السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Panel Home
Other Content
HADITSHR BUKHARI
    • Posts
    • Comments
    • Pageviews

  • Translate
  • Jangan Kita Bersifat Riya Dalam Ibadah

    Di antara syarat diterimanya amal shalih adalah bersih dari riya dan sesuai dengan sunnah. Orang yang melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat orang lain, maka dia telah terjerumus ke dalam perbuatan syirik kecil dan amalnya menjadi sia-sia belaka. Misalnya, shalat agar dilihat oleh orang lain. Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (An-Nisaa: 142)

    Demikian juga, jika ia melakukan suatu amalan dengan tujuan agar diberitakan dan didengar oleh orang lain, maka ia termasuk syirik kecil. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi peringatan kepada mereka dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu anhuma.

    "Barangsiapa melakukan perbuatan sumah niscaya Allah akan memperdengarkan aibnya dan barangsiapa melakukan perbuatan riya, niscaya Allah akan memperlihatkan aibnya,"( Hadits riwayat Muslim, 4/2289.)

    (Perbuatan riya adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan cara tertentu supaya dilihat orang lain dan dipujinya. Misalnya, seseorang melakukan shalat, lalu memperindah shalatnya, tatkala mengetahui ada orang yang melihat dan memperhatikannya. Sedangkan perbuatan sumah adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud agar didengar dan dipuji orang lain. Misalnya, seseorang membaca Al-Quran, lalu memperindah suara dan lagunya tatkala mengetahui ada orang yang mendengar dan memperhatikan-nya. (pent.).)

    Barangsiapa melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena mengharap pujian manusia di samping ridha Allah, maka amalannya menjadi sia-sia belaka. Seperti disebutkan dalam hadits qudsi.

    "Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amal dengan dicampuri perbuatan syirik kepadaku, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima) amal syiriknya."( Hadits riwayat Muslim, hadits no. 2985.)

    Barangsiapa melakukan suatu amal shalih, tiba-tiba terdetik dalam hatinya perasaan riya, tetapi ia membenci perasaan tersebut, berusaha melawan dan menyingkirkannya, maka amalannya tetap sah. Berbeda halnya jika ia hanya diam dengan timbulnya perasaan riya, maka menurut sebagian besar ulama, amal yang dilakukannya menjadi batal dan sia-sia. (as)

    0komentar :

    Posting Komentar

    top