Menjadi Muslimah Sekaligus Pengusaha." Muslimah selalu identik dengan urusan dapur dan merawat anak. Tapi, ada jutaan muslimah memiliki talenta kuat dalam dunia usaha yang bisa meraup pundi-pundi finansial melebihi kemampuan pria. Di antara mereka, tetap ingin mengurus rumah tangga, anak dan tanpa harus menjadi wanita karir yang harus masuk kantor dari pagi hingga malam.
Sayang, di antara mereka masih kebingungan menentukan keputusan. Di bawah ini ada beberapa tips dan hal-hal yang tak boleh diabaikan.
Niatkan Membantu Suami
Menentukan niat, adalah awal yang akan sangat menentukan perjalanan selanjutnya. Selain karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi nilai segala perbuatan berdasarkan pada niatnya, lebih dari itu niat inilah yang semenjak awal membentuk pola pikir kita sehingga nantinya mengarahkan pilihan dalam menentukan berbagai kebijakan. Berarti dia pulalah yang akan menyetir arah berkembangnya karir dan usaha seseorang.
Muslimah yang sejak awal berniat mengembangkan usaha demi ambisi kesuksesaan pribadi atau mengumpulkan kekayaan, bisa jadi akan mengorbankan banyak kepentingan keluarganya jika dirasa akan menghalangi langkahnya dalam mencapai niat awal ini. Jelas, ini tak diperbolehkan dalam Islam.
Selama masih ada suami sebagai penopang nafkah keluarga, niat terbaik bagi istri untuk membuka usaha adalah dalam rangka membantu suami mencari nafkah. Dalam batas ini, maka kepentingan karir suami tetap dinomorsatukan.
Pekerjaan yang Aman
Kriteria ‘aman’ bagi seorang istri adalah manakala kondisi pekerjaan tersebut bisa disesuaikan dengan karakter fisik dan psikisnya yang khas. Mempertahankan karakter keibuan yang feminin misalnya, tetap harus dilakukan dengan cara memilih jenis-jenis pekerjaan yang diperkirakan tidak terlalu maskulin agar tidak mengikis karakter keibuannya.
Pekerjaan yang tidak harus menguras keletihan fisik akan jauh lebih baik, karena keluarga masih menunggu sumbangan tenaga dan pikiran ibu di luar urusan kantor. Dan ini tak akan sukses dilakukan jika secara fisik ibu sudah kelelahan.
Karakter lain dunia seorang ibu adalah tugas merawat dan mendidik anak. Tugas ini seringkali tak bisa diperkirakan terlebih dahulu penjadwalannya. Ketika anak sakit misalnya, bisa jadi ia membutuhkan kehadiran ibu selama dua puluh empat jam di sisinya. Itulah sebabnya, jenis pekerjaan yang fleksibel, dengan paruh waktu atau dengan disiplin waktu yang tidak terlalu mengikat, adalah menjadi pilihan terbaik. Tujuannya, agar dalam kondisi-kondisi tertentu ibu tetap bisa menomorsatukan urusan keluarga yang mendesak.
Selesaikan Urusan Rumah
Bereskan urusan keluarga sebelum menangani yang lain, itu prinsip yang tak boleh dilepas. Sepagi apapun meeting dijadwalkan di tempat tugas, pastikan bahwa urusan di rumah sudah tak ada masalah. Bukan berarti semua harus ditangani oleh tangan ibu sendiri. Bisa saja dibantu suami, adik, atau pembantu rumah tangga. Tetapi sebagai manajer rumah tangga, tanggung jawab tetap berada di pundak ibu. Kalau perlu, bangun sedini mungkin, lalu kerjakan urusan rumah seawal dan sepraktis mungkin.
Sebaliknya jika berencana pulang kerja agak terlambat, atau bahkan harus meninggalkan rumah untuk lebih dari sehari, persiapkan segala sesuatu di rumah seberes mungkin. Semua itu perlu dilakukan agar suami dan anak-anak tidak telantar.
Tetap harus diingat, walau ibu sedang berada di tempat kerja pada jam kerja sekalipun, tugas rumah tetap harus diperhatikan. Jalin selalu komunikasi dengan anak-anak di rumah, bisa lewat telepon atau SMS. Mereka tetap perlu diingatkan ketika tiba waktu makan siang, waktu beristirahat, dan sebagainya. Dengan cara ini, tetap terjalin komunikasi yang sangat penting bagi anak.
Dukungan Anggota Keluarga
Bekerja dan menuntaskan segala sesuatunya seorang diri, mustahil. Perlu dukungan dan pengertian dari orang-orang di sekitar Anda. Suami, ridhanya adalah di atas keutamaan yang lain. Pengertiannya terhadap masalah yang dihadapi istri bekerja menjadi teramat penting. Apalagi manakala terjadi hal-hal mendesak, seperti tugas-tugas yang luar biasa padat, yang membutuhkan waktu di luar jam kerja biasanya, atau di saat-saat keluarga membutuhkan lebih banyak perhatian seperti saat anak sakit.
Anak pun perlu diberi pengertian agar mendukung pilihan ibunya untuk bekerja. Penting memberi pengertian anak lewat dialog-dialog, pancing reaksi dan perasaan mereka sebenarnya. Ibu juga harus bisa tetap penuhi kebutuhan mereka berupa perhatian dan kasih sayang, dengan cara membagi waktu sebaik-baiknya. Manfaatkan waktu yang ada ketika di rumah, untuk total berbagi, berbuat, dan berkomunikasi dengan suami dan anak-anak.
Beberapa Persiapan Membuka Usaha
1. Pilih yang Terdekat dengan Kegemaran
Tak ada pekerjaan yang tak memiliki hambatan dan tantangan. Begitu juga upaya ibu membuka usaha, pasti dalam perjalanannya akan menemukan berbagai permasalahan. Untuk menghadapinya, diperlukan keuletan, kesabaran, dan keteguhan hati. Semua ini akan lebih mudah ditumbuhkan bila usaha pilihan tadi merupakan kegemaran kita sendiