Mengenal Kitab-Kitab Hadits
Mengenal Kitab Al-Jami’, Al-Sunan, dan Al-Mushannaf
1. Kitab Al-Jami’
Menurut etimologinya, al-Jami’ artinya “yang menghimpun” sehingga dapat dipahami bahwa kitab al-Jami’ adalah kitab yang menghimpun banyak hal. Karena itulah, menurut istilah ulama hadis, pengertian kitab al-Jami’ ada dua macam, yaitu:
1. Dilihat dari segi pokok kandungan hadis yang dihimpunnya, pengertian kitab al-Jami’ adalah kitab hadis yang disusun dan dibukukan oleh pengarangnya terhadap semua pembahasan agama. Di antaranya masalah iman, thaharah, ibadah, mu’amalah, pernikahan, sirah, riwayat hidup, tafsir, adab, penyucian jiwa, fitnah dan lain sebagainya. Inilah yang membedakan antara kitab al-jami’ dan kitab al-Musannaf. Karena hanya disusun berdasarkan permasalahan tertentu dan umumnya adalah mengenai persoalan fikih, sedangkan al-Jami’ lebih umum.
2. Dilihat dari segi sumber rujukan hadis-hadis yang dihimpunnya, pengertian kitab al-Jami’ adalah kitab yang menghimpun hadis-hadis yang berasal dari kitab-kitab hadis yang telah ada.
Hanya saja secara umum, kitab al-Jami’ dimaknai dalam pengertiannya yang pertama yaitu kitab disusun berdasarkan bab dan mencakup hadis-hadis dari berbagai sendi ajaran Islam.
Sebagai contoh kitab al-Jami’ adalah kitab Sahih al-Bukhari (194-256 H), kitab tersebut ia beri nama “al-Jami’ al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min umuri Rasulillahi Sallallahu ‘alaihi wa sallama wa sunanihi wa ayyamihi". kitab tersebut dinamakan al-Jami’ karena di dalamnya mencakup masalah yang beraneka ragam, termasuk persoalan hukum, politik, dan sebagainya.[1]
2. Kitab As-Sunan
As-sunan yaitu kitab-kitab yang disusun berdasarkan bab-bab tentang fiqhi dan hanya memuat hadis-hadis yang marfu’ saja agar dijadikan sumber bagi para Fuqaha dalam mengambil sebuah kesimpulan. As-sunan tidak terdapat pembahasan tentang Sirah, Aqidah, Manaqib, dan lain-lain. As-sunan hanya membahas masalah fiqhi dan hadis-hadis hukum saja. Al-Kittana mengatakan bahwa susunan kitab sunan berdasarkan bab-bab tentang fiqhi mulai bab tentang Iman, Tharah, Sholat, Zakat, Puasa, Haji, dan seterusnya.[2]
Kitab-kitab sunan yang terkenal adalah : Sunan Abu Daud karya Sulaiman Bin Asy’ast As-Sijistani (W 275 H), Sunan An-nasa’i karya Abdurrahman Ahmad Bin Syu’aib An-nasa’I (W 303 H), Sunan Ibnu Majah karya Muhammad Bin Yazid bin Majah Al-Qazwiniy (W 275 H), dan yang lainnya.
Salah satu kitab yang disusun secara sunan adalah kitab Sunan Abu Dawud. Kitab tersebut disusun berdasarkan fiqhi dan hanya memuat hadis-hadis marfu’ dan tidak memuat hadis-hadis mauquf dan maqtu’, sebab menurutnya keduanya tidak disebut sunnah. Dalam Sunan Abu Dawud terdapat beberapa kitab dan setiap kitab terbagi dalam beberapa bab. Adapun perinciannya adalah : 35 Kitab, 1871 Bab, dan 4800 hadis. Ada juga yang mengatakan bahwa hadis dalam Sunan Abu Dawud berjumah 5274 hadis.[3]
3. Kitab Al-Mushannaf
Menurut istilah ahli hadis mushannaf adalah sebuah kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fiqhi, yang didalamnya terdapat hadis marfu’, mauquf, dan maqtu’. Karena mushannaf adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan kitab fiqih, maka Muwatta’ termasuk didalamnya.[4]
Salah satu contoh hadis yang menggunakan metode ini adalah kitab al muwatta’ karya Imam Malik. Secara eksplisit tidak ada pernyataan yang tegas tentang metode yang dipakai oleh Imam Malik dalam menghimpun kitabnya al muwatta’, namun secara implicit dengan melihat paparan Imam Malik dalam kitabnya dapat diketahui bahwa metode yang ia gunakan adalah metode mushannaf atau muwatta’.
