dalamnya terjadi kazaliman, yaitu peyimpangan dan keburukan penerapan sistem dalam beberapa hal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan dan kekuasaan jabbariyah (diktator). Dalam riwayat Abu Tsa‘labah al-Khusyani dari Muadz bin Jabal dan Abu Ubaidah, periode ini digambarkan sebagai periode pemerintahan dan kekuasaan yang sewenang-wenang, durhaka, diktator, dan melampaui batas.6Gambaran demikian adalah gambaran pemerintahan dan kekuasaan yang bukan Islam. Periode pasca runtuhnya Khilafah saat ini tampaknya sesuai dengan gambaran tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Periode terakhir adalah periode kembalinya Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ini merupakan basyârah (berita gembira) akan tegaknya kembali Khilafah setelah keruntuhannya. Makna yang sama juga diriwayatkan dalam banyak riwayat. Jika riwayat ini digabung dengan riwayat lain yang semakna, yaitu riwayat akan masuknya Islam di setiap rumah, hadis al-waraq al-mu’allaq, hadis Khilafah turun di bumi al-Quds, hadis mengenai Dâr al-Islâm kaum Mukmin berpusat di Syam, hadis ‘adl wa al-jur, hadis hijrah setelah hijrah, hadis al-ghuraba’, hadis al-mahdi, dan hadis akan ditaklukkannya Roma, maka makna tersebut bahkan bisa sampai pada tingkat mutawatir.7</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Basyârah ini selayaknya memacu semangat kita untuk terus berjuang demi tegaknya Khilafah, karena kita ingin mendapat kemuliaan, yakni turut menjadi aktor bagi terlaksananya janji Allah tersebut. Allâhummarzuqnâ dawlah Khilâfah Râsyidah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh: Yahya Abdurrahman</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
”wallahu a’lam bish-shawab” ( (والله أعلمُ بالـصـواب)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
salam ukhuwah wahai saudaraku ...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-23958195883250247772016-02-17T21:35:00.000+07:002016-02-17T21:39:54.523+07:00Allah Meneguhkan Orang Yang Beriman<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-JrL3NLubgbA/VsSD2lku77I/AAAAAAAAEH4/SRyKx1qlbyM/s1600/most-beautiful-purple-flower-desktop-background-hd-wallpapers-widescreen-images-free-download.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://2.bp.blogspot.com/-JrL3NLubgbA/VsSD2lku77I/AAAAAAAAEH4/SRyKx1qlbyM/s320/most-beautiful-purple-flower-desktop-background-hd-wallpapers-widescreen-images-free-download.jpg" width="320" /></a>Allah Meneguhkan Orang-Orang yang Beriman dalam Kehidupan Dunia dan Akherat <b>(Tafsir Qs. Ibrahim : 27)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Meneguhkan Orang-Orang yang Beriman Dalam Kehidupan di Dunia dan di Akherat Dengan Ucapan yang Teguh </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan di dunia dan di akherat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki.<b>” (Qs. Ibrahim : 27)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam al-Bukhari telah meriwayatkan dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apabila seorang muslim ditanya didalam kubur nanti, maka ia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak di ibadahi (dengan benar) kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Maka itulah firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan didunia dan diakherat.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(HR. Al-Bukhari no. 4699. Fathul Baari VIII/229). Diriwayatkan pula oleh Muslim no. 2871, Abu Daud no. 4750, dan at-Tirmidzi no. 3120)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari al-Bara’ bin ‘Azib, ia berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk menghadiri pemakaman seorang laki-laki dari al-Anshar. Setelah tiba dikuburan, dan mayat belum dimasukkan ke liang lahat, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam duduk, dan kamipun duduk disekitarnya. Seakan-akan diataskepala kami ada burung (yakni, begitu hening dan terdiam karena menghormati keberadaan beliau). Sambil memegang sebilah ranting Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menggores-gores tanah dengan ujungnya (seperti orang yang sedang serius berfikir –pent), tak lama kemudian tak lama kemudia Beliau mengangkat kepala seraya berkata: “Berlindunglah kepada Allah dari siksa kubur.” –Beliau mengucapkannya dua/tiga kali-, lalu Beliau bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya apabila seorang hamba yang beriman akan pergi meninggalkan dunia menuju negeri akherat, maka turunlah dari langit beberapa Malaikat berwajah putih bagai matahari kepadanya membawa kain kafan dan hanuut (ramuan/obat yang diisikan pada mayat agar tidak rusak) dari Surga. Hingga duduk didekatnya, sedang jumlah mereka sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat maut lalu duduk disamping kepalanya. Malaikat maut berkata, “Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.” Maka keluarlah ruh orang beriman itu bagai tetes air yang keluar dari mulut wadah air (dari kulit) dan disambut oleh Malaikat maut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seketika itu pula para Malaikat yang ada didekatnya, langsung mengambil dan meletakan ruhnya kedalam kafan dan hanuut tersebut dengan menebarkan semerbak kesturi yang paling wangi diseluruh penjuru dunia. Kemudian mereka naik membawanya. Setiap melewati sekelompok malaikat mereka bertanya, “Siapakah ruh yang sangat wangi ini?” Maka para malaikat yang menggiringnya pun menyebutkan nama orang beriman itu dengan nama yang paling baik yang pernah diberikan oleh manusia semasa ia masih hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setibanya dilangit yang pertama, malaikat yang menggiring meminta dibukakan pintu. Lalu dibukakan untuknya, kemudian secara bersama-sama mereka mengantarkannya kelangit berikutnya, hingga ruh tersebut tiba dilangit ketujuh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tulislah catatan hidup hamba-Ku ini didalam surga Illiyyiin (tempat yang paling tinggi), lalu kembalikanl;ah ia kebumi. Karena sesungguhnya Aku telah menciptakan mereka (manusia) dari tanah dan akan mengembalikannya ketanah. Setelah itu Aku akan mngeluarkannya kembali dari tanah kembali untuk kedua kalinya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah ruh itu dikembalikan lagi kedalam jasadnya, datanglah dua malaikat. Kedua malaikat itu mendudukannya seraya bertanya, “Siapa Rabb-mu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Allah adalah Rabb-ku” jawab orang beriman itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua malaikat bertanya, “Apa agamamu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Islam agamaku,” jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua malaikat bertanya lagi, “Siapakah laki-laki yang diutus kepadamu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dia adalah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam’” sahutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua malaikat bertanya, “Dari mana kamu mengenalinya?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku telah membaca kitab Allah lalu aku beriman dan membenarkannya.” Jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka terdengarlah seruan dari langit; “Sungguh telah benar hamba-Ku, siapkanlah untuknya permadani dari surga, berikanlah ia pakaian dari surga dan bukakanlah untuknya pintu menuju surga.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu angin dan harum surga mendatanginya, datang dari pintu itu. Kemudian kuburnya diluaskan seluas mata memandang. Dan tak lama kemudian, datanglah seorang laki-laki tampan berpakaian indah, menebarkan wangi semerbak. Ia berkata, “Bergembiralah dengan orang yang akan membuatmu senang, inilah harimu yang dahulu dijanjikan untukmu.” “Siapakah kamu, wajahmu seperti membawa kabar baik?” tanya orang beriman itu. “Aku adalah amal baikmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang beriman itupun berkata “Wahai Rabb-ku, bangkitkanlah hari kiamat wahai Rabb-ku, bangkitkanlah hari kiamat, agar aku dapat kembali kepada keluarga dan harta-hartaku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya, “Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila dalam keadaan sakaratul maut dan menunggu tibanya saat pulang ke negeri akherat, maka turunlah beberapa orang malaikat dari langit yang berwajah hitam membawa kain dari bulu yang kasar. Lalu mereka duduk didekatnya, sedang banyaknya sejauh mata memandang. Lalu datang pula malaikat maut dan duduk disamping kepalanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malaikat maut berkata, “Wahai jiwa yang kotor, keluarlah menuju kemarahan dan kemurkaan Allah.” Maka (mendengar ucapan itu) ruh orang kafir itu bercerai-berai dalam tubuhnya. Lalu malaikat maut mencabutnya dari jasadnya bagaikan mengeluarkan besi dari kain wol yang basah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka seketika itu pula para malaikat yang duduk didekatnya langsung mengambil dan meletakkannya kedalam kain kasar tersebut. Lalu ia keluar darinya dengan menebarkan bau bangkai yang lebih busuk dari bau bangkai apapun didnuia. Kemudian para malaikat naik membawanya menuju langit. Setiap melewati kelompok malaikat, mereka bertanya, “Siapakah ruh yang sangat busuk ini?” Maka para malaikat yang menggiringnya pun menjawab seraya menyebutkan nama yang paling buruk yang dahulu diberikan untuknya selama didunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setibanya dilangit dunia, maka pintu langit diminta untuk membuka, namun tidak dibukakan. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membaca firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, “Sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk kelubang jarum (mustahil).”<b> (Qs. Al-A’raaf : 40).</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tulislah catatan hidupnya didalam neraka Sijjin dikerak bumi yang paling dasar.” Kemudian ruhnya dilemparkan ke bumi. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala lagi, “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ketempat yang jauh.”<b> (Qs. Al-Hajj : 31)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah ruh itu dikembalikan kejasadnya, maka datanglah dua malaikat yang kemudian mendudukannya seraya berkata kepadanya, “Siapa Rabb-mu?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hah, hah, aku tidak tau.” Jawabnya</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua malaikat itu kembali bertanya, “Apa agamamu?”.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hah, hah, aku tidak tau.” Jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua malaikat kembali bertanya, “Siapakah laki-laki yang diutus kepadamu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hah, hah, aku tidak tau.” Sahutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka terdengarlah seruan dari langit; “Sungguh dia telah berdusta, siapkanlah permadani dari neraka untuknya, dan bukakanlah untuknya pintu menuju neraka.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka datanglah kepadanya dari pintu neraka itu hawa yang panas, lalu kuburnya disempitkan hingga tulang-belulangnya menjadi remuk. Kemudian datanglah seorang laki-laki berwajah jelek, berpakaian buruk dan berbau busuk. Laki-laki itu berkata, “Bergembiralah dengan orang yang akan menyusahkanmu, inilah hari yang telah dijanjikan kepadamu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Siapakah kamu, wajahmu seperti membawa keburukan?” tanya orang kafir itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku adalah perbuatan jahatmu.” Jawabnya</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang kafir itupun berkata, “Wahai Rabb-ku, janganlah Engkau bangkitkan hari kiamat.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(HR. Ahmad IV/287. Shahih, lihat al-Musnad no. 18534 [XXX/503]. Diriwayatkan juga oleh Abu Daud III/546, an-Nasa’i IV/78, dan Ibnu Majah I/494).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam ‘Abd bin Humaid meriwayatkan dalam musnad-nya dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya apabila seorang hamba telah diletakkan didalam kuburnya, lalu teman-temannya satu-persatu meninggalkannya, dan sesungguhnya ia mendengar bunyi langkah kaki mereka, maka datanglah dua malaikat. Setelah mendudukannya kedua malaikat itu berkata kepadanya, “ Apa yang dahulu kamu katakan tentang laki-laki ini (Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam)?” Jika dia orang mukmin maka ia akan menjawab, “Aku bersaksi bahwa sesungguhnya ia adalah hamba dan utusan Allah.” Atas jawaban itu, maka dikatakan kepadanya. “Pandanglah tempat tinggalmu dineraka. Sesungguhnya Allah telah menggantikannya dengan tempat tinggal di surga.” Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, maka ia pun melihat kedua tempat tinggal itu secara bersamaan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Qatadah berkata, “Disebutkan kepada kami bahwa kubur orang yang beriman akan diluaskan sepanjang 70 hasta, lalu dipenuhi dengan taman-taman yang hijau hingga tiba saatnya hari kiamat.” <b>(Al-Muntakhab karya ‘Abn bin Humaid no. 1178)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Abd bin Humaid, dan an-Nasa’i dari hadits Yunus bin Muhammad al-Muaddib. <b>(HR. No. 2870, an-Nasa’i IV/97, dan at-Tirmidzi no. 1071)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hafizh Abu ‘Isa at-Tirmidzi rahimahullah telah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
“Apabila mayat (atau salah seorang kamu) telah dikuburkan, maka datanglah kepadanya dua malaikat yang hitam (kulitnya) dan biru (matanya). Yang pertama bernama Munkar dan yang kedua bernama Nakir. Kedua malaikat itu berkata, “Apa yang kamu dahulu katakan tentang laki-laki ini?” Ia menjawab dengan apa yang dahulu (ketika didunia) biasa ia katakan, “Dia adalah hamba dan utusan Allah. Maka dari itu aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak di ibadahi (dengan benar) selain Allah dan aku juga bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya.” Maka berkatalah kedua malaikat itu, “Sungguh kami dahulu telah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu memang mengucapkannya.” Kemudian atas jawaban itu, maka kuburnya pun diluaskan 70 hasta dan diberikan cahaya yang meneranginya. Lalu dikatakan kepadanya, “Tidurlah”, Orang itu berkata, “Kembalikanlah aku kepada keluargaku, supaya aku dapat memberitahu (hal ini) kepada mereka.” Maka berkatalah kedua malaikat itu, “Tidurlah bagai seorang pengantin yang tidak akan dibangunkan melainkan oleh yang dicintainya (yakni, tidur dalam keadaan menyenangkan) hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang akan membangunkan (membangkitkan)nya dari tempat pembaringan itu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun jika yang mati itu adalah seorang mnuafik, maka ia akan menjawab pertanyaan dua malaikat itu (dengan katanya), “Aku dahulu mendengar orang-orang berkata (tentangnya), dan akupun berkata seperti ucapan mereka, namun aku tidak tau.” Maka berkatalah kedua malaikat itu, “Sungguh kami telah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu memang mengucapkannya.” Lalu diperintahkan kepada bumi, “Himpitlah orang ini.” Maka bumipun menjepitnya hingga tulang-belulang orang munafik itu remuk. Dan senantiasa didalam kubur ia disiksa sampai Allah subhanahu wa ta’ala membangkitkannya dari tempat pembaringan itu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>(HR. At-Tirmidzi no. 1071. At-Tirmidzi mengatakan: Hadits ini hasan gharib)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan didunia dan diakherat.” Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apabila dikatakan kepadanya didalam kubur, “Siapa Rabb-mu? Apa agamamu? Dan Siapa Nabimu?” Ia menjawab, “Allah Rabbku, Islam agamaku dan Muhammad Nabiku. Ia (Muhammad) datang membawa penjelasan dari Allah, lalu akupun beriman dan membenarkannya.” Maka dikatakan kepadanya, “Kamu benar, diatas landasan itulah kamu hidup, mati dan akan dibangkitkan kembali.” (At-Thabari XVI/596)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Demi Dzat yang jiwaku ada ditangnnya, sesungguhnya seseorang mayit dapat mendengarkan suara telapak sendal kamu sekalian seketika berpaling meninggalkannya. Lalu jika orang itu beriman, maka shalatnya akan menemani didekat kepalanya, zakatnya disebelah kanan, puasanya disebelah kiri, dan perbuatan-perbuatan baiknya, sepertii sedekah, menghubungkan silaturahim dan kebaikannya terhadap oranglain akan menemaninya dibagian kedua kaki. Sehingga ketika itu ia didatangi (malaikat maut) dari arah kepala, maka shalatnya berkata, “Disini tidak ada jalan masuk.” Tatkala ia didatangi dari sebelah kanan, zakatnya berkata, “disini tidak ada tempat masuk.” Kemudian manakala ia didatangi lagi dari sebelah kirinya, puasanya berkata, “disini tidak ada jalan masuk.” Dan ketika ia didatangi lagi dari sebelah kaki, maka amal perbuatan baiknya pun berkata, “Disini tidak ada jalan masuk.” Lalu dikatakanlah kepadanya, “Duduklah!” maka iapun duduk. Sementara itu, dibayangkan seakan-akan matahari akan terbenam.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudia dikatakan lagi kepadanya, “Jawablah tentang apa yang kami tanyakan kepadamu (tentang Muhammad).” Ia menjawab, “Biarkan aku shalat terlebih dahulu.” Maka dikatakan kepadanya,”Sesungguhnya kamu pasti melakukanya, maka dari itu jawablah apa yang kami tanyakan kepadamu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang beriman itupun berkata, “Memangnya apa yang kamu tanyakan padaku?” Maka dikatakan kepadanya, “Apa perkataanmu tentang laki-laki ini yang dahulu diutus kepada kamu? bagaimana pendapatmu tentangnya? “</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Maksudnya Muhammad?” orang beriman itu balik bertanya. Maka dikatakan kepadanya, ”Iya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang beriman itupun berkata, “Aku bersaksi bahwa sesungguhnya dia adalah utusan Allah, dan sesungguhnya ia telah datang membawa penjelasan dari Allah, dan kamipun membenarkannya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka dikatakan kepadanya, “Atas (keyakinan) itulah kamu telah dihidupkan, dimatikan dan dibangkitkan kembali dengan seizin Allah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudia kubur orang beriman itupun diluaskan sepanjang 70 hasta dan diberikan lentera yang meneranginya, serta dibukakan untuknya pintu menuju surga. Lalu dikatakan kepadanya, “Lihatlah apa yang telah Allah janjikan untukmu disurga.” (Dengan begitu), bertambah-tambahlah keinginan untuk mendapatkan karunia (Surga) itu, dengan penuh kegembiraan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka ruhnya diletakkan didalam burung hijau yang bertengger dipohon surga, sedangkan jasadnya dikembalikan menjadi tanah. Dan itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan didunia dan di akherat.” (Ath-Thabari XVI/596). Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban dan didalamnya juga disebutkan tentang jawaban-jawaban orang kafir beserta siksaan terhadapnya (tatkala pertanyaan serupa dilontarkan kepadanya).<b> (HR. Ibnu Hibban V/45).</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
‘Abdurrazzaq meriwayatkan dari Thawus tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu didalam kehidupan didunia,” Yakni kalimat Laa Ilaaha illallah (Tidak ada ilah yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah). Sedangkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan di akherat” Yakni ketika menjawab pertanyaan didalam kubur.” <b>(Mushannaf ‘Abdurrazzaq II/342).</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara Qatadah berkata, “Adapun dalam kehidupan didunia, maka Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan dan amal perbuatan yang shalih. Sedangkan diakherat adalah (ketika menjawab pertanyaan) didalam kubur”. Sebagaimana yang telah diriwayatkan lebih dari satu orang ulama salaf. <b>(Ath-Thabari XVI/602)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
_________________________</div>
<div style="text-align: justify;">
[Sumber: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, Juz 13. Hal. 41-55. Pustaka Ibnu Katsir]</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-69699026349481699112015-10-01T23:25:00.003+07:002015-10-01T23:25:34.213+07:00Telaga Kemuliaan Rasulullah di Hari Kiamat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-V2s5LsRV1Y4/Vg1clpzmKQI/AAAAAAAAEHU/Wx56z2kfHX4/s1600/sungai%2Bindah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="http://2.bp.blogspot.com/-V2s5LsRV1Y4/Vg1clpzmKQI/AAAAAAAAEHU/Wx56z2kfHX4/s320/sungai%2Bindah.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Iman kepada hari akhir / hari kemudian, yang berarti mengimani semua peristiwa yang diberitakan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terjadi setelah kematian, adalah salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan kebenaran agama-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan karena tingginya kedudukan iman kepada hari akhir, Allah Ta’ala dalam banyak ayat al-Qur’an sering menggandengkan antara iman kepada-Nya dan iman kepada hari akhir. Hal ini dikarenakan orang yang tidak beriman kepada hari akhir maka tidak mungkin dia beriman kepada Allah Ta’ala, sebab orang yang tidak beriman kepada hari akhir dia tidak akan mengerjakan amal shaleh, karena seseorang tidak akan mengerjakan amal shaleh kecuali dengan mengharapkan balasan kemuliaan dan karena takut siksaan-Nya pada hari pembalasan kelak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, Allah Ta’ala menggambarkan sifat orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhir dalam firman-Nya,</div>
<div style="text-align: justify;">
{وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ}</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa (waktu)” (al-Jaatsiyah:24)[1].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kewajiban Mengimani Keberadaan Telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara perkara yang wajib diimani sehubungan dengan iman kepada hari akhir adalah keberadaan al-haudh (telaga) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kemuliaan yang Allah Ta’ala berikan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang pada hari kiamat nanti orang-orang yang beriman dan mengikuti petunjuk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sewaktu di dunia akan mendatangi dan meminum air telaga yang penuh kemuliaan tersebut, semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk meraih kemuliaan tersebut, amin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ahmad bin Hambal berkata, “(Termasuk landasan pokok Islam adalah kewajiban) mengimani (keberadaan) telaga milik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat, yang nanti akan didatangi oleh umat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam… sebagaimana yang disebutkan dalam banyak hadits yang shahih (dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)”[2].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Abu Ja’far ath-Thahawi berkata, “Al-Haudh (telaga) yang dengannya Allah Ta’ala memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk diminum (airnya) oleh umat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat nanti) adalah suatu yang benar adanya”[3].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika menjelaskan perkara-perkara yang wajib diimani pada hari kiamat, beliau berkata[4], “Pada hari kiamat (ada) telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan didatangi (oleh umat beliau)…barangsiapa yang meminum (air) telaga tersebut maka dia tidak akan merasakan haus lagi selamanya”[5].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam an-Nawawi mencantumkan hadits-hadits dalam “Shahih imam Muslim” yang menyebutkan tentang telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bab, “Penetapan (keberadaan) telaga Nabi kita (Muhammad) shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat nanti)…”[6].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil-dalil yang menjelaskan keberadaan telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits-hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan ini banyak sekali, bahkan mencapai derajat mutawatir (diriwayatkan dari banyak jalan sehingga tidak mungkin diingkari kebenarannya).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ibnu Katsir berkata, “Penjelasan tentang telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam – semoga Allah Memudahkan kita meminum dari telaga tersebut pada hari kiamat – (yang disebutkan) dalam hadits-hadits yang telah dikenal dan (diriwayatkan) dari banyak jalur yang kuat, meskipun ini tidak disukai oleh orang-orang ahlul bid’ah yang berkeras kepala menolak dan mengingkari keberadaan telaga ini…”[7].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Senada dengan ucapan di atas, imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi menjelaskan, “Hadits-hadits (shahih) yang menyebutkan (keberadaan) telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencapai derajat mutawatir, diriwayatkan oleh lebih dari tiga puluh orang sahabat (dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)…”[8].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara hadits-hadits tersebut adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya setiap Nabi memiliki telaga (pada hari kiamat nanti), dan mereka saling membanggakan siapa di antara mereka yang paling banyak orang yang mendatangi telaganya (dari umatnya), dan sungguh aku berharap (kepada Allah Ta’ala) bahwa akulah yang paling banyak orang yang mendatangi (telagaku)”[9].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juga sabda beliau dalam hadits lain, “Sesungguhnya aku akan berada di depan kalian (ketika mendatangi telaga pada hari kiamat nanti) dan aku akan menjadi saksi bagi kalian, demi Allah, sungguh aku sedang melihat telagaku saat ini”[10].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya aku akan berada di depan kalian ketika mendatangi telaga (pada hari kiamat nanti), barangsiapa yang mendatanginya maka dia akan meminum airnya, dan barangsiapa yang meminumnya maka dia tidak akan merasakan haus lagi selamanya”[11].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gambaran tentang Telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Hadits-Hadits yang Shahih</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa yang meminum air telaga tersebut maka dia tidak akan merasakan haus lagi selamanya, sebagaimana hadits yang tersebut di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber air telaga tersebut adalah sungai al-Kautsar di surga yang Allah Ta’ala peruntukkan bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah kalian mengetahui apa al-Kautsar itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuinya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya al-Kautsar adalah sungai yang Allah Ta’ala janjikan kepadaku, padanya terdapat banyak kebaikan, dan (airnya akan mengalir ke) telagaku yang akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat (nanti)…”[12]. Dalam hadits lain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dialirkan pada telaga itu dua saluran air yang (bersumber) dari (sungai al-Kautsar) di surga…”[13].</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun gambaran air telaga tersebut adalah sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Airnya lebih putih dari susu dan baunya lebih harum dari (minyak wangi) misk (kesturi)”[14]. Dalam hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dan (rasanya) lebih manis dari madu”[15].</div>
<div style="text-align: justify;">
Gayung / timba untuk mengambil air telaga tersebut sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Gayung-gayungnya adalah seperti bintang-bintang di langit”[16]. Artinya: jumlahnya sangat banyak dan berkilauan seperti bintang-bintang di langit[17].</div>
<div style="text-align: justify;">
Bentuk telaga tersebut adalah persegi empat sama sisi[18], sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang shahih[19].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siapakah Orang-Orang yang Terpilih Mendatangi Telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selalu mengikuti petunjuk yang beliau sampaikan. Adapun orang-orang yang berpaling dari petunjuk beliau sewaktu di dunia, maka mereka akan diusir dari telaga tersebut[20].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa ada orang-orang yang dihalangi dan diusir dari telaga yang penuh kemuliaan ini[21]. Karena mereka sewaktu di dunia berpaling dari petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pemahaman dan perbuatan bid’ah, sehingga di akhirat mereka dihalangi dari kemuliaan meminum air telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, sebagai balasan yang sesuai dengan perbuatan mereka[22].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ibnu Abdil Barr[23] berkata, “Semua orang yang melakukan perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allah dalam agama ini akan diusir dari telaga Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat nanti), dan yang paling parah di antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yang menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum muslimin, seperti orang-orang khawarij, syi’ah rafidhah dan para pengikut hawa nafsu, demikian pula orang-orang yang berbuat zhalim yang melampaui batas dalam kezhaliman dan menentang kebenaran, serta orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan, semua mereka ini dikhawatirkan termasuk orang-orang yang disebutkan dalam hadits ini (yang diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)[24].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlebih lagi orang-orang yang mengingkari keberadaan telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, seperti kelompok Mu’tazilah[25], mereka termasuk orang yang paling terancam diusir dari telaga ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ibnu Katsir berkata, “Penjelasan tentang telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam – semoga Allah Memudahkan kita meminum dari telaga tersebut pada hari kiamat – (yang disebutkan) dalam hadits-hadits yang telah dikenal dan (diriwayatkan) dari banyak jalur yang kuat, meskipun ini tidak disukai oleh orang-orang ahlul bid’ah yang berkeras kepala menolak dan mengingkari keberadaan telaga ini. Mereka inilah yang paling terancam untuk dihalangi (diusir) dari telaga tersebut (pada hari kiamat)[26], sebagaimana ucapan salah seorang ulama salaf: “Barangsiapa yang mendustakan (mengingkari) suatu kemuliaan maka dia tidak akan mendapatkan kemuliaan tersebut…”[27].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi berkata, “Semoga Allah membinasakan orang-orang yang mengingkari keberadaan telaga ini, dan alangkah pantasnya mereka ini untuk dihalangi dari mendatangi telaga tersebut pada hari (ketika manusia mengalami) dahaga yang sangat berat (hari kiamat)”[28].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penutup</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah penjelasan ringkas tentang telaga kemuliaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang kewajiban mengimaninya merupakan perkara penting yang berhubungan dengan iman kepada hari akhir dan merupakan salah satu prinsip dasar akidah Ahlus sunnah wal jamaah, yang tercantum dalam kitab-kitab akidah para imam Ahlus sunnah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk dapat meraih semua kebaikan dan kemuliaan yang dijanjikan-Nya di dunia dan di akhirat kelak, sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Dekat, dan Maha Mengabulkan doa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kota Kendari, 3 Sya’ban 1431 H</div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA</div>
<div style="text-align: justify;">
Artikel www.muslim.or.id</div>
<div style="text-align: justify;">
[1] Lihat keterangan syaikh al-‘Utsaimin dalam ”Syarhul ‘aqiidatil waasithiyyah” (2/528).</div>
<div style="text-align: justify;">
[2] Kitab “Ushuulus sunnah” (hal. 3-4).</div>
<div style="text-align: justify;">
[3] Kitab “Syarhul ‘aqiidatith thahaawiyyah” (hal. 227).</div>
<div style="text-align: justify;">
[4] Kitab “Syarhul ‘aqiidatil waasithiyyah” (2/572).</div>
<div style="text-align: justify;">
[5] Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang akan kami sebutkan insya Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
[6] Kitab “Shahih imam Muslim” (4/1791).</div>
<div style="text-align: justify;">
[7] Kitab “An Nihayah fiil fitani wal malaahim” (hal. 127).</div>
<div style="text-align: justify;">
[8] Kitab “Syarhul ‘aqiidatith thahaawiyyah” (hal. 227).</div>
<div style="text-align: justify;">
[9] HR at-Tirmidzi (no. 2443) dan ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul Kabiir” (no. 6881), juga dari jalur lain (no. 7053) dari sahabat Samurah bin Jundub, hadits ini sanadnya lemah, akan tetapi diriwayatkan dari beberapa jalur yang saling menguatkan, sehingga hadits ini mencapai derajat hasan atau bahkan shahih, sebagaimana penjelasan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaaditsish shahiihah” (no. 1589).</div>
<div style="text-align: justify;">
[10] HSR al-Bukhari (no. 6218) dan Muslim (no. 2296) dari sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir.</div>
<div style="text-align: justify;">
[11] HSR al-Bukhari (no. 6643) dan Muslim (no. 2290) dari sahabat Sahl bin Sa’ad as-Saa’idi.</div>
<div style="text-align: justify;">
[12] HSR Muslim (no. 400) dari sahabat Anas bin Malik.</div>
<div style="text-align: justify;">
[13] HSR Muslim (no. 2300) dari sahabat Abu Dzar al-Gifaari.</div>
<div style="text-align: justify;">
[14] HSR al-Bukhari (no. 6208) dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash.</div>
<div style="text-align: justify;">
[15] HSR Muslim (no. 2301) dari sahabat Tsauban.</div>
<div style="text-align: justify;">
[16] HSR al-Bukhari (no. 6208) dan Muslim (no. 2292) dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash.</div>
<div style="text-align: justify;">
[17] Lihat keterangan syaikh al-‘Utsaimin dalam ”Syarhul ‘aqiidatil waasithiyyah” (2/573).</div>
<div style="text-align: justify;">
[18] Lihat keterangan syaikh Shaleh Alu syaikh dalam ”Syarhul ‘aqiidatith Thahaawiyyah” (1/463).</div>
<div style="text-align: justify;">
[19] HSR Muslim (no. 2292) dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash.</div>
<div style="text-align: justify;">
[20] Lihat keterangan syaikh al-‘Utsaimin dalam ”Syarhul ‘aqiidatil waasithiyyah” (2/573).</div>
<div style="text-align: justify;">
[21] Riwayat imam al-Bukhari (no. 6211) dan Muslim (no. 2304) dari Anas bin Malik.</div>
<div style="text-align: justify;">
[22] Lihat keterangan syaikh Shaleh Alu syaikh dalam ”Syarhul ‘aqiidatith Thahaawiyyah” (1/468).</div>
<div style="text-align: justify;">
[23] Beliau adalah Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr An Namari Al Andalusi (wafat 463 H), syaikhul Islam dan imam besar ahlus Sunnah dari wilayah Magrib, penulis banyak kitab hadits dan fikih yang sangat bermanfaat. Biografi beliau dalam kitab “Tadzkiratul huffaazh” (3/1128).</div>
<div style="text-align: justify;">
[24] Kitab “Syarh Az Zarqaani ‘ala muwaththa-il imaami Maalik” (1/65).</div>
<div style="text-align: justify;">
[25] Lihat keterangan syaikh Shaleh Alu syaikh dalam ”Syarhul ‘aqiidatith Thahaawiyyah” (1/468).</div>
<div style="text-align: justify;">
[26] Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih di atas</div>
<div style="text-align: justify;">
[27] Kitab “An Nihayah fiil fitani wal malaahim” (hal. 127).</div>
<div style="text-align: justify;">
[28] Kitab “Syarhul ‘aqiidatith thahaawiyyah” (hal. 229).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari artikel Telaga Kemuliaan Rasulullah pada Hari Kiamat — Muslim.Or.Id</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-1833672637476859932015-10-01T23:25:00.002+07:002015-10-01T23:25:23.384+07:00Telaga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-UMSTuI5juos/Vg1eFob1reI/AAAAAAAAEHg/kcyG1vjoPCA/s1600/telaga.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-UMSTuI5juos/Vg1eFob1reI/AAAAAAAAEHg/kcyG1vjoPCA/s1600/telaga.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Telaga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di Padang Mahsyar</div>
<div style="text-align: justify;">
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum muslimin rahimakumullah, salah satu perkara yang wajib kita imani berkaitan dengan kejadian di akherat adalah adanya telaga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala memberikan telaga kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kemuliaan dan karunia yang besar untuk beliau. Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini terletak di padang Mahsyar dan airnya berasal dari sungai Al-Kautsar yang ada di Surga.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Pada suatu hari, ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berada di tengah-tengah kami, tiba-tiba Beliau mengantuk sekejap. Kemudian Beliau mengangkat kepala sambil tersenyum. Maka kamipun bertanya, “Apa yang membuat Anda tertawa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Baru saja diturunkan kepadaku sebuah surat.” Lalu Beliau membaca:</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ : إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ (3)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar. Maka dirikanlah sholat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Katsar: 1-3).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Apakah kalian tahu apakah Al-Kautsar itu?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Al-Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabb-ku ‘Azza wa Jalla untukku. Di sana, terdapat kebaikan yang banyak. Ia adalah (sumber air) telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat. Jumlah gayungnya sebanyak bintang-bintang.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 400).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Telaga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah ada saat ini dan di hari Kiamat kelak, telaga ini akan didatangi oleh umat beliau yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni orang yang memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah Ta’ala semata dan mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umat beliau akan datang untuk meminum airnya dan mengambil manfaat darinya. Adapun orang-orang yang beramal di dunia namun ia berpaling dan menyimpang dari ajaran beliau, maka akan diusir dari telaga ini ketika mendekatinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ciri-Ciri Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menceritakan keindahan telaga yang telah Allah karuniakan kepada beliau. Berikut ini adalah ciri-ciri telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:</div>
<div style="text-align: justify;">
Airnya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu, dan aromanya lebih harum dibandingkan minyak kesturi. Inilah warna, rasa dan aroma airnya. Lalu, berapa banyak jumlah gayung dan gelasnya? Jumlahnya sebanyak bintang-bintang di langit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">حَوْضِي مَسِيْرَةُ شَهْرٍ،</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنْ اللَّبَنِ، وَرِيْحُهُ أَطْيَبُ مِنْ الْمِسْكِ،</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ،</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan. Airnya lebih putih daripada susu, aromanya lebih harum daripada minyak kesturi, bejananya sebanyak bintang di langit. Barangsiapa yang minum darinya, ia tidak akan haus lagi selamanya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6093 dan Muslim, no. 4294).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Telaga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di Padang Mahsyar dan airnya bersumber dari sungai al-Kautsar di Surga. Air dari sungai Al-Kautsar dialirkan ke telaga melalui dua pancuran sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">يَشْخَبُ فِيْهِ مِيْزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dialirkan pada telaga itu dua saluran air yang (bersumber) dari (sungai al-Kautsar) di Surga…” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 4255, dari sahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun besar dan luasnya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">حَوْضِيْ مَسِيْرَةُ شَهْرٍ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan…” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6093 dan Muslim, no. 4294).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">إِنَّ حَوْضِي أَبْعَدُ مِنْ أَيْلَةَ مِنْ عَدَنٍ لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنْ الثَّلْجِ،</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">وَأَحْلَى مِنْ الْعَسَلِ بِاللَّبَنِ، وَلَآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ النُّجُوْم،ِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">وَإِنِّي لَأَصُدُّ النَّاسَ عَنْهُ كَمَا يَصُدُّ الرَّجُلُ إِبِلَ النَّاسِ عَنْ حَوْضِهِ،</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَتَعْرِفُنَا يَوْمَئِذٍ؟</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">قَالَ: نَعَمْ لَكُمْ سِيْمَا لَيْسَتْ لِأَحَدٍ مِنَ الْأُمَمِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">تَرِدُوْنَ عَلَيَّ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوْءِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya telagaku itu lebih panjang dari jarak antara Aylah (sebuah kota di teluk ‘Aqobah, Yordania) dan ‘Adan (kota Yaman). Sungguh telagaku itu lebih putih dari salju, lebih manis dari madu dicampur susu, serta bejana-bejananya lebih banyak dari bintang-bintang. Aku sungguh akan menjaganya dari orang lain (selain umatku), sebagaimana seseorang menjaga telaganya dari unta orang lain.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pada hari itu Anda mengenali kami?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya. Kalian punya tanda yang tidak dimiliki oleh seorangpun dari umat lain. Kalian datang kepadaku dengan dahi dan kaki bercahaya putih karena wudhu.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 364)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah Nabi Yang Lain Memiliki Telaga?</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap Nabi ‘alaihimush sholatu was salam memiliki telaga, namun telaga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah telaga yang paling besar, paling mulia, dan paling indah. Masing-masing telaga Nabi akan didatangi oleh umatnya yang beriman dan berpegang teguh pada ajaran Nabi mereka. Mereka akan datang untuk meminum airnya dan mengambil manfaat darinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةٍ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">وَإِنِّي أَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَكْثَرَهُمُ وَارِدَةً</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai al-haudh (telaga) dan mereka saling berbangga diri, siapa di antara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya). Dan sungguh aku berharap, akulah yang paling banyak pengikutnya.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunan at-Tirmidzi, no. 2443. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam ash-Shohiihah, no. 1589 dan al-Misykah, no. 5594).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kapankah Manusia Mendatangi Telaga Yang Mulia Ini?</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada perbedaan pendapat di antara para ulama kita tentang kapan orang-orang yang beriman mendatangi telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada yang berpendapat bahwa mereka mendatanginya sebelum melintasi shirot, karena telaga ini terletak sebelum shirot (jembatan). Dan sebagian lagi berpendapat setelah melintasi shirot.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Ghozali dan al-Qurthubi berpendapat bahwa telaga ini berada di padang Mahsyar di hari Kiamat, sebelum menyeberangi shirot. (At-Tadzkiroh, hal. 302).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun al-Bukhari rahimahullah, beliau berpendapat bahwa telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada setelah shirot. Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat al-Qurthubi bahwa telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada sebelum shirot. (Fat-hul Bari’, XI/466)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, berdasarkan pendapat yang lebih kuat, kaum muslimin mendatangi telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum melintasi shirot. Wallohu Ta’ala a’lam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-Orang Yang Diusir Dari Telaga</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum muslimin rahimakumullah, sesungguhnya ada sebagian umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diusir ketika mendatangi telaga yang mulia ini. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar mengenali mereka dari bekas wudhu mereka ketika di dunia. Siapakah mereka? Dan mengapa mereka diusir dari telaga? Semoga kita tidak termasuk dari mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama, orang orang yang membuat ajaran baru dalam Islam, yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula orang yang berpaling dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga akan diusir dari telaga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، مَنْ وَرَدَ شَرِبَ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">وَلَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku adalah pendahulu kalian menuju telaga. Siapa saja yang melewatinya, pasti akan meminumnya. Dan barangsiapa meminumnya, niscaya tidak akan haus selamanya. Nanti akan lewat beberapa orang yang melewati diriku, aku mengenali mereka dan mereka mengenaliku, namun mereka terhalangi menemui diriku.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6528 dan Muslim, no. 4243)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam redaksi yang lain, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">فَأَقُوْلُ: إِنَّهُمْ مِنِّي، فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوْا بَعْدَكَ،</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">فَأَقُوْلُ: سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku berkata: “Mereka termasuk umatku!” Namun muncul jawaban: “Engkau tidak mengetahui perkara yang mereka ada-adakan (dalam agama ini) sepeninggalmu.” Akupun berkata: “Menjauhlah, menjauhlah, bagi orang yang mengubah (ajaran agama) setelahku.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6097)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, orang yang membantu kezholiman penguasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">سَيَكُوْنَ بَعْدِي أُمَرَاءُ يَكْذِبُوْنَ وَيَظْلِمُوْنَ،</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَمَنْ أَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ، وَلاَ يَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضِ.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Akan ada sepeninggalku para penguasa yang berdusta lagi zholim. Siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu mereka dalam kezholimannya, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya. Dan dia tidak akan (diijinkan) datang ke telagaku. Sebaliknya, siapa yang tidak membenarkan dan tidak membantu kezholiman mereka, maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya, serta dia akan datang ke telagaku.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, V/384. Al-Albani mengatakan dalam kitabnya, Zhilalil Jannah, no. 759, bahwa sanadnya bagus).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Muroja’ah : Ust. Aris Munandar, S.S., M.Ag.</div>
<div style="text-align: justify;">
www.attaubah.com </div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-29008392086547599942015-10-01T23:25:00.001+07:002015-10-01T23:25:13.284+07:00Pohon Neraka Yang Jahanam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-npN0PnQMteA/Vg1bkDeeUyI/AAAAAAAAEHM/gWh2mdEF-kI/s1600/abusalafy7.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="217" src="http://1.bp.blogspot.com/-npN0PnQMteA/Vg1bkDeeUyI/AAAAAAAAEHM/gWh2mdEF-kI/s320/abusalafy7.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam bersabda, ”Seandainya setitik dari zaqqum diteteskan di dunia niscaya akan menghancurkan kehidupan semua penghuninya. Lalu bagaimana dengan keadaan orang yang menjadikan zaqqum sebagai makanannya?” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Takhrij Hadist</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadist tersebut dikeluarkan oleh Al Imam At-Tirmidzi di dalam kitab Sifati Jahannam, bab Jaa’a fii shifati Syaraabi Ahlin Nar No. 2585, dari hadist Ibnu Abbas radlhiyallahu’anhu dengan lafaz, ”Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa Sallam membaca ayat ini,’Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah sekali kali kamu mati melainkan dalam keadaan bersera diri kepada Allah”. (Ali Imran:102) Lalu beliau bersabda, ”Seandainya setitik dari zaqqum diteteskan di dunia niscaya akan menghancurkan kehidupan semua penghuninya. Lalu bagaimana dengan keadaan orang yang menjadikan zaqqum sebagai makanannya ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan dia (At-Tirmidzi-red) mengatakan di ujung hadist, “Bahwa ini adalah hadist hasan shahih”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadis ini juga dikeluarkan oleh Ibnu Majjah dalam sunannya, kitab Az-Zuhud, bab Shifat An Nar, 8/4325.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ahmad mengeluarkan hadist ini di dalam musnadnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menshahihkan hadist ini di dalam kitabnya, Shahih Jami’ Shaghir, no 5250 dari hadist Ibnu Abbas radlhiyallahu’anhu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Fiqh Hadist</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak sekali motivasi yang dapat membawa manusia untuk melakukan kebaikan dan keutamaan antara seorang manusia dengan manusia lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian manusia ada yang memberi motivasi karena mencintai kebaikan dan keutamaan. Sebagian yang lain ada yang memberi motivasi karena senang pahala dan keutamaan yang didapat. Sebagiannya ada yang memberi motivasi karena takut siksa dan sakit, begitu seterusnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semakin kuat motivasi seseorang, makin giat dia dalam berbuat kebajikan dan menghiasi dirinya dengan keutamaan, pun dengan sebaliknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadist yang ada di hadapan kita ini, secara tidak langsung mengajak golongan manusia yang tidak melakukan kebajikan melainkan hanya karena takut akan siksa Allah Subhanahu wa ta’ala, mengajak mereka dengan menjalankan kebaikan dan mensucikan diri dari hal-hal yang dapat merusak sebelum zaqqum menjadi makanannya kelak di hari kiamat. Di mana, salah satu gambaran dari zaqqum ini adalah apabila diteteskan di dunia akan merusak kehidupan menusia dan hijaunya tanaman di muka bumi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Karakteristik Zaqqum</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa nash Al-qur’an menerangkan tentang sifat-sifat Zaqqum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ”(Makanan surga) itulah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya ia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka jahim. Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka jahim”.(As Shaffat:62 – 68 )</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam firman yang lain dikatakan, “Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidik di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas”.(Ad Dukhaan:43-46)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Subhanahu wa ta’ala juga melansirnya di dalam firman-Nya, “Kemudian sesungguhnya kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan”.(Al-Waqiah:51-56)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tafsir seputar Azzaqum</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, para pakar tafsir menerangkan bahwa Az Zaqqum adalah sebuah pohon yang tumbuh di dasar neraka Saqar atau dasar neraka Jahannam. Dan neraka Jahannam telah dinyalakan hingga mendidih seperti kotoran minyak. Para penghuninya sangat rakus dalam memakannya sehingga memenuhi perutnya sebagaimana air panas yang mendidih, air yang memiliki temperatur paling tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian setelah mereka makan lalu minum air yang sangat panas seperti unta yang kehausan, minum tidak ada henti hingga mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Faidah Hadist</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
