Doa adalah permohonan ’Sang Hamba’ kepada Khaliqnya (Allah). Dikabulkan atau tidak, semuanya terserah kepadaNya. Tetapi, Allah (Sang Klaliq) telah memberi jaminan, bahwa setiap doa yang dipanjatkan oleh seseorang atau sekelompok orang dari hamba Allah akan dikabulkan olehNya dengan prasyarat yang jelas.
Fiman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang berkaitan dengannya adalah:
Fiman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang berkaitan dengannya adalah:
وَإِذا سَأَلَكَ عِبادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذا دَعانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah/2: 186).
Prasyaratnya sederhana: “memenuhi segala perintah Allah dan beriman kepadaNya”. Sederhana, bukan?
Tetapi, sesederhana apa pun, menjadi orang yang bisa memenuhi segala perintah Allah dan beriman kepadaNya, bukanlah sesuatu yang mudah. Setuju?
Salah seorang sahabat tercinta Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. pernah menceritakan, bahwa suatu ketika beliau. bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
“Ada tujuh komuntas manusia yang senantiasa akan mendapatkan naungan perlindungan Allah di saat tiada lagi perlindungan dari, oleh dan bagi siapa pun selain perlindungan dari-Nya: (1) pemimpin yang adil; (2) anak muda yang memiliki antusiasme untuk selalu beribadah kepada Tuhannya (Allah); (3) yang hatinya selalu tertaut pada masjid-masjid (tempat-tempat sujud); (4) dua anak manusia yang saling mencintai dalm koridor aturan dan karena Allah, yang keduanya (senantiasa) bertemu dan berpisah karena-Nya; (5) seorang lali-laki yang dirayu (untuk berbuat sesuatu yang dilarang oleh Allah) oleh perempuan yang berkarisma dan cantik-molek, lalu ia pun mengelak, seraya berkata: ”aku takut kepada Allah” (6) yang bersedekah secara tersembunyi, hingga tangan kirinya pun tah pernah tahu apa yahg dialkukan oleh tangan kananya (ketika bersedekah), dan – yang terakhir – (7) yang berdzikir untuk (mengingat) Allah dalan keadaan menyendiri, dan ketika itu air matanya mengalir deras (karena doa-doanya) [Hadis Riwayat Al-Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah, dan At-Tirmidzi mengutipnya secara khusus dalam, kitab Al-Hub Fillâh [Cinta Kepada Allah] dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudriy).”
Hadis di atas mengisahkan bahwa ada satu komunitas dari tujuh komunitas khusus yang selalu akan mendapatkan naungan perlindungan dari Allah di ketika tiada lagi perlindungan dalam bentuk apa pun dari, oleh dan bagi siapa pun selain perlindungan dari Allah sendiri kepadanya, yaitu: “komunitas yang senantiasa berkemauan dan berkemampuan untuk memanjatkan doa-doanya kepada Allah dengan ‘mata-hatinya”, sehingga di saat ia mmanjatkan doa-doanya secara spontan berlinanglah air matanya karena sikap ihsânnya. Ia ucapkan doa-doanya dari lubuk hatinya yang terdalam, hingga ia sadar bahwa ia tengah berhadapan langsung dengan Tuhannya (Allah) yang selalu menyimak dengan seksama seluruh rangkaian ungkapan kata-hatinya. Ia pun menangis di hadapan Allah, dengan sikap rajâ’ dan khauf (harap dan cemas).
Saat ini masih banyak orang menyangka bahwa air mata adalah simbol ’ketidak-berdayaan’. Orang yang sering meneteskan air matanya, bahkan dianggap sebagai makhluk yang ’cengeng’. Kucuran air mata bahkan seringkali diberi stigma ”negatif”, ”lemah, dan ”rapuh”. Namun, bila kita cermati, ternyata tidaklah sesederhana itu. Air mata bisa saja menandai sikap “terbaik” sesorang hamba ketika bermunajat kepada Allah.
Anda dipersilakan untuk banyak membaca. dan setelah membaca serta mengeksperimentasikan sebagian besar hasil bacaan itu, Anda akan semakin percaya dan bahkan ’haqqul yaqîn’ untuk menyatakan bahwa sebgain kucuran air mata setiap orang yang berdzikir untuk Alllah dengan ’khusyu’’, merupakan alarm (sinyal) akurat dari anugerah yang tak ternilai dari Allah. Menangis karena Allah merupakan bukti dari kehadiran Allah pada hati yang ’bersih’ (berjiwa ikhlas).
Kita pun bisa berkata, bahwa setelah kita membaca lembaran hidup kita sendiri, mencermati apa yang dikatakan oleh siapa pun tentang diri kita, atau bahkan berempati terhadap penderitaan orang lain, tanpa sadar tiba-tiba air mata kita pun menetes. Bahkan, dalam pengalaman hidup kita, sebuah kabar yang sangat menyenangkan diri kita pun, terkadang mengakibatkan air mata kita mengalir deras. Dan, yang paling sering seseorang alami, hal itu terjadi pada saat seseorang yang tengah ”berdoa” di antara shalat-shalat yang ia lakukan. Hingga seseorang seolah-olah bisa berteriak di dalam hatinya: ”berbahagialah siapa pun yang selalu berdzikir dengan tetesan air mata, karena ia ’sadar’ bahwa Allah tengah bersamanya.
Para pembaca mungkin pernah mengalami seperti apa air mata anda mengalir. ”Ketika cobaan datang dan menyesakkan dada, anda pun menangis. Melihat kepedihan orang lain dan mencoba berempati dengan berandai-andai bahwa andalah yang menanggung kepedihan itu, air mata anda pun bisa menetes. Dan, yang sungguh luar biasa, andaikata tetesan air mata itu berlanjut di ketika mengingat Allah dengan berdoa untuk keselamatan kesejahteraan bagi orang-orang yang tengah menderita, Anda pun ”menangis”, bisa beramakna anda adalah orang yang “lembut-hati”.
Dan saatnya kini Anda berdoa: “Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun, maafkan keangkuhan hamba. lembutkan hati hamba untuk bisa merasakan semua ketentuan-Mu tanpa harus bersedih. Kuatkan sinyal hati hamba ini agar selalu bisa menangkap dengan cerdas semua sinyal kebesaran-Mu tanpa harus merasa kecil hati, lemah, dan takut. Jadikanlah air mata kami sebagai tanda kedekatan kami kepada-Mu. Sapulah mendung kepedihan dalam diri kami. Ringankan semua penderitaan kami, yang begitu banyak datang silih-berganti di muka bumi ini. Peliharalah kami ya Allah dari segala macam godaan setan, dan mudahkanlah bagi diri kami untuk menggapai dan mengamalkan petunjuk-Mu. Jadikan sejak saat ini juga air mata kami mengalir bersama doa-doa kami, karena kami selalu mengingat-Mu.
Âmîn.
Oleh muhsinhar
0komentar :
Posting Komentar