Disamping itu Imam Malik juga menggunakan tahapan-tahapan penyeleksian terhadap hadis-hadis yang disandarkan kepada nabi, kepada sahabat atau fatwa sahabat, fatwa tabi’in, ijma' ahli Madinah, dan pendapat Imam Malik sendiri. Dalam hal ini ada empat kriteria yang diutarakan oleh Imam Malik dalam mengkritisi para periwayat hadis yaitu:
Periwayat hadis bukan orang yang berprilaku jelek
Bukan ahlul bid’ah.
Bikan orang suka berdusta.
Bukan orang yang tau ilmu tapi enggang mengamalkannya.[5]
Meskipun Imam Malik telah berusaha seselektif mungkin dalam memfilter hadis-hadis yang ia terima untuk dihimpun, tetap saja ulama hadis berbeda pendapat dalam memberikan penilaian terhadap kualitas hadis-hadisnya. Misalnya Sufyan bin Uyainah dan al Suyuti mengatakan seluruh hadis yang diriwayatkan oleh imam Malik adalah sahih karena diriwayatkan dari orang-orang yang dapat dipercaya.
Abu Bakar Al Abhari berpendapat tidak semua hadis dalam kitab al muwatta’ sahih, ada yang mursal, mauquf, dan maqtu’. Ibnu Hazm berpendapat bahwa dalam kitab All Muwatta’ terdapat 300 hadis mursal dan 70 hadis dhaif. Sedangkan Ibnu Hajar berpendapat bahwa didalamnya terdapat hadis mursal bahkan hadis mungqati’.[6]
Berdasarkan kitab yang telah ditahqiq oleh M. Fuad abdul Baqi’, kitab al muwatta’ Malik terdiri dari 2 juz, 61 bab, dan 1824 hadis. Berbeda dengan pendapat M. Syuhudi Ismail yang mengatakan bahwa kitab almuwatta’ terdiri dari 1804 hadis.[7]
Mengenal Kitab Al-Mustadrak, Al-Mustakhraj, Al-Musnad, dan Al-Mu’jam
1. Kitab Al-Mustadrak
Penyusun kitab al mustadrak adalah kitab yang disusun untuk memuat hadis-hadis yang tidak dimuat didalam kitab-kitab hadis sebelumnya, padahal hadis itu shahih menurut syarat yang dipergunakan oleh ulama tersebut. Salah satu kitab Mustadrak yang terkenal adalah al Mustadrak ala Shahihaini karya al Hakim al Naisabury (321-405 H).[8]
2. Kitab Al-Mustakhraj
Mustakhraj adalah kitab hadis yang memuat matan-matan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhary atau Muslim atau kedua-duanya atau lainnya, kemudian sipenyusun meriwayatkan matan-matan hadis tersebut dengan sanad sendiri yang berbeda. Misalnya: mustakhraj shahih bukhary susunan Al Jurjaniy.[9]
3. Kitab Al-Musnad
Sebuah kitab hadis dinamakan musnad apabila ia memasukkan semua hadis yang pernah ia terima dengan tanpa menerangkan derajat ataupun nyaring hadis-hadis tersebut. Kitab musnad berisi tentang hadis-hadis kumpulan hadis, baik itu hadis shahih, hasan dhaif. Atau kitab hadis yang disusun menurut nama rawi pertama yang menerima dari Rasul selanjutnya sampai pada perawi terakhir.[10] Mencari suatu hadis dalam kitab ini sangatlah rumit, tapi dengan terbitnya Tiftah Kunusi, al-Mu’jam al-Mufahrasy dan Taysirul Manfaah, maka kesukaran itu pun hilang.
Al-masanid yang dibuat oleh para ulama hadis sangatlah banyak. Menurut al-Kattani jumlahnya sebanyak 82 musnad dan menurutnya lebih banyak dari itu. Adapun Musnad yang terkenal adalah : Musnad Imam Ahmad Bin Hambal (W 241 H), Musnad Abu Dawud Sulaiman Bin Dawud Ar-rashili (W 204 H), Musnad Abu Bakar Abdullah Bin Azzubair Al-humaidy (W 219 H), dan lain-lain.
Musnad-mussnad ini sebagaimana disebutkan sebelumnya tidak hanya berisi kumpulan-kumpulan hadis shahih saja, tetapi mencakup semua kualitas hadis dan berurutan sesuai bab fiqhi saja tetapi juga berdasarkan urutan nama sahabat.