hadist tersebut menunjukkan beberapa sangat pentingnya berpegang dengan manhaj Allah Subhanahu wa ta’ala, supaya manusia menjalankan ketaatan-ketaatan dan melepaskan diri dari bentuk maksiat dan keburukan sebelum datangnya satu hari yang tiada lagi berguna jual beli dan sebelum pohon zaqqum menjadi santapan yang memasuki mulutnya serta air yang sangat panas menjadi pelepas dahaganya. Sangat buruk siksa di dalam neraka yang mana belum pernah sebelumnya dilihat oleh mata, didengar telinga, dan juga belum pernah terbetik dalam hati manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hiburan bagi para penegak kebenaran, meski mereka mendapatkan cobaan dari pendukung kebatilan, berupa cercaan, hinaan, dan pengucilan. Mereka tidak akan memperoleh siksa yang begitu pedih sepreti yang akan menimpa orang-orang yang banyak berbuat dosa di hari kiamat kelak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak meninggalkan hukuman dalam pendidikan. Sebab, biasanya manusia tidak akan menjalankan kebaikan dan meninggalkan diri dari berhias dengan keutamaan kecuali setelah ditakut-takuti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allahu A’lam bish shawab</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dikutip dari Majalah ElFata Vol 07:2 2007</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: http://maramissetiawan.wordpress.com/2007/02/17/pohon-neraka-jahanam/</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-45887169625493572032015-10-01T23:25:00.000+07:002015-10-01T23:25:05.998+07:00Kunci Selamat Dari Adzab Kubur <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-WpBwR-98EfU/Vg1agEDuMQI/AAAAAAAAEHE/KF0WL85EGzc/s1600/kunci%2Bselamat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="218" src="http://4.bp.blogspot.com/-WpBwR-98EfU/Vg1agEDuMQI/AAAAAAAAEHE/KF0WL85EGzc/s320/kunci%2Bselamat.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kunci Selamat Dari Adzab Kubur yang Dahsyat</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kehidupan di dunia yang amat singkat ini adalah merupakan bagian dari perjalanan manusia yang amat panjang. Meninggal dunia adalah perkara yang pasti. Setelah itu dilanjutkan dengan tinggalnya seseorang di alam kubur sampai tegaknya hari kiamat. Dalam kubur, terdapat suatu adzab yang tersendiri, di antaranya yaitu pukulan yang dahsyat, himpitan tanah sampai tulang rusuknya berselisih, panas yang memenuhi ruang kuburnya, dan lain-lain sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yang shahih. Dalam masa penantian ini, tentu saja setiap orang menginginkan untuk selamat dari adzab yang ada dalam kuburnya. Semoga Allah melindungi kita semua dari adzab kubur.</div>
<div style="text-align: justify;">
berikut ini adalah beberapa perkara yang dapat menyelamatkan seseorang dari adzab kubur, antara lain yaitu[1] : </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Membaca Surat Tabarak Setiap Malam</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal Itu Berdasarkan Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Surat Tabarak adalah pelindung dari Adzab Kubur.”[2]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata : Barangsiapa yang membaca Tabarakalladzi Biyadihil Mulku setiap malam, maka Allah Ta’ala akan menahannya disebabkan oleh bacaan tersebut dari adzab kubur. Kami -pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menamainya al-Mani’ah (penahan). Ia dalam Kitabullah adalah sebuah surat yang barangsiapa membacanya dalam suatu malam, maka dia telah banyak dan berbuat baik.[3]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Menjaga Diri Dari Percikan Air Kencing</div>
<div style="text-align: justify;">
Meninggalkan bersuci dari najis setelah buang air kecil dan tidak berhati-hati dengannya sehingga mengenai anggota badan atau pakaian adalah perkara terbanyak yang menyebabkan seseorang mendapatkan adzab kubur. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Kebanyakan adzab kubur itu adalah disebabkan oleh air kencing.”[4]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam al-Munawi rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah bahwa kebanyakan adzab kubur itu adalah disebabkan oleh sikap meremehkan dalam menjaga dari air kencing.”[5]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Menjauhi Perbuatan Namimah (Mengadu Domba)</div>
<div style="text-align: justify;">
Berlaku mengadu domba sesama manusia adalah termasuk sebab diadzabnya seseorang di alam kuburnya. Hal itu berdasarkan hadits berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ia berkata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya keduanya adalah sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab disebabkan perkara yang (tampak) besar. Adapun salah satunya tidak bersuci ketika buang air kecil, sedangkan orang yang kedua adalah dahulunya berjalan dengan melakukan namimah (adu domba)”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian beliau mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, lalu beliau membelahnya menjadi dua bagian, lalu beliau menancapkan pada masing-masing kuburan tersebut sebatang. Mereka (yaitu para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal itu?”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Semoga adzab kubur itu menjadi diringankan atas keduanya selama kedua batang tersebut belum kering.” [6]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Meninggalkan Perbuatan dan Perkataan yang Mengandung Ghibah (Menggunjing)</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan keduanya tidaklah diadzab disebabkan oleh perkara yang tampak besar, adapun salah satunya adalah diadzab disebabkan oleh air kencing, sedangkan yang kedua adalah diadzab disebabkan oleh ghibah.”[7]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Maksiat yang menyebabkan adzab pada hari kiamat ada dua macam yaitu hak Allah Ta’ala dan hak hamba-hambaNya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perkara pertama yang diadili pada hari kiamat dari jenis hak-hak Allah Ta’ala adalah sholat, sedangkan dari jenis hak-hak hamba adalah masalah darah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun di alam barzakh, maka perkara yang diadili pertama kali adalah muqaddimah (pendahuluan) dari dua hak ini dan sarana-sarananya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, muqaddimah sholat adalah bersuci dari hadats dan najis, sedangkan muqoddimah masalah darah adalah namimah (perbuatan mengadu domba) dan merendahkan kehormatan. Dua perkara ini adalah berupa gangguan yang paling ringan (dalam hal pelanggarannya), oleh karena itu perhitungan dan adzab di alam barzakh dimulai dengan keduanya.” [8]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Tidak Berwasiat Agar Diadakan Niyahah (Ratapan) Setelah Meninggalnya</div>
<div style="text-align: justify;">
Berwasiat kepada orang lain agar meratapi kematiannya adalah merupakan perbuatan yang diharamkan dan dapat menyebabkan diadzabnya seseorang dalam kuburnya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Mayyit (orang yang telah meninggal) itu diadzab di alam kuburnya disebabkan oleh ratapan atasnya.” [9]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam al-Baihaqi rahimahullah berkata, “Bab adzab kubur yang dikhawatirkan akan menimpa disebabkan oleh ratapan untuk mayyit. Sebagian ahli ilmu berkata, ‘Hal itu apabila (orang yang meninggal dunia) berwasiat agar dirinya diratapi setelah mati’.”[10]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Selalu Berada Dalam Keadaan Suci Ketika Sholat</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. Menolong Orang yang Terdhalimi</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua perkara ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Ada seorang hamba di antara hamba-hamba Allah yang dipukul di kuburnya sebanyak seratus cambukan. la terus-menerus memohon dan berdoa agar pukulannya hanya satu kali saja, maka kuburnyapun menjadi penuh dengan api. Ketika telah diangkat dan tersadar, maka ia berkata, “Mengapa engkau memukulku ?” Maka dijawab, “Sesungguhnya engkau pernah telah melewati orang yang terdzolimi, akan tetapi engkau tidak menolongnya.”[11]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8. Bersedekah</div>
<div style="text-align: justify;">
Bersedekah adalah dapat menyelamatkan dari adzab kubur. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya sedekah itu benar-benar dapat memadamkan panasnya kubur dari orang yang menghuninya. Dan seorang mukmin itu hanyalah bernaung pada hari kiamat di bawah naungan sedekahnya.” [12]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9. Amal-amal Sholih Seperti Sholat, Puasa, Kebaikan Dan Sebagainya</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “sesungguhnya mayit itu apabila diletakkan di dalam kuburnya, maka ia mendengar suara sandal-sandal mereka ketika mereka berpaling darinya. Apabila dia adalah orang yang beriman, maka sholat itu berada di samping kepalanya, puasa berada di sebelah kanannya, zakat di sebelah kirinya, dan perbuatan baik seperti shadaqah, shalat, perbuatan ma’ruf, perbuatan ihsan kepada manusia berada di kedua kakinya. Lalu didatangi dari arah kepalanya, maka shalat berkata, “Tidak ada jalan masuk dari arahku”. Lalu didatangi dari sebelah kanannya, maka puasa mengatakan, “Tidak ada jalan masuk dari arahku”, lalu didatangi dari sebelah kirinya, maka zakat berkata, “Tidak ada jalan masuk dari arahku “. Lalu didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik yang berupa sedekah, shalat, perbuatan ma’ruf dan ihsan kepada manusia mengatakan, “Tidak ada jalan masuk dari arahku”. Lalu dikatakan kepada orang tersebut, “Duduklah”. …[13]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10. Membaca al-Qur’an</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
11. Berjalan menuju masjid</div>
<div style="text-align: justify;">
Membaca al-Qur’an dan melangkah menuju masjid untuk beribadah didalamnya adalah merupakan perkara yang dapat menyelamatkan dari adzab kubur. Hal itu berdasarkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Seseorang didatangkan di dalam kuburnya. Apabila dia didatangi dari arah kepalanya, maka bacaan al-Qur’an membelanya. Apabila didatangi dari arah kedua tangannya, maka sedekah membelanya. Apabila didatangi dari arah kedua kakinya, maka langkah orang itu ke masjid-masjid membelanya.”[14]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
12. Berlindung dari adzab kubur</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan umatnya agar berlindung dari adzab kubur. Perintah tersebut tidak hanya sekali, bahkan berulang-ulang dalam beberapa keadaan yang ditemui oleh seorang muslim setiap harinya. Di antaranya adalah :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
a. Setiap selesai tasyahhud akhir.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai dari bertasyahhud akhir, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari empat perkara: dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari keburukan fitnahnya Dajjal al-Masih. “[15]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
b. Pagi dan petang</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berada pada waktu petang beliau membaca : Kami berada pada waktu petang, sedangkan kekuasaan adalah kepunyaan Allah. Segala puji bagi Allah. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, aku memohon kebaikan malam ini dan berlindung dari keburukan malam ini dan keburukan apa-apa yang ada setelahnya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan buruknya masa tua. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari adzab di Neraka dan adzab di kubur. ” [16] Dzikir pagi dan petang bisa dilihat Disini. [17]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah sebagian di antara perkara-perkara yang dapat menyelamatkan kita semua dari adzab kubur. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua darinya. Amiin Ya Rabbal ‘alamiin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Disalin kembali dari Majalah Islami Adz-Dzakhirah Al-Islamiyyah, volume 8, nomor 11, Edisi 65, tahun 1431.H/ 2010.M]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[1] Pembahasan ini merujuk kepada: At-Taitzkiroli bi Ahwaal al-Mautaa wa Ul)luur alAkhiroh, karya Imam al-Qurthubi (w. 671 H), jilid 1, hal. 392-405, tahqiq Dr. Shaadiq bin Muhammad, Maktabah Darul Minhaaj, Riyadh, cet. 1, 1425 H, Ahwal al-Qubuur wa Ahwaalu Ahliha 11aa an-Nus tiur, karya Ibnu Rajab al-Hambali, takhrij dan ta’liq Kholid Abdullathif, Darul Kitab al-Arobi, cet. 3,1414 H/1994 M, hal. 85-93, Itsbat Adzab al-Qabr, karya al-Baihaqi, tahqiq Dr. Syaraf Mahmud, Darul Furcloon, Amman, Yordania, cet. 3,1413/1992 dan Adzab al-Qobr, karya Muhammad in Abdul Wahhab al-Wishaabi, hal. 31-50.</div>
<div style="text-align: justify;">
[2] Shohih al-jaami’, no. 3643, Syaikh al-Albani berkata, “Shohih”</div>
<div style="text-align: justify;">
[3] Shohih at-Targhib wa at-Tarhiib, no. 1589, jilid 2, hal. 253. Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hasan”).</div>
<div style="text-align: justify;">
[4] Shohih al-jaaini’, no. 3971, dan Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Shohih”</div>
<div style="text-align: justify;">
[5] Faidh al-Qodiir, jilid 4, hal. 299, Darul Ma’rifah, Beirut</div>
<div style="text-align: justify;">
[6] HR. Bukhari, no. 218 dan Muslim, no. 292</div>
<div style="text-align: justify;">
[7] Shohih al-jaami’, no. 2441, Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Shohih”</div>
<div style="text-align: justify;">
[8] Ahwaal al-Qubuur wa Ahliha Ila an-Nusyuur, hal. 89</div>
<div style="text-align: justify;">
[9] HR. Bukhari, no. 1292 dan Muslim, no. 927</div>
<div style="text-align: justify;">
[10] Itsbaat Adzaab al-Qobr, hal. 91</div>
<div style="text-align: justify;">
[11] Shohih at-targhib, no. 2234, Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hasan Lighorii”</div>
<div style="text-align: justify;">
[12] Ash-Shohihah, no. 3484</div>
<div style="text-align: justify;">
[13] Shohih at-Targhib, no. 3561, Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hasan”</div>
<div style="text-align: justify;">
[14] Shohih atTarghib wa at-Tarhib, jilid 3, hal. 405. Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hasan”</div>
<div style="text-align: justify;">
[15] HR. Muslim, no. 588</div>
<div style="text-align: justify;">
[16] HR. Muslim, no. 2723</div>
<div style="text-align: justify;">
[17] Penambahan dari Belajar Islam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber:<span style="font-size: x-small;"> http://ibnuabbaskendari.wordpress.com/</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-780108194591654242015-08-20T04:41:00.001+07:002015-10-01T23:24:48.708+07:00Ukhuwah dan Kasih Sayang Sesama Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-lapiFdYZy_E/VdT33sT-OeI/AAAAAAAAEGs/kiPV32HRc7w/s1600/ruhamau%2Bbainahum.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-lapiFdYZy_E/VdT33sT-OeI/AAAAAAAAEGs/kiPV32HRc7w/s1600/ruhamau%2Bbainahum.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Allahu Subhanahu wa Ta'alaa berfirman :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS. Al-Fath : 29)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Didalam ayat diatas, Allah menjelaskan karakter seorang umat Nabi Muhammad yaitu memiliki rasa kasih sayang sesama mereka. Dalam ayat yang lain, Allah juga menyebutkan karakter tersebut sebagai karakter generasi pengganti; generasi pilihan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin (QS. Al-maidah : 54)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lantas, bagaimana bentuk kasih sayang sesama muslim untuk mempererakh ukhuwah Islamiyah sesama mereka. Dalam hal ini, setidaknya ada beberapa bentuk kasih sayang anatra lain :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Berlemah lembut dalam bersikap dan bertutur</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali Imran : 159) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Memaafkan dan memohonkan ampun serta bermusyawarah dengan mereka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (QS. Ali Imran : 159) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Tawadhu' terhadap sesama Muslim</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain. (HR. Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Menghilangkan hal-hal yang bisa menyakiti mereka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits, Abu Barzah Al-Aslami bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
يَا رَ سُوْ لَ الله ِدُ لَّنِي عَلَى عَمَلٍ أَ نْتَفِعُ بِهِ قَالَ:اِعْزِلْ الْأَ ذَى عَنْ طَرِ يْقِ الْمُسْلِمِيْنَ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat bermanfaat bagiku.” Beliau menjawab, “Singkirkanlah gangguan dari jalan-jalan kaum muslimin.” (H.r. Muslim dan Ibnu Majah)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Senyum, Salam dan Sapa</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Senyummu di hadapan wajah saudaramu adalah sedekah (HR. Tirmidzi)</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wahai sekalian manusia, sebarkan salam, berikan makanan, dan lakukan shalat saat orang lain tidur malam, niscaya kalian masuk surga dengan tenang. (HR. Tirmidzi, "hasan shahih")</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Meringankan kesusahan sesama Muslim dan membantu mencarikan solusi baginya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. Barangsiapa menghilangkan kesusahan seseorang, maka Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat. (Muttafaq 'alaih)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. Menutupi aib sesama Muslim</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah menutup aibnya pada hari kiamat.(Muttafaq 'alaih)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8. Senang melakukan/memberikan sesuatu yang disenangi sesama Muslim</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak beriman seseorang hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya(HR. Bukhari)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9. Menunaikan hak-hak mereka, terutama enam hak sosial Muslim dari Muslim lainnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
حَقُّ الْمُسْلِمُ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمُ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وِإِذَا إِسْتَنْصَحَكَ فَأَنْصِحْهُ, وإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتهُ, وَإِذَا مَرَضَ فَعِدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَأَتْبِعْهُ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam; jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, jika dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika dia meminta nasihat kepadamu maka nasihatilah dia, jika dia bersin dia memuji Allah subhanahu wata’ala maka bertasymitlah untuknya, jika dia sakit maka jenguklah, dan jika dia mati maka iringilah jenazahnya. (H.R. Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tasymit adalah mendo’akan Muslim yang bersin dengan ucapan "Yarhamukallah" (semoga Allah merahmatimu)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10. Mendoakan sesama Muslim dalam doa-doa kita, baik sepengetahuannya ataupun di luar sepengetahuannya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada seorang hamba pun yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata kepadanya, "Dan bagimu seperti apa yang kamu pinta" (HR. Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Referensi:Nadatul Iman</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikutip:Dakwah Syariah</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-85802883820236717672015-05-24T23:18:00.000+07:002015-05-24T23:18:10.696+07:00Dakwah Adalah Tugas Kita Semua<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-y46XLdVXpzA/VWH23XVeABI/AAAAAAAAEEo/uBvLsHQQSwA/s1600/dakwah%2Btugas%2Bkita%2Bsemua.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="277" src="http://1.bp.blogspot.com/-y46XLdVXpzA/VWH23XVeABI/AAAAAAAAEEo/uBvLsHQQSwA/s320/dakwah%2Btugas%2Bkita%2Bsemua.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sesungguhnya Dakwah Adalah Tugas Kita Semua." </b>Dunia dakwah adalah dunia cahaya dan lautan cahaya yang menerangi jiwa raga dan semesta dengan petunjuk risalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Gebyar dan gemerlapnya sebuah kota jika tidak dibarengi dengan petunjuk Risalah Rasulullah tidak akan membangun moral dan kemanusiaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka risalah Rasulullah sebagi cahaya harus senantiasa di hadirkan seirama dengan status kemulyaan umat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai (khoiro ummatin ukhrijat linnasi) umat terbaik yang dihadirkan oleh Allah ke muka bumi ini. Mulya karena mambawa cahaya mengantar cahaya kepada yang membutuhkanya. Dakwah dalam makna mengajak diri dan orang lain kepada kebaikan dan menjauhkan diri dan orang lain dari kemungkaran. Semua dari kita yang merasa umat Rasulullah SAW harus bias mengambil bagian dari tugas dakwah ini.. Siapapun kita, yang kaya, yang miskin, yang pandai dan yang bodoh selagi umat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ia harus ikut dalam program mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PRINSIP DAKWAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Membangun keikhlasan kepada Allah dengan menitik beratkan kepada : A. Memahami dakwah sebagai jihad yang menuntut perjuangan dengan harta dan jiwa (biamwalihim waanfusihim). B. Berusaha untuk melibatkan diri sendiri dalam pengorbanan jiwa, raga dan harta sebelum orang lain. C. Berbanggalah jika ada orang lain yang telah berhasil dalam perjuaangan yang serupa dengan yang anda emban. D. Bantulah orang yang seperjuangan dengan anda agar berhasil, baik dengan doa, materi jika ada atau hanya sekedar ikut mempromosikan majelis, program dan perjuanganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Jangan menunggu kaya dan pintar. Suatu ketertinggalan jika mau beramar ma'ruf nahi mungkar menunggu kaya atau pintar. Akan tetapi keinsyafan akan tugas inilah yang akan menghantar seseorang untuk bersemangat tinggi dalam berdakwah dan beramar ma'ruf nahi mungkar. Jika anda orang berilmu, lakukanlah tugas dakwah semampu anda tanpa menunda waktu sesaatpun. .Jika kemampuan Anda hanya dakwah kepada tetangga karena anda tidak mepunyai kendaraan, maka lakukanlah sesuai kemampuan anda sejauh kaki mampu melangkah. dan disaat anda di karuniai sepeda pergilah ketempat yang lebih jauh dan begitu seterusnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika Anda orang kaya tetapi anda tidak berilmu, ambilah bagian dakwah anda sesuai dengan kemampuan anda. Anda memang tidak boleh berceramah atau memberi fatwa karena anda tidak berilmu. Akan tetapi anda bisa berdakwah dengan mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya dengan harta anda dan setelah itu anda mendatangkan orang yang berilmu untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada orang yang anda kumpulkan. Jika anda tergolong orang yang tidak berilmu dan tidak berharta, itu bukan berarti anda tidak bisa menjadi juru dakwah dan kelompok umat terbaik. Anda bisa dengan tenaga anda datang kesana kemari mengajak orang lain agar memasuki Majelis ilmu para ulama di sekitar anda atau anda menjadi tukang sapu atau penjaga sebuah lembaga dakwah dan majlis taklim. Sungguh jika anda tulus dengan kinerja anda itu, anda bisa duduk bersama para ulama di akhirat nanti biarpun anda adalah orang yang tidak berilmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENYAKIT DALAM MEDIA DAKWAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Tawaduk bukan pada tempatnya. Artinya Ada seseorang yang telah memiliki bekal ilmu. Akan tetapi ia tidak segera bangkit ambil bagian dalam dakwah dengan alasan belum waktunya, masih ada yang lainnya, gak enak dengan yang sepuh dan sebagainya. Padahal urusan mencari kemulyaan seseorang harus berlomba dan merasa kalau dirinya adalah yang paling butuh kepada kebaikan tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di jelaskan oleh para Ulama (aliitsaru fittaqorrubi makruhun) mendahulukan orang lain dalam urusan ibadah adalah makruh. Dalam kebaikan seseorang harus fastabiqul khoirot, berlomba dalam kebaikan dengan senantiasa memperhatikan tatakrama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Tidak senang dengan adanya orang yang hendak muncul di dalam dunia dakwah. Ini adalah kedengkian yang amat berbahaya, tidak ada dengki yang lebih mengerikan dan membahayakan melebihi dari dengkinya orang yang terjun di dunia dakwah. Sehingga setiap kali ada orang yang hendak muncul di medan dakwah ini, orang–orang dengki itu berusaha menghalangi baik dengan omongan atau tingkah laku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua hal Inilah yang menjadikan para calon-calon pejuang baru merasa ragu atau bahkan takut untuk tampil. sehingga semakin hari media dakwah semakin jauh dari mereka. Dari sinilah kenapa sering kita ketemukan orang menuntut ilmu agama bertahun-tahun ternyata setelah pulang kegiatanya sangat jauh dari media dakwah. Wallahu a'lam bishshowab. (Al Ustadz Yahya Zainul Ma'arif Hafidzahullah)</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-25790527539785550692015-05-24T23:17:00.002+07:002015-05-24T23:17:46.907+07:00Menulis, Tradisi Qur'ani Sejak Dahulu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-_EfKHo4lSXI/VWH0vfPUbEI/AAAAAAAAEEc/EiZnlvGXxnA/s1600/menulis.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="http://1.bp.blogspot.com/-_EfKHo4lSXI/VWH0vfPUbEI/AAAAAAAAEEc/EiZnlvGXxnA/s320/menulis.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dahulu, setiap kali menerima wahyu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kepada para sahabat yang mampu membaca dan menulis untuk menuliskan wahyu di qirthas. Perintah ini, di samping dimaksudkan untuk melestarikan dan mempermudah hafalan Al-Qur’an, juga sebagai counter culture dari tradisi masyarakat Arab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab, kebanyakan orang arab terdahulu, tidak begitu konsen pada tradisi menulis, namun mereka lebih menekankan pada hafalan, sehingga mereka mampu menghafal berbagai syair-syair dan silsisilah nenek moyang mereka yang begitu panjang. Namun, dalam hal menulis, tidak menjadi tradisi dikalangan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak Al-Qur’an diwahyukan, menulis mulai berkembang menjadi tradisi baru masyarakat Arab. Tradisi ini memperkuat halaqah ilmiah di mana para sahabat saling membaca, mengoreksi, dan menyempurnakan bacaan dan hapalan Al-Qur’an.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tradisi menulis dilakukan para sahabat, bukan hanya terbatas pada penulisan Al-Qur’an dan sebagian Hadits, tetapi juga pada aspek yang lebih luas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, tradisi menulis juga terus berkembang pada generasi berikutnya. Hingga kita jumpai berbagai karya ulama yang sudah tidak bisa dihitung lagi jumlahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karya-karya monumental mereka menjadi saksi akan kuatnya tradisi menulis dikalangan ulama sejak dahulu dan tetap berlangsung hingga saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, menulis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dan menjadi sebuah tradisi Qur'ani.T radisi menulis merupakan pintu gerbang peradaban. Sudah saatnya kaum muslimin kembali menggalakkan tradisi menulis ini sebagai sebuah tradisi Qur’ani dalam rangka menggapai kembali kejayaan peradaban umat.</div>
<br />
Referensi:Nadatul Iman<br />
Redaktur : AR<br />
Dikutip:Dakwah Syariah<br />
Disarikan dari buku "Berdakwah dengan Menulis Buku"</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-27333613199814735202015-05-24T23:17:00.000+07:002015-05-24T23:17:08.275+07:00Pentingnya Memiliki Adab (Sopan Santun)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-lEsVPrY9w1w/VWHyyHcCkOI/AAAAAAAAEEQ/WyTIahlZj-Y/s1600/penuntut-ilmu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-lEsVPrY9w1w/VWHyyHcCkOI/AAAAAAAAEEQ/WyTIahlZj-Y/s320/penuntut-ilmu.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Keberhasilan dakwah dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya tak akan terlepaas dari patokan-patokan yang telah diberikan dalam ajaran agama. Dan contoh terbaik untuk itu adalah apa yang telah dibawa oleh para pendahulu mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam meneladani para salaf, hal pertama yang paling penting diingat adalah masalah adab. Mengenai pentingnya adab, Ibn Al-Mubarak mengatakan, “Kita lebih butuh kepada sedikit adab daripada kepada banyak ilmu.” Seorang ulama berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, sungguh engkau mempelajari satu bab adab lebih aku sukai daripada engkau mempelajari tujuh puluh bab ilmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada yang mengatakan, “Apabila seorang pengajar memiliki tiga hal, yakni kesabaran, tawadhu’, dan akhlaq yang baik, sempurnalah nikmat yang dirasakan oleh para muridnya. Dan apabila seorang murid memiliki tiga hal, yaitu akal, adab, dan pemahaman yang baik, niscaya akan sempurnalah nikmat yang dirasakan oleh pengajamya.” Demikian dikutip dari kitab Al-lhya’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dihikayatkan, Abu Yazid Al-Busthami bermaksud mengunjungi seorang laki-laki yang dikatakan memiliki kebaikan. Maka ia pun menunggunya di sebuah masjid. Lalu orang itu keluar, kemudian meludah di masjid, yakni di dindingnya sebelah luar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat itu, Al-Busthami pun pulang dan tidak jadi bertemu dengannya. la mengatakan, “Orang yang tidak dapat memelihara adab syari’at tidak dapat dipercaya untuk menjaga rahasia Allah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-lmam Ahmad bin Zain Al-Habsyi mengatakan, “Hendaknya seorang penuntut jalan akhirat senantiasa mencari-cari manfaat di mana pun berada, baik pada orang yang ahli maupun bukan ahli, mau mengambil dari setiap orang bagaimana pun ia, baik ia orang alim maupun orang awam. Karena, terkadang akhlaq yang bagus ia dapati pada sebagian orang awam dan tidak ia dapati pada yang lainnya dan juga tidak pada dirinya. Di antara keadaan seorang yang benar adalah mengambil dari teman bergaulnya segala yang baik yang ia lihat terdapat padanya, baik ucapan maupun perbuatan, dan meninggalkan apa yang buruk darinya. Apabila ia mengambil manfaat yang ia dapatkan padanya, janganlah ia mengambil kerusakan dan penyimpangan yang ada pada orang itu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian disebutkan dalam kitab Qurrah al-’Ain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya ia juga mengatakan, “Pemahaman itu bagi yang memilikinya merupakan nikmat yang sangat besar, tetapi mereka terkadang tidak merasakannya sebagai nikmat, karena mereka memandang hal itu bisa diperoleh dari membaca kitab, misalnya. Dan orang yang melakukan muthala’ah kitab-kitab hendaknya memohon pertolongan kepada Allah agar memudahkan pemahaman baginya dan dapat membayangkannya sehingga ia dapat memperoleh apa yang dituntut dan Allah membukakan baginya pemahaman dalam agama.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-lmam Ahmad bin Hasan Al-Attas mengatakan, “Ada dua perkara yang baik untuk diperhatikan seorang penuntut ilmu: Pertama, ia tidak masuk pada sesuatu dari ilmu-ilmu dan amal-amalnya melainkan dengan niat yang baik. Kedua, ia memperhatikan buah dan hasilnya. Apabila tidak memperhatikan ini, ia tidak mendapatkan manfaat.” la juga mengatakan, “Apabila seorang penuntut ilmu membaca suatu kaidah dan ia ingin menghafalnya tetapi tidak ada padanya tinta dan tidak ada pula pena, hendaklah ia menulisnya dengan jarinya pada tangannya atau pada lengannya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Wallahu a’lam"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara adab seorang alim adalah mengatakan “Aku tidak tahu” atau “Wallahu a’lam (Allah lebih mengetahui) apabila ia ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahuinya. Diriwayatkan dalam atsar dari Ibnu Umar, ia mengatakan, “Ilmu itu ada tiga: kitab yang menuturkan, sunnah yang berlaku, dan ucapan ”Aku tidak tahu’.” Al-lmam Muhyiddin An-Nawawi mengatakan, “Di antara ilmu seorang alim adalah ia mengatakan Aku tidak tahu”, atau ‘Wallahu a’lam’, mengenai sesuatu yang tidak diketahuinya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abu Laila, “Aku telah berjumpa dengan 120 sahabat Rasulullah. Apabila salah seorang di antara mereka ditanya tentang suatu masalah, ia mengembalikannya kepada yang lain, begitulah sampai kembali lagi kepada yang pertama.” Di dalam sebuah riwayat dikatakan, “Tidaklah seseorang menyampaikan sebuah hadits melainkan ia ingin agar saudaranya mencukupinya, dan tidaklah diminta untuk memberikan fatwa tentang sesuatu melainkan ingin agar saudaranya mencukupinya dengan memberi fatwa (artinya menjawabnya sehingga ia sendiri tidak perlu lagi menjawabnya).”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih berkenaan dengan hal tersebut, diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas, “Barang siapa memberikan ‘fatwa’ tentang segala sesuatu yang ditanyakan, berarti ia orang gila.” Imam Malik mengatakan, “Barang siapa menjawab suatu masalah, hendaklah sebelum menjawab ia memeriksa dirinya tentang nasibnya nanti, di surga atau neraka, dan bagaimana dapat terbebas dari neraka. Kemudian baru ia menjawab.” la juga mengatakan, ”Tidaklah aku memberikan fatwa sampai tujuh puluh orang mengakui bahwa aku menguasai masalah itu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hendaknya seseorang mengingat ucapan dari Rasulullah, yang mengatakan, “Orang yang paling berani di antara kalian untuk memberikan fatwa, berarti ia paling berani terhadap neraka.” Perhatikanlah keadaan para salaf, baik dari kalangan sahabat, tabiin, maupun ulama-ulama sesudah mereka dan bagaimana mereka melakukan pemeriksaan dalam memberikan fatwa meskipun mereka paling memiliki kemampuan dalam ilmu, memiliki kekuatan dalam ijtihad, dan jauh dari hawa nafsu. Sampai-sampai Imam Malik, salah seorang ulama salafush shalih yang paling terkemuka, pernah hanya menjawab empat masalah dari sekitar empat puluh masalah yang diajukan kepadanya, sedangkan mengenai masalah yang lainnya ia mengatakan, “Allah lebih mengetahui.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Majalah Alkisah No. 22/2009</div>
<div style="text-align: justify;">
Soucer: sarkub.com</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-11568793151791294472015-05-24T23:16:00.000+07:002015-05-24T23:16:38.454+07:00 Ternyata Menangis Itu Benar-Benar Indah <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-0IMTj9HOY3E/VWH5IGM9IpI/AAAAAAAAEE0/_Gs9pAjKKs0/s1600/muslimah-doa1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-0IMTj9HOY3E/VWH5IGM9IpI/AAAAAAAAEE0/_Gs9pAjKKs0/s320/muslimah-doa1.jpg" width="320" /></a></div>
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam becerita tentang seorang yang tampil sebagai yang merindukan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagai yang menuju Ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan sebagai yang berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akan tetapi ia adalah orang yang tidak peduli terhadap dosa dan tidak pernah menyesali atas kesalahannya. Lalu Rosulullah berkata, "Bagaimana do'anya akan terkabul?" Bagaimana harapannya terpenuhi? Bagaimana kerinduannya terobati? Sementara dia adalah orang yang gemar dengan dosa, makan dan minumnya dari yang haram, serta berpakain dari yang haram.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sahabatku dari gambaran perilaku tersebut bisa di fahami artinya ada yang menghalangi langkah-langkah kita menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan ada yang menghambat perjalanan kita menuju Keridhoaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yang berjuang dengan sungguh-sungguh dalam menempuh jalan menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menemui kesia-siaan jika ia tidak sadar akan adanya penghalang serta berusaha untuk menghilangkannya. Penghalang itu adalah dosa dan untuk menghilangkannya adalah dengan bertaubat. Maka taubat adalah hal pertama dan utama yang harus dilakukan bagi seseorang yang ingin menempuh jalan menuju Ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan yang bisa bertaubat, hanyalah orang yang pernah merenungi dosa-dosanya serta menyadari segala kesalahannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Renungkanlah wahai sahabat! Bagaimana bisa bertaubat orang yang tidak pernah menyesali dosa-dosanya dan bagaimana bisa menyesal orang yang tidak pernah merenungi kesalahannya. Merenungi bahwa kesalahan adalah sebab murka Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan jika Allah Subhanahu wa Ta'ala murka maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menyiksanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh dosa sebesar apapun jika disesali lalu memohon ampun dengan sungguh-sungguh maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni. Begitu juga dosa sekecil apapun jika tidak pernah disesali maka Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan mengampuni. Yang telah bertaubat akan kembali bersih seperti yang belum pernah berdosa. Yang telah bertaubat menjadikan Syaitan sangat menyesal dan kecewa tiada terkira. Bahkan satu hal yang menakjubkan bagi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang terjerumus dalam dosa dan maksiat, lalu ia bertaubat disaat ia masih mudah dan memeiliki banyak peluang untuk terus melakukan dosa tersebut .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sahabatku, pernahkah kita merenung ? Jika kematian menjelang sementara dosa-dosa kita belum diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudahkah kita sadari ? Jika dosa belum diampuni itu artinya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menyiksa kita di alam barzah dan akan dilanjutkan dengan siksa di akhirat kelak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alangkah mengerikannya siksa dan murka Allah Subhanahu wa Ta'ala, sudahkah kita menangis di tengah malam, saat kita mengadu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala ?, sudahkah kita menangis, saat kita teringat dosa-dosa?, sudahkah kita mengangis di saat kita memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala?, jangan ragu dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala! Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni dosa sebanyak apa pun jika kita menyesalinya. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan mengampuni dosa sekecil apa pun jika kita tidak menyesalinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh saat terindah adalah saat menitikan air mata penyesalan atas dosa-dosa. Dan mata yang menangis karena takut murka Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan menangis lagi kelak di akhirat disaat mata-mata orang berdosa pada menangis. Menangislah!Menangislah kerena dosa-dosa! Jika kita belum bisa menangis maka berusahalah terus untuk menangis. Dan jika kita masih tidak bisa mengangis maka menangislah karena kita telah tidak bisa menangis. Sebab saat itu hati kita teramat keras. Dan sungguh hati yang keras bukanlah lahan yang subur untuk menanam kerinduan dan cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hati yang keras akan subur dengan lumut ketakaburan yang hanya akan menjauhkan seseorang dari menerima dan menginsyafi kebenaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menangislah wahai sahabatku untuk untuk menyesali semua dosa- dosa yang telah kita perbuat. Itulah tangisan indah, tangis Penyesalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahua'lam.. </div>
<div style="text-align: justify;">
(Buya Yahya)</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-64881322448638114902015-03-29T15:01:00.002+07:002015-03-29T15:01:24.798+07:00Dosa Yang Terhapus karena Anak Kecil<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-66sfeXcllGM/VRevoA5GGvI/AAAAAAAAEDs/tQgxaZzlONQ/s1600/du3a4sick.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-66sfeXcllGM/VRevoA5GGvI/AAAAAAAAEDs/tQgxaZzlONQ/s1600/du3a4sick.jpg" height="209" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bukan termasuk dari golongan kami orang yg tak menyayangi anak kecil dan tak menghormati orang tua (orang dewasa).” (HR. Hadits Tirmidzi No.1843)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain mendapat pengakuan sebagai umat dari Nabi Muhammad, juga akan dilebur dosa-dosanya walaupun itu besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya, Qâm‘uith Tughyân halaman 18 menjelaskan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah menceritakan, bahwa ada seorang tamu datang kepada bagina Nabi Muhammad untuk melaporkan bahwa ia telah melakukan perbuatan maksiat, dan meminta kepada Nabi agar memohon ampunan kepada Allah atas dosa-dosa tamu tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum permintaan itu dipenuhi, Rasulullah pun bertanya kepada si tamu tersebut, “maksiat apa yang telah kamu lakukan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saya malu mengungkapkan perbuatan masiat tersebut, Ya Rasulullah,” Jawab si Tamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Nabi mendesak, “Kenapa kau harus malu menceritakan di depan saya tentang dosa-dosa yang telah kamu perbuat, sedangkan kepada Allah Subhanhu Wa Ta'alat. yang selalu memantaumu tidak malu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu Rasulullah meminta kepada si tamu untuk segera pergi. “Pergilah, sebelum api neraka datang ke sini karena ulah dosa-dosamu!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya si tamu tersebut pergi sambil menangis dengan perasaan sedih bercampur kecewa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak lama kemudian, Malaikat Jibril datang dan menenggur Nabi, “Ya Muhammad janganlah membuat si tamu yang melakukan maksiat merasa sedih dan putus asa, karena si tamu sudah membayar kafarat (denda) atas dosanya, walaupun dosa tersebut besar”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Muhammad pun bertaya, “Apa kafaratnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kafaratnya adalah anak kecil. Ketika tamu yang datang tadi tiba di rumahnya, tiba-tiba ada anak kecil mencegatnya dan meminta sesuatu yang bisa dimakan. Akhirnya tamu itu memberikan makanan. Lantas anak itu pergi dengan perasaan senang dan bahagia. Itulah kafarat atas dosa si tamu,” jelas Malaikat Jibril kepada Rasulullah. (Ahmad Rosyidi/nuon)</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-71732667259676374412015-03-29T15:01:00.000+07:002015-03-29T15:01:02.000+07:00 Menabur Benih Gandum Sambil Berdzikir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-jRmw8ED_Zd8/VReugY4sM6I/AAAAAAAAEDg/f1y_RL5saio/s1600/gandum-1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-jRmw8ED_Zd8/VReugY4sM6I/AAAAAAAAEDg/f1y_RL5saio/s1600/gandum-1.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sebuah desa, di dekat kota Thus tinggallah seorang hamba Allah yang saleh. Imam Ghazali yang telah kembali ke kota Thus pun segera mengunjunginya. Menyaksikan kedatangan Imam Ghazali, orang saleh yang sedang menabur benih gandum di kebunnya tersebut, serta merta menyambutnya. Salah seorang teman orang saleh itu bermaksud menggantikannya menabur benih gandum sementara dia menemui Imam Ghazali, namun orang saleh tersebut menolak permintaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hati, Imam Ghazali bertanya-tanya, mengapa ia tidak mau digantikan? Beberapa waktu kemudian beliau pun menanyakan alasan orang saleh itu tidak membiarkan temannya menggantikannya menabur benih gandum tersebut. Orang saleh itu pun menjawab, “Aku selalu menabur benih gandum ini dengan hati yang khusyuk dan lisan yang berdzikir kepada Allah. Aku berharap agar setiap orang yang memanen gandum ini nantinya memperoleh keberkahan. Karena itulah aku tidak menyerahkan benih ini kepada seseorang yang akan menaburnya dengan hati yang tidak khusyuk dan lisan yang tidak berdzikir kepada Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang saleh terdahulu selalu menanamkan niat yang baik dalam setiap gerak dan diam mereka. Karena itulah, kehidupan orang-orang saleh terdahulu diliputi keberkahan. Lain halnya dengan kita yang hidup di zaman sekarang. Saat ini, jangankan ketika menanam benih, dalam shalat pun kita sering lupa dan tidak mengingat Allah. Yang teringat adalah dunia; anak, pasangan hidup, pekerjaan, dan berbagai kegiatan duniawi yang mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Alangkah indahnya jika kita dapat mencontoh akhlak orang saleh dalam kisah di atas. Bagaimana kiranya jika ketika menanak nasi, memasak di dapur, menyuapi anak, dan sejenisnya, semua itu dilakukan sembari berdzikir kepada Allah….?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ta’riful Ahya Bifadhailil Ihya, Darul Fikr, Beirut, Juz.I, Hal.172. Dikutip dari Buku "Akhlak Para Wali" hal. 125-126</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-4132438709038319552015-03-29T15:00:00.000+07:002015-03-29T15:00:08.339+07:00Cara Harun Ar-Rasyid Mendidik Anaknya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-TIYM6eHVlXk/VRettwkm3RI/AAAAAAAAEDQ/n4s3pEhm5SU/s1600/harusn%2Bar-rasyid.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-TIYM6eHVlXk/VRettwkm3RI/AAAAAAAAEDQ/n4s3pEhm5SU/s1600/harusn%2Bar-rasyid.jpg" /></a></div>
Di bawah kepemimpinan Harun Ar-Rasyid (786-809 M), Khalifah kelima Dinasti Abbasyiyah, umat Islam mengalami masa keemasannya. Seluruh penerjemah Muslim, Yahudi dan Kristen berkumpul di Baghdad untuk mengalihbahasakan naskah-naskah ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pusat-pusat kajian digalakkan oleh pemerintah sementara para ulama dan intelektual rajin menulis karya-karya mereka. Baghdad menjadi tujuan belajar dan detak jantung peradaban dunia. Di masa ini ilmu sangat dihargai dan para ilmuan mendapatkan perlakuan yang istimewa oleh masyarakat bahkan oleh Khalifah Abbasyiah sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Khalifah dan para Wazir menyerahkan anak-anak mereka kepada para ulama dan ilmuwan Islam untuk diasah akal dan moralnya. Di hadapan para ulama dan imuwan muslim, tidak ada perlakuan khusus bagi anak-anak pejabat negara. Sebaliknya, para anak pejabat tersebut diharuskan menunjukkan sikap hormat yang tinggi terhadap guru mereka sebagai bukti penghargaan mereka terhadap ilmu pengetehuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu ketika Harun Ar-Rasyid mengirimkan anaknya kepada Imam al-Asma`i untuk belajar ilmu dan budi pekerti. Kemudian di suatu hari Harun Ar-Rasyid melihat anaknya menyiramkan air ke kedua kaki gurunya itu untuk berwudhu', sementara sang guru membasuh dan membersihkan kakinya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat hal ini, Harun Ar-Rasyid merasa tidak senang. Kemudian ia berkata kepada Imam Ashma`i: "Aku mengirimkan anakku kepada anda untuk diajarkan ilmu pengetahuan dan budi pekerti. Mengapa anda tidak menyuruhnya menyiramkan air dengan salah satu tangannya dan membasuh dan membersihkan kaki anda dengan tangannya yang lain?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah tradisi yang berlaku dalam dunia Islam di masa itu. Sebuah masa yang telah berhasil mengantarkan umat Islam mencapai puncak kemajuannya dan berhasil menyumbangkan khazanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di masa ini pula sebagian besar naskah-naskah klasik Islam di berbagai bidang ilmu pengetahuan ditulis, baik ilmu yang berkenaan dengan disiplin agama maupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sains dan teknologi. (Anam)</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-4148147376203036372015-03-29T14:59:00.002+07:002015-03-29T14:59:44.996+07:00Hikmah Kehidupan Dari Ilmu Nahwu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-Yaz0gBuglb0/VRewyTe389I/AAAAAAAAED0/r9fY6mxFXhU/s1600/hikmah%2Bkehidupan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-Yaz0gBuglb0/VRewyTe389I/AAAAAAAAED0/r9fY6mxFXhU/s1600/hikmah%2Bkehidupan.jpg" /></a></div>
Belajar Hikmah Kehidupan Dari Ilmu Nahwu<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Didalam ilmu Nahwu ada istilah I'rab. I'rab adalah berubahnya akhir kalimat disesuaikan dengan fungsi 'amil yang memasukinya, baik perubahan itu nampak jelas didalam lafadhnya atau diperkiraan saja. I'rab dibagi menjadi empat yakni Jer/Khofadz, Nashob, Rofa' dan Jazm. Apabila seorang santri ingin sukses, maka hendaknya dia bersedia melewati tahapan seperti ini yakni Jer lalu Nashob lalu Rofa' lalu Jazem, dan tahapan ini tidak boleh dibolak balik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama : Jer maknanya menyeret atau Khofadz maknanya (menurunkan atau merendahkan), dan alamat aslinya adalah Kasroh maknanya pecah, dan kasroh itu letaknya di bawah garis. Jadi seorang santri itu harus bersedia di bawah, melayani guru, menyeret langkah, dan pecah pemikirannya. Dan jangan terbalik, jadi santri kok sudah senang ongkang-ongkang kayak raja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua : Nashob maknanya tegak, dan alamat aslinya adalah Fathah maknanya membuka, dan fathah itu letaknya di atas garis. Jadi seorang santri kalau sudah sabar dan ikhlas pada maqom jer, maka insya-Alloh dia akan semakin tegak langkahnya, terbuka pemikirannya, serta naik derajatnya di atas garis kehidupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga : Rofa' maknanya mengangkat, dan alamat aslinya adalah Dlammah maknanya mengumpulkan, dan dhommah itu letaknya di atas garis dengan bentuk bulat ujung atasnya. Jadi seorang santri jika istiqomah pada maqom nashob, maka insya-Alloh akan segera naik derajat pada maqom rofa', sebagaimana Alloh menegaskan di dalam Al Qur'an :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">يَرْفَعِ الله الّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالّذِيْنَ أوتُواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ</span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ke-empat : Jazem maknanya tetap, dan alamat aslinya adalah SUKUN maknanya sakinah (tenang, tentram), dan sukun itu letaknya di atas garis serta bulat bentuknya. Jadi kalau santri mampu bersabar dan istiqomah menaiki tangga dari maqom Jer lalu Nashob lalu Rofa', maka insya-Allah dia akan tetap langkahnya, tidak mudah terombang ambing oleh arus dan keadaan serta hatinya akan sakinah (tenang dan tentram)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh : Ust. Dawam Mu'allim (Bontang)</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-68731192176314223022015-03-29T14:57:00.000+07:002015-03-29T14:57:03.083+07:00Menulis Sebagai Tradisi Qur'ani Sejak Dulu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-ERuWR9BOeXA/VRerGprVzOI/AAAAAAAAEDE/fCaKjGc7_RU/s1600/menulis.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-ERuWR9BOeXA/VRerGprVzOI/AAAAAAAAEDE/fCaKjGc7_RU/s1600/menulis.png" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Dahulu, setiap kali menerima wahyu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan kepada para sahabat yang mampu membaca dan menulis untuk menuliskan wahyu di qirthas. Perintah ini, di samping dimaksudkan untuk melestarikan dan mempermudah hafalan Al-Qur’an, juga sebagai counter culture dari tradisi masyarakat Arab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab, kebanyakan orang arab terdahulu, tidak begitu konsen pada tradisi menulis, namun mereka lebih menekankan pada hafalan, sehingga mereka mampu menghafal berbagai syair-syair dan silsisilah nenek moyang mereka yang begitu panjang. Namun, dalam hal menulis, tidak menjadi tradisi dikalangan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak Al-Qur’an diwahyukan, menulis mulai berkembang menjadi tradisi baru masyarakat Arab. Tradisi ini memperkuat halaqah ilmiah di mana para sahabat saling membaca, mengoreksi, dan menyempurnakan bacaan dan hapalan Al-Qur’an.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tradisi menulis dilakukan para sahabat, bukan hanya terbatas pada penulisan Al-Qur’an dan sebagian Hadits, tetapi juga pada aspek yang lebih luas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, tradisi menulis juga terus berkembang pada generasi berikutnya. Hingga kita jumpai berbagai karya ulama yang sudah tidak bisa dihitung lagi jumlahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karya-karya monumental mereka menjadi saksi akan kuatnya tradisi menulis dikalangan ulama sejak dahulu dan tetap berlangsung hingga saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, menulis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dan menjadi sebuah tradisi Qur'ani.T radisi menulis merupakan pintu gerbang peradaban. Sudah saatnya kaum muslimin kembali menggalakkan tradisi menulis ini sebagai sebuah tradisi Qur’ani dalam rangka menggapai kembali kejayaan peradaban umat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Redaktur : AR</div>
<div style="text-align: justify;">