Karena kitab Musnad jumlahnya cukup banyak maka dalam menentukan title sahabat ada yang berdasarkan alphabet atau abjad berdasarkan sahabat yang pertama tama masuk Islam, ada yang berdasarkan Al-asyaratul Mubassyirina Fil Jannah atau sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga dan lain-lain.
Salah satu kitab musnad yang dijadikan kitab Al-ushuliy (sumber) adalah musnad Ahmad Bin Hambal. Musnad Ahmad Bin Hambal termasuk kitab termasyhur yang disusun pada periode tahun kelima perkembangan hadis (abad ketiga Hijriyah). Kitab ini menghimpun dan melengkapi kitab-kitab hadis yang ada sebelumnya dan merupakan satu kitab yang yang dapat memenuhi kebutuhan kaum muslimin dalam dalam hal agama dan dunia pada masanya. Seperti halnya ulama-ulama abad ketiga semasanya, Imam Ahmad Bin Hambal menyusun kitab haditsnya secara musnad. Hadis-hadis yang terdapat dalam kitab musnadnya tersebut tidak semua diriwayatkan olehnya, akan tetapi sebagiannya merupakan tambahan dari putranya Abdullah dan juga Abu Bakar Al-qat’i.
Musnad Ahmad Bin Hambal memuat 40.000 hadis dan 10.000 diantaranya dengan berulang serta tambahan dari putranya Abdullah dan Abu Bakar Al-qat’i kurang lebih 10.000 hadis.
Secara umum terdapat tiga penilaian ulama yang berbeda tentang derajat hadis dalam kitab hadis Musnad Ahmad Bin Hambal antara lain :
Seluruh hadis yang terdapat dalam kitab Musnad Ahmad Bin Hambal dapat dijadikan sebagai Hujjah.
Dalam kitab Musnad Ahmad Bin Hambal terdapat hadis shahih, dhaif, dan bahkan maudhu’.
Dalam kitab Musnad Ahmad Bin Hambal terdapat hadis shahih dan dhaif dan mendekati hasan.
Diantara mereka yang berpendapat demikian adalah Al-Zahadi, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ibnu Taimiyah dan Assuyuti.[11]
4. Kitab Al-Mu’jam
Mu’jam disusun mengikut tertib huruf ejaan, atau mengikut susunan nama guru-guru mereka. Nama guru-guru mereka juga disusun mengikut ejaan nama atau laqob mereka.
Mu’jam juga hanya mengumpulkan Hadis-hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tanpa melihat kwalitas Hadis-hadisnya.
Contoh kitab-kitab mu’jam ialah Mu’jam Tabrani, Mu’jam kabir, Mu’jam as-Sayuti, dan Mu’jam as-Saghrir, Mu’jam Abi Bakr, ibn Mubarak, dan sebagainya.
Kitab rijal yang mengumpulkan orang-orang yang tersebut dalam meriwayatkan Hadis-hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. mengikiut ejaan bersama dengan kuniyyahnya. Ini semua adalah untuk memastikan kesahihan sesebuah Hadis.[12]
[1] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Ilmu Hadis.Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, al-Jami’ al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min umuri Rasulillahi Sallallahu ‘alaihi wa sallama wa sunanihi wa ayyamihi(Beirut; Dar Ibn Katsir, 1987).
[2] M. hasbi As Shiddiqiiy, Loc. Cit
[3] M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis,(Cet,I;Yogyakarta :teras,2003),h.93
[4] M. Hasbi Ash shiddiqiy, Sejarah Pengantar Ilmu Hadis, (Cet.VIII;Semarang:pustakarizki putra,2001),h.194
[5] Ahmad As-Syarbbasi, Sejarah Dan Biografi Empat Mazhab,(Jakarta:Bumi Aksara, 1992),h.104
[6] M. Hasbi As Shiddiqiiy, Op. Cit.,h.196.
[7] M. Shudi Ismail, Cara Prakti Mencari Hadis, (Cet,I;Yogyakarta :Teras,2003),h.15
[8] Abu Abdillah al hakim al Naisaburiy, Op.Cit,.
[9] M. syuhudi Ismmail, Op.Cit,.h.121
[10] M. hasbi As Shiddiqiiy, Op. Cit.,h.177
[11] Subhi al Shalih, Op.Cit,.h.116
[12] http://zunlynadia.wordpress.com/2010/12/29/jenis-jenis-kitab-hadis/
0komentar :
Posting Komentar