Disarikan dari buku "Berdakwah dengan Menulis Buku"</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-65565126203517465162015-03-29T14:54:00.003+07:002015-03-29T14:54:50.581+07:00Pentingnya Memiliki Adab (Sopan Santun)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-Dl223t6fqjU/VRep1nnYiwI/AAAAAAAAEC8/BFTlIaPS3MM/s1600/penuntut-ilmu.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-Dl223t6fqjU/VRep1nnYiwI/AAAAAAAAEC8/BFTlIaPS3MM/s1600/penuntut-ilmu.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Keberhasilan dakwah dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya tak akan terlepaas dari patokan-patokan yang telah diberikan dalam ajaran agama. Dan contoh terbaik untuk itu adalah apa yang telah dibawa oleh para pendahulu mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam meneladani para salaf, hal pertama yang paling penting diingat adalah masalah adab. Mengenai pentingnya adab, Ibn Al-Mubarak mengatakan, “Kita lebih butuh kepada sedikit adab daripada kepada banyak ilmu.” Seorang ulama berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, sungguh engkau mempelajari satu bab adab lebih aku sukai daripada engkau mempelajari tujuh puluh bab ilmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada yang mengatakan, “Apabila seorang pengajar memiliki tiga hal, yakni kesabaran, tawadhu’, dan akhlaq yang baik, sempurnalah nikmat yang dirasakan oleh para muridnya. Dan apabila seorang murid memiliki tiga hal, yaitu akal, adab, dan pemahaman yang baik, niscaya akan sempurnalah nikmat yang dirasakan oleh pengajamya.” Demikian dikutip dari kitab Al-lhya’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dihikayatkan, Abu Yazid Al-Busthami bermaksud mengunjungi seorang laki-laki yang dikatakan memiliki kebaikan. Maka ia pun menunggunya di sebuah masjid. Lalu orang itu keluar, kemudian meludah di masjid, yakni di dindingnya sebelah luar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat itu, Al-Busthami pun pulang dan tidak jadi bertemu dengannya. la mengatakan, “Orang yang tidak dapat memelihara adab syari’at tidak dapat dipercaya untuk menjaga rahasia Allah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-lmam Ahmad bin Zain Al-Habsyi mengatakan, “Hendaknya seorang penuntut jalan akhirat senantiasa mencari-cari manfaat di mana pun berada, baik pada orang yang ahli maupun bukan ahli, mau mengambil dari setiap orang bagaimana pun ia, baik ia orang alim maupun orang awam. Karena, terkadang akhlaq yang bagus ia dapati pada sebagian orang awam dan tidak ia dapati pada yang lainnya dan juga tidak pada dirinya. Di antara keadaan seorang yang benar adalah mengambil dari teman bergaulnya segala yang baik yang ia lihat terdapat padanya, baik ucapan maupun perbuatan, dan meninggalkan apa yang buruk darinya. Apabila ia mengambil manfaat yang ia dapatkan padanya, janganlah ia mengambil kerusakan dan penyimpangan yang ada pada orang itu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian disebutkan dalam kitab Qurrah al-’Ain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya ia juga mengatakan, “Pemahaman itu bagi yang memilikinya merupakan nikmat yang sangat besar, tetapi mereka terkadang tidak merasakannya sebagai nikmat, karena mereka memandang hal itu bisa diperoleh dari membaca kitab, misalnya. Dan orang yang melakukan muthala’ah kitab-kitab hendaknya memohon pertolongan kepada Allah agar memudahkan pemahaman baginya dan dapat membayangkannya sehingga ia dapat memperoleh apa yang dituntut dan Allah membukakan baginya pemahaman dalam agama.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-lmam Ahmad bin Hasan Al-Attas mengatakan, “Ada dua perkara yang baik untuk diperhatikan seorang penuntut ilmu: Pertama, ia tidak masuk pada sesuatu dari ilmu-ilmu dan amal-amalnya melainkan dengan niat yang baik. Kedua, ia memperhatikan buah dan hasilnya. Apabila tidak memperhatikan ini, ia tidak mendapatkan manfaat.” la juga mengatakan, “Apabila seorang penuntut ilmu membaca suatu kaidah dan ia ingin menghafalnya tetapi tidak ada padanya tinta dan tidak ada pula pena, hendaklah ia menulisnya dengan jarinya pada tangannya atau pada lengannya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Wallahu a’lam"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara adab seorang alim adalah mengatakan “Aku tidak tahu” atau “Wallahu a’lam (Allah lebih mengetahui) apabila ia ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahuinya. Diriwayatkan dalam atsar dari Ibnu Umar, ia mengatakan, “Ilmu itu ada tiga: kitab yang menuturkan, sunnah yang berlaku, dan ucapan ”Aku tidak tahu’.” Al-lmam Muhyiddin An-Nawawi mengatakan, “Di antara ilmu seorang alim adalah ia mengatakan Aku tidak tahu”, atau ‘Wallahu a’lam’, mengenai sesuatu yang tidak diketahuinya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abu Laila, “Aku telah berjumpa dengan 120 sahabat Rasulullah. Apabila salah seorang di antara mereka ditanya tentang suatu masalah, ia mengembalikannya kepada yang lain, begitulah sampai kembali lagi kepada yang pertama.” Di dalam sebuah riwayat dikatakan, “Tidaklah seseorang menyampaikan sebuah hadits melainkan ia ingin agar saudaranya mencukupinya, dan tidaklah diminta untuk memberikan fatwa tentang sesuatu melainkan ingin agar saudaranya mencukupinya dengan memberi fatwa (artinya menjawabnya sehingga ia sendiri tidak perlu lagi menjawabnya).”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih berkenaan dengan hal tersebut, diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas, “Barang siapa memberikan ‘fatwa’ tentang segala sesuatu yang ditanyakan, berarti ia orang gila.” Imam Malik mengatakan, “Barang siapa menjawab suatu masalah, hendaklah sebelum menjawab ia memeriksa dirinya tentang nasibnya nanti, di surga atau neraka, dan bagaimana dapat terbebas dari neraka. Kemudian baru ia menjawab.” la juga mengatakan, ”Tidaklah aku memberikan fatwa sampai tujuh puluh orang mengakui bahwa aku menguasai masalah itu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hendaknya seseorang mengingat ucapan dari Rasulullah, yang mengatakan, “Orang yang paling berani di antara kalian untuk memberikan fatwa, berarti ia paling berani terhadap neraka.” Perhatikanlah keadaan para salaf, baik dari kalangan sahabat, tabiin, maupun ulama-ulama sesudah mereka dan bagaimana mereka melakukan pemeriksaan dalam memberikan fatwa meskipun mereka paling memiliki kemampuan dalam ilmu, memiliki kekuatan dalam ijtihad, dan jauh dari hawa nafsu. Sampai-sampai Imam Malik, salah seorang ulama salafush shalih yang paling terkemuka, pernah hanya menjawab empat masalah dari sekitar empat puluh masalah yang diajukan kepadanya, sedangkan mengenai masalah yang lainnya ia mengatakan, “Allah lebih mengetahui.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Majalah Alkisah No. 22/2009</div>
<div style="text-align: justify;">
Soucer: sarkub.com</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-3523831617639571642015-02-12T17:19:00.000+07:002015-02-12T17:19:07.550+07:00Rahasia Kalimat Adzan di Waktu Subuh<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-WhU_d7i28Co/VNx5Jw9kl2I/AAAAAAAAECA/UBHUlaWqTvY/s1600/shalat%2Bshubuh.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-WhU_d7i28Co/VNx5Jw9kl2I/AAAAAAAAECA/UBHUlaWqTvY/s1600/shalat%2Bshubuh.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Rahasia Dibalik Kalimat Adzan di Waktu Subuh</b><br />
<br />
Mungkin ada dari pembaca yang kerap kali tak menyadari, apa sebab Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kita bangun pagi dan shalat subuh? Dan mengapa dalam adzan subuh terdengar kalimat yang berbeda, kalimat yang tidak ada pada azan di lain waktu. <br />
<br />
<span style="font-size: x-large;">الصلاة خير من النوم</span><br />
<br />
“shalat (pada saat) itu lebih baik dari pada tidur”.<br />
<br />
Jika kita terjemahkan, akan berarti "Sholat itu Lebih Baik Daripada Tidur". Tetapi coba perhatikan baik baik. Mengapa kalimat itu hanya dikumandangkan saat adzan subuh saja? Anda benar, dalam kalimat itu Allah Subhanahu wa Ta'ala ternyata sedang memberikan isyarat kasih sayangnya pada kaum muslimin, sebuah isyarat yang sering kita abaikan maknanya, yang jika kita tangkap isyarat itu kira kira akan berbunyi seperti ini.<br />
<br />
Subhanallah, Laa Khaula Wa Laa Quwwata Illa Billaah, Lalu mengapa isyarat itu justru dikumandangkan hanya pada shalat subuh, tatkala kita semua sedang terlelap, dan bukan pada adzan untuk shalat lain?.<br />
<br />
Pada studi MILIS, studi GISSI 2 dan studi-studi lain di luar negeri, yang dipercaya sebagai suatu penelitian yang shahih mendapati sebuah kesimpulan jika puncak terjadinya serangan jantung sebagian besar dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 12 siang. <br />
<br />
Mengapa demikian? Karena pada saat itu sudah terjadi perubahan pada sistem tubuh dimana terjadi kenaikan tegangan saraf simpatis (istilah Cina:Yang) dan penurunan tegangan saraf parasimpatis (YIN). Tegangan simpatis yang meningkat akan menyebabkan kita siap tempur, tekanan darah akan meningkat, denyutan jantung lebih kuat dan sebagainya.<br />
<br />
Pada tegangan saraf parasimpatis yang meningkat maka terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung kurang kuat dan ritmenya melambat. Terjadi peningkatan aliran darah ke perut untuk menggiling makanan dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga kita merasa mengantuk, pokoknya yang cenderung kepada keadaan istirahat.<br />
<br />
Pada pergantian waktu pagi buta (mulai pukul 3 dinihari) sampai siang itulah secara diam-diam tekanan darah berangsur naik, terjadi peningkatan adrenalin yang berefek meningkatkan tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah (efek vasokontriksi) dan meningkatkan sifat agregasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku) walaupun kita tertidur. Aneh bukan? Hal ini terjadi pada semua manusia, setiap hari termasuk anda dan saya maupun bayi anda. Hal seperti ini disebut sebagai ritme Circardian/Ritme sehari-hari, yang secara kodrati diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada manusia. <br />
<br />
Furgot dan Zawadsky pada tahun 1980 dalam penelitiannya mengeluarkan sekelompok sel dinding arteri sebelah dalam pada pembuluh darah yang sedang diselidikinya (dikerok). Pembuluh darah yang normal yang tidak dibuang sel-sel yang melapisi dinding bagian dalamnya akan melebar bila ditetesi suatu zat kimia yaitu: Asetilkolin. <br />
<br />
Pada penelitian ini terjadi keanehan, dengan dikeluarkannya sel-sel dari dinding sebelah dalam pembuluh darah itu, maka pembuluh tadi tidak melebar kalau ditetesi asetilkolin.<br />
<br />
Penemuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan dalam dunia kedokteran. “Jadi itu toh yang menentukan melebar atau menyempitnya pembuluh darah, sesuatu penemuan baru yang sudah sekian lama, sekian puluh tahun diteliti tapi tidak ketemu”.<br />
<br />
Penelitian itu segera diikuti penelitian yang lain diseluruh dunia untuk mengetahui zat apa yang ada didalam sel bagian dalam pembuluh darah yang mampu mengembangkan/melebarkan pembuluh itu. Dari sekian ribu penelitian maka zat tadi ditemukan oleh Ignarro serta Murad dan disebut NO/Nitrik Oksida. Ketiga penelitian itu Furchgott dan Ignarro serta Murad mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.<br />
<br />
Zat NO selalu diproduksi, dalam keadaan istirahat tidur pun selalu diproduksi, namun produksi dapat ditingkatkan oleh obat golongan Nifedipin dan nitrat dan lain-lain tetapi juga dapat ditingkatkan dengan bergerak, dengan olahraga. Efek Nitrik oksida yang lain adalah mencegah kecenderungan membekunya darah dengan cara mengurangi sifat agregasi/sifat menempel satu sama lain dari trombosit pada darah kita.<br />
<br />
Jadi kalau kita kita bangun tidur pada pagi buta dan bergerak, maka hal itu akan memberikan pengaruh baik pada pencegahan gangguan kardiovaskular.<br />
<br />
Naiknya kadar NO dalam darah karena exercise yaitu wudhu dan shalat sunnah dan wajib, apalagi bila disertai berjalan ke mesjid merupakan proteksi bagi pencegahan kejadian kardiovaskular tanpa manusia menyadarinya. Selain itu patut dicatat bahwa pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejan, posisi ini meningkatkan tonus parasimpatis (yang melawan efek tonus simpatis). Dengan exercise tubuh memproduksi NO untuk melawan peningkatan kadar zat adrenalin di atas yang berefek menyempitkan pembuluh darah dan membuat sel trombosit darah kita jadi bertambah liar dan saling merangkul.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah, sudah sejak awal Islam datang menyerukan shalat subuh. Hanya saja Allah tidak secara jelas menyatakan manfaat akan hal ini karena tingkat ilmu pengetahuan manusia belum sampai dan masih harus mencarinya sendiri walaupun harus melalui rentang waktu ribuan tahun. <br />
<br />
Petunjuk bagi kemaslahatan umat adalah tanda kasihNya pada hambaNya. Bukti manfaat instruksi Allah Subhanahu wa Ta'ala baru datang 1400 tahun kemudian. Allahu Akbar. (Sumber : Zilzaal)</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-69277947653969238322015-02-12T16:50:00.000+07:002015-02-12T16:50:02.520+07:00Nasehat Indah Imam Al-Zamakhsyari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-RAh_t_ZjJis/VNxedlIFQII/AAAAAAAAEBw/dcxVSzGTxIs/s1600/ilustrasi%2Bal-zamakhsyari.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-RAh_t_ZjJis/VNxedlIFQII/AAAAAAAAEBw/dcxVSzGTxIs/s1600/ilustrasi%2Bal-zamakhsyari.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Nasehat Indah Imam Al-Zamakhsyari</b><br />
Imam Al-Zamakhsyariy merupakan salah seorang ulama yang kitabnya banyak menjadi acuan kaum Muslimin. Beliau memiliki wawasan luas, bahkan beliau disebut sebagai Al-Imam al-Kabir (Imam Besar) dalam bidang tafsir al-Qur’an, hadits Nabi, gramatika, filologi, dan seni deklamasi (elocution). Karyanya meliputi bidang hadits, tafsir, gramatika, bahasa, retorika, dan lain sebagainya. Ia merupakan ulama bermadzhab Hanafi. Nama lengkap beliau adalah Abu al-Qasim Mahmud bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Umar al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari.<br />
<br />
Ia lahir pada tanggal 27 Rajab 467 H, bertepatan dengan tahun 1074 M di Zamakhsyar, suatu desa di Khawarizmi, terletak di wilayah Turkistan, Rusia. Itu sekilas mengenai Imam Az-Zamakhsyari. Kita akan mengambil pelajaran beberapa kalam hikmah yang berasal dari beliau, sebagaimana yang tercantum didalam karya beliau bernama Athwaq al-Dzahab fiy al-Mawa'idh wa al-Khutab :<br />
<span style="font-size: x-large;"><br />يا عبد الدينار والدرهم متى أنت عتيقهما، ويا أسير الحرص والطمع متى أنت طليقهما. هيهات لا عتاق إلا أن تكاتب على دينك الممزق، ولا إطلاق أو تفادي بخيرك الملزّق.</span><br />
<br />
"Wahai orang yang diperbudak oleh Dinar dan Dirham, bilakah kau dimerdekakan ? Wahai orang yang tertawan oleh kerakusan dan ketamakan, bilakah kau dibebaskan ? Mustahil kau dapat merdeka jika tak kau tambal agamamu yang sudah robek. Mustahil kau akan lepas jika bukan dengan kebaikanmu yang terikat". <br />
<span style="font-size: x-large;"><br />يا من يشبعه القرض، ما هذا الحرص. ويا من ترويه الجرع، ما هذا الجزع. ستعلم غداً إذا تندّمت، أن ليس لك إلا ما قدمت. وإذا لقيت المنون، لم ينفعك مال ولا بنون. ما يصنع بالقناطير المقنطرة، عابر هذه القنطرة، وما يريد من البهجة والفرحة، نازل ظلّ هذه السرحة</span><br />
<br />
"Wahai orang yang kenyang dengan harta riba. Kerakusan macam apa ini?. Wahai orang yang puas dengan seteguk air. Kepuasan macam apa ini?. Kelak kau akan mengetahui saat penyesalan tiba. Bahwa tak ada yang menemanimu kecuali amalanmu. Dan jika sang maut menyapamu. Tak berguna anak maupun harta. Apa yang bisa diperbuat dengan segunung harta yang melimpah. Untuk meniti jembatan maut ini (Shirath). Apa yang bisa diharapkan dari kebahagiaan dan kesenangan sesaat. Jika akhirnya harus terjatuh dalam kesengsaraan abadi".<br />
<br />
Referensi:Nadatul Iman<br />
Redaktur : AR</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikutip:Dakwah Syariah</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-83890148194439511992014-12-19T01:21:00.000+07:002014-12-19T01:21:13.000+07:00Golongan Yang diDoakan Oleh Malaikat Allah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-YbHVFN35Af8/VJMayRwrnsI/AAAAAAAAEBc/OHEvEL8rUWQ/s1600/do'a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-YbHVFN35Af8/VJMayRwrnsI/AAAAAAAAEBc/OHEvEL8rUWQ/s1600/do'a.jpg" height="202" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Golongan-Golongan Yang Dido'akan Oleh Para Malaikat Allah." Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam Al-Qur'an :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ (26) لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ (27) يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ (28)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya." <b>(QS. Al-Anbiyaa : 26-28)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu poin dalam ayat ini, bahwa Malaikat hanya memberi syafa'at kepada orang-orang yang mendapat ridlo Allah Subhanahu wa Ta'ala. Artinya sungguh beruntung baik didunia dan akhirat orang-orang yang melakukan hal-hal yang diridloi oleh Allah Subhanahu wa ta'alaa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Al-Qurthubi didalam Al-Jami' li-Ahkamil Qur'an menafsirkan ; "(wa Laa Yasyfa'una Illaa li-manir-tadloo), Ibnu 'Abbas berkata "Orang-orang yang memperoleh hal tersebut adalah orang-orang yang bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah", dan Al-Mujahid berkata : "Mereka adalah orang-orang yang Allah ridlo kepadanya, kelak di akhirat Malaikat juga akan memberikan syara'at sebagaimana dijelaskan didalam shahih Muslim dan lainnya, dan demikian juga ketika dunia, para Malaikat memohonkan ampun bagi orang-orang mukmin dan bagi orang-orang yang ada di bumi".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siapa saja orang-orang yang bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah atau orang mukmin dimuka bumi yang mendapatkan do'a malaikat tersebut ?. Berikut adalah diantaranya :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”. <b>(HR. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” <b>(HR. Imam Muslim)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang berada pada shaf-shaf terdepan” <b>(HR. Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dari Barra’ bin ‘Azib)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan kekosongan di dalam shaf).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf”. <b>(HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Sayyidah Aisya.)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”. (HR. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia” <b>(HR. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. Orang-orang yang melakukan shalat Shubuh dan ‘Ashar secara berjama’ah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah SAW bersabda, “ Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’” <b>(HR. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah )</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’” (HR. Imam Muslim dari Ummud Darda’)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9. Orang-orang yang berinfak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”<b> (HR. Bukhari dan Imam Muslim)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10. Orang yang sedang makan sahur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa) kepada orang-orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah". (HR. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh” <b>(HR. Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (HR. Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu A'lam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Redaktur : AR</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-67328932664704276942014-11-12T23:34:00.002+07:002014-11-12T23:41:43.272+07:00Ketika Sahabat Merindukan Rasulullah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-4JXERMOhHSM/VGONvfD1XtI/AAAAAAAAEBA/QrQKRsVRntk/s1600/rindu%2Brasulullah%2Bcopy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="//2.bp.blogspot.com/-4JXERMOhHSM/VGONvfD1XtI/AAAAAAAAEBA/QrQKRsVRntk/s1600/rindu%2Brasulullah%2Bcopy.jpg" /></a></div>
Setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam wafat pada tahun ke-11 H, Bilal merasakan hari-harinya dipenuhi dengan kerinduan dan kenangan hidup yang mendalam bersama Nabi. Tak tahan itu terus mengganggu hari-harinya, ia pun berhijrah ke Syam (Suriah, sekarang). Namun, kenangan dan kerinduannya akan Rasul selalu ada dalam benaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu malam, ia bermimpi. Orang yang dikasihinya hadir dalam mimpinya. Dalam mimpi itu, Rasul bertanya kepadanya. “Kebekuan apakah ini hai Bilal? Bukankah sudah waktunya engkau mengunjungiku?” Maksudnya sudah lama engkau tidak mengunjungiku wahai Bilal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Spontan Bilal terjaga dari tidurnya. Ketakutan dan kesedihan tidak dapat ia sembunyikan dari air mukanya. Secepat kilat ia meraih tunggangannya. Meluncur menuju Madinah Al-Munawarah. Sesampai di kuburan Rasulullah, tanpa terasa air matanya tumpah. Ia bolak-balikkan wajahnya di atas pusara kekasihnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al-Hasan dan Al-Husain, cucu Rasulullah, mengetahui hal itu. Mereka mendatangi Bilal. Segera Bilal memeluk dan mencium rindu keduanya. Sejurus kemudian, mereka berkata, “Duhai Bilal, kami ingin sekali mendengarkan lantunan azanmu laiknya engkau azan untuk kakek kami di Masjid ini dulu.” Bilal kemudian mengumandangkan azan, sesuai dengan keinginan kedua cucu Rasul itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka ketika ia mengumandangkan, “Allahu Akbar”, Kota Madinah gempar. Saat melanjutkan, “Asyhadu alla Ilaha Illallah” kegemparan itu makin menjadi-jadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kala meneruskan, “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, para warga Madinah keluar dari rumahnya seraya bertanya-tanya. “Bukankah Rasulullah telah diutus?” Maksudnya mereka heran dan kaget seolah-olah Rasulullah hidup lagi. Tidak ada hari sepeninggal Rasulullah di Madinah terlihat banyak orang yang menangis baik perempuan maupun laki-laki kecuali hari itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah sahabat Bilal ini diriwayatkan-di antaranya-oleh Imam as-Samanhudi dalam Wafa’ul Wafa’ (4/1405) dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq/Sejarah Damaskus (7/137). Kisah ini setidaknya memberi lima pelajaran. Pertama, mimpi bertemu Rasulullah adalah hak. “Dan siapa saja yang melihat Rasulullah dalam tidurnya maka dia benar-benar telah melihatnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, karena setan tidak bisa menyerupainya.” (HR Bukhari-Muslim). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ahli hadis abad ke-21 dari Lebanon, Abdullah Al-Harari (w. 2008) menafsiri bahwa seseorang yang pernah bermimpi bertemu Rasulullah maka insya Allah ia akan meninggal husnul khatimah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, ziarah ke pusara Rasulullah merupakan amalan yang baik. Ketiga, menangis dan mencium pusara Rasulullah sebagai ekspresi cinta dan kerinduan adalah hal yang wajar. Rasulullah bersabda, “Seseorang akan dikumpulkan kelak dengan orang yang ia cintai.” (HR Al-Bukhari).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keempat, azan hendaknya dikumandangkan dengan suara yang nyaring. Sebagaimana Bilal yang bersuara lantang dan ketika azan naik ke atap Masjid an-Nabawi. Kelima, ziarah kubur dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat …” (HR Al-Hakim).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga kita termasuk orang-orang yang rindu kepada Rasulullah, sebagaimana Bilal rindu kepadanya. Testimoni Umar bin Al-Khattab, “Abu Bakar adalah sayyiduna (pemimpin kita) dan yang telah memerdekakan sayyidana, (Bilal).”Wallahu A’lam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis : Alvian Iqbal Zahasfan</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-48364011508053549912014-11-12T23:33:00.000+07:002014-11-12T23:41:04.149+07:00 Nasehat Sayyidina Utsman dan Sayyidina 'Ali<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-U41fel0AwVI/VGONljsAluI/AAAAAAAAEA4/7P3djGJdh64/s1600/nasehat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://3.bp.blogspot.com/-U41fel0AwVI/VGONljsAluI/AAAAAAAAEA4/7P3djGJdh64/s320/nasehat.jpg" width="320" /></a></div>
Nasehat Sayyidina Utsman dan Sayyidina 'Ali Dalam Sepuluh Hal<br />
<br />
Menurut Sayyidina Utsman bin Affan radliyallahu 'anh ada 10 hal yang paling disia-siakan yaitu :<br />
<br />
1. Orang alim yang tidak dapat dijadikan tempat bertanya,<br />
2. Ilmu yang tidak diamalkan,<br />
3. Pendapat yang benar yang tidak diterima,<br />
4. Senjata yang tidak dipakai,<br />
5. Masjid yang tidak digunakan shalat,<br />
6. Mushhaf (Al-Qur’an) yang tidak dibaca,<br />
7. Harta yang tidak di infakkan,<br />
8. Kuda yang tidak ditunggangi,<br />
9. Ilmu zuhud yang ada pada hati orang yang cinta dunia,<br />
10. Umur panjang yang tidak digunakan sebagai bekal untuk bepergian (menuju akhirat).<br />
<br />
Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah pun berkata mengenai 10 hal yaitu :<br />
<br />
1. Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan,<br />
2. Etika adalah sebaik-baiknya pekerjaan,<br />
3. Takwa adalah sebaik-baiknya bekal,<br />
4. Ibadah adalah sebaik-baiknya perdagangan,<br />
5. Amal shaleh adalah sebaik-baiknya penuntun (menuju surga),<br />
6. Akhlak terpuji adalah sebaik-baiknya teman (dunia akhirat),<br />
7. Al-Hilmu (rendah diri) adalah sebaik-baiknya penolong,<br />
8. Qana’ah adalah sebaik-baiknya kekayaan,<br />
9. Taufiq adalah sebaik-baiknya pertolongan,<br />
10. Kematian adalah sebaik-baiknya pendidik menuju perangai yang terpuji.<br />
<br />
Sepuluh nasehat diatas tercantum didalam kitab karya ulama besar Indonesia yaitu Syaikh Nawawi Al-Bantani, dalam kitabnya yang bernama Nashaihul 'Ibad, Nasehat Bagi Hamba-Hamba Allah. []<br />
<br />
Redaktur : AR</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-3533914063039618602014-11-12T23:32:00.001+07:002014-11-12T23:40:31.386+07:00Wasiat Sunan Kalijaga dan 10 Asas Dakwah Wali Songo<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-J5ALEnhJ3CM/VGONdRYVBrI/AAAAAAAAEAw/I4HjtHgkobI/s1600/sunan%2Bkali%2Bjaga%2B_novel.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/-J5ALEnhJ3CM/VGONdRYVBrI/AAAAAAAAEAw/I4HjtHgkobI/s320/sunan%2Bkali%2Bjaga%2B_novel.jpg" width="266" /></a></div>
Wasiat Sunan Kalijaga dan Sepuluh Asas Dakwah Wali Songo</div>
<div style="text-align: justify;">
Wasiat Sunan Kalijaga dalam kitabnya yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Yen wis tibo titiwancine kali-kali ilang kedunge, pasar ilang kumandange, wong wadon ilang wirange mangka enggal – enggala tapa lelana njlajah desa milang kori patang sasi aja ngasik balik yen during olih pituduh (hidayah) saka gusti Allah”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya kurang lebih :</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jika sudah tiba zamannya dimana sungai-sungai hilang kedalamannya (banyak orang yg berilmu yg tidak amalkan ilmunya), pasar hilang gaungnya (pasar orang beriman adalah masjid, jika masjid-masjid tak ada adzan, wanita-wanita hilang malunya (tidak menututup aurat dsb) maka cepat-cepatlah kalian keluar 4 bulan dari desa ke desa (dari kampong ke kampong) dari pintu ke pintu (dari rumah ke rumah utk dakwah) jagnlah pulang sebelum mendapat hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kita buat dakwah berpegang dengan azas dakwah ini maka dakwah kita akan mirip dengan dakwah nabi dan sahabat shg akan menjadi asbab hidayah keseluruh alam. 10 Asas Dakwah Walisongo :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Sugih tanpa banda (kaya tanpa hanya)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : jangan yakin pada harta….kebagahiaan dalam agama, dakwah jagan bergantung degan harta</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Ngluruk tanpa bala (menyerbu tanpa banyak orang/tentara)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : jangan yakin dengan banyaknya jumlah kita,…..yakin dengan pertolongan Allah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Menang tanpa ngasorake (menang/unggul tanpa merendahkan orang)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : dakwah jangan menganggap hina musuh-musuh kita….kita pasti unggul tapi jangan merendahkanorang lain (jangan sombong)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Mulya tanpa punggawa (mulia tanpa anak buah)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : kemuliaan hanya dalam iman dan amalan agama bukan degan bnyaknya pengikut</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Mletik tanpa sutang (melompat jauh tanpa tanpa galah/tongkat panjang)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : niat utk dakwah keseluruh alam, Allah yang berangkatkan kita bukan asbab dunia seperti harta dsb</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Mabur tanpa lar (terbang tanpa sayap)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : kita bergerak jumpa umat…dari orang-orang ke orang…. jumpa ke rumah-rumah mereka </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. Digdaya tanpa aji-aji (sakti tanpa ilmu2 kedigdayaan)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : kita dakwah, Allah akan Bantu (jika kalian Bantu agama Allah, maka pasti Allah akan tolong kalian dan Allah akan menangkan kalian)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8. Menang tanpa tanding (menang tanpa berperang)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : dakwah dengan hikmah, kata-kata yg sopan, ahlaq yg mulia dan doa menangislah pada Allah agar umat yg kita jumpai dan umat seluruh alam mendadapatkan hidayah….bukan dengan kekerasan….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi saw bersabda yg maknanya kurang lebih : ‘Haram memerangi suatu kaum sebelum kalian berdakwah (berdakwah dengan hikmah) kepada mereka”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9. Kuncara tanpa wara-wara (menyebar/terkenal tanpa gembar-gembor/iklan2 dsb)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : bergerak terus jumpa umat, tidak perlu disiar-siarkan atau di umum-umumkan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10. Kalimasada senjatane ( senjatanya kalimat iman adalah (syahadat)</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya : selalu mendakwahkan kalimat iman, mengajak umat pada iman dan amal salih….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Redaktur : AR</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber dari : KH Mukhlisun, Ponpes Sirojulmukhlisin, Payaman – Magelang Jawa tengah, Indonesia (Madzab syafei, sunni, keturunan sunan kalijaga)</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-15146407147158202902014-11-12T23:32:00.000+07:002014-11-12T23:39:57.807+07:00Ukhuwah dan Kasih Sayang Sesama Muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-U48giW0HByc/VGONUxhlagI/AAAAAAAAEAo/y30oS9rM1uk/s1600/ruhamau%2Bbainahum.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="//3.bp.blogspot.com/-U48giW0HByc/VGONUxhlagI/AAAAAAAAEAo/y30oS9rM1uk/s1600/ruhamau%2Bbainahum.jpg" /></a></div>
Allahu Subhanahu wa Ta'alaa berfirman :</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. <b>(QS. Al-Fath : 29)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Didalam ayat diatas, Allah menjelaskan karakter seorang umat Nabi Muhammad yaitu memiliki rasa kasih sayang sesama mereka. Dalam ayat yang lain, Allah juga menyebutkan karakter tersebut sebagai karakter generasi pengganti; generasi pilihan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin <b>(QS. Al-maidah : 54)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lantas, bagaimana bentuk kasih sayang sesama muslim untuk mempererakh ukhuwah Islamiyah sesama mereka. Dalam hal ini, setidaknya ada beberapa bentuk kasih sayang anatra lain :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Berlemah lembut dalam bersikap dan bertutur</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. <b>(QS. Ali Imran : 159) </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Memaafkan dan memohonkan ampun serta bermusyawarah dengan mereka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu <b>(QS. Ali Imran : 159) </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Tawadhu' terhadap sesama Muslim</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain. <b>(HR. Muslim).</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Menghilangkan hal-hal yang bisa menyakiti mereka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah hadits, Abu Barzah Al-Aslami bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> يَا رَ سُوْ لَ الله ِدُ لَّنِي عَلَى عَمَلٍ أَ نْتَفِعُ بِهِ قَالَ:اِعْزِلْ الْأَ ذَى عَنْ طَرِ يْقِ الْمُسْلِمِيْنَ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat bermanfaat bagiku.” Beliau menjawab, “Singkirkanlah gangguan dari jalan-jalan kaum muslimin.” <b>(H.r. Muslim dan Ibnu Majah)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. Senyum, Salam dan Sapa</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Senyummu di hadapan wajah saudaramu adalah sedekah <b>(HR. Tirmidzi)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wahai sekalian manusia, sebarkan salam, berikan makanan, dan lakukan shalat saat orang lain tidur malam, niscaya kalian masuk surga dengan tenang. (HR. Tirmidzi, "hasan shahih")</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Meringankan kesusahan sesama Muslim dan membantu mencarikan solusi baginya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. Barangsiapa menghilangkan kesusahan seseorang, maka Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat. (Muttafaq 'alaih)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
7. Menutupi aib sesama Muslim</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah menutup aibnya pada hari kiamat.(Muttafaq 'alaih)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
8. Senang melakukan/memberikan sesuatu yang disenangi sesama Muslim</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak beriman seseorang hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya(HR. Bukhari)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
9. Menunaikan hak-hak mereka, terutama enam hak sosial Muslim dari Muslim lainnya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> حَقُّ الْمُسْلِمُ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمُ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وِإِذَا إِسْتَنْصَحَكَ فَأَنْصِحْهُ, وإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتهُ, وَإِذَا مَرَضَ فَعِدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَأَتْبِعْهُ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam; jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, jika dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika dia meminta nasihat kepadamu maka nasihatilah dia, jika dia bersin dia memuji Allah subhanahu wata’ala maka bertasymitlah untuknya, jika dia sakit maka jenguklah, dan jika dia mati maka iringilah jenazahnya.<b> (H.R. Muslim)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tasymit adalah mendo’akan Muslim yang bersin dengan ucapan "Yarhamukallah" (semoga Allah merahmatimu)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10. Mendoakan sesama Muslim dalam doa-doa kita, baik sepengetahuannya ataupun di luar sepengetahuannya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;"> مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada seorang hamba pun yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata kepadanya, "Dan bagimu seperti apa yang kamu pinta" (HR. Muslim)</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4284028384660846865.post-34378385533638722082014-11-04T23:15:00.000+07:002014-11-04T23:15:53.063+07:00Tentara Zionis Depresi dan Bunuh Diri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-uEXE-I-U2ik/VFj6UpJnxII/AAAAAAAAD_o/4p_JXZhGIbI/s1600/israel_nangis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-uEXE-I-U2ik/VFj6UpJnxII/AAAAAAAAD_o/4p_JXZhGIbI/s1600/israel_nangis.jpg" /></a></div>
<span style="font-size: x-large;"><b>Pasca Agresi ke Gaza, Banyak Tentara Zionis yang Depresi dan Bunuh Diri </b></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nazaret (SI Online) - Sebuah laporan yang dirilis Selasa (4/11/2014) mengungkapkan, tiga serdadu zionis yang terlibat dalam agresi militer ke Gaza melakukan bunuh diri, sementara ratusan lainnya mengalami depresi, seperti dirilis harian Maarev mengutip sumber di komisi luar negeri Knesset zionis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tiga serdadu yang melakukan bunuh diri berasal dari brigade Givati," demikian dikatakan Kepala divisi kesehatan mental di militer zionis, Kolonel Kern Ginant.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pasca kasus bunuh diri tersebut, aparat kesehatan mental dengan bantuan komandan Brigade Givati mulai memeriksa kesehatan jiwa serdadu yang dikirim dalam pertempuran Gaza, pemeriksaan masih dilakukan di tiga Brigade lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kolonel Ginant melaporkan, ratusan tentara terindikasi depresi. Dalam laporan kementerian kesehatan, pasca agresi ke Gaza, sebanyak 463 serdadu mengalami depresi, 4 mengalami tekanan mental, dan 93 mengalami luka fisik dan jiwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agresi militer penjajah zionis ke Gaza dua bulan lalu berlangsung selama 50 hari, lebih dari 2000 warga Palestina gugur, dan puluhan ribu lainnya luka-luka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
red: adhila</div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: infopalestina</div>
<div style="text-align: justify;">
dikutip: Dakwah Syariah</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05335453900883643759noreply@blogger.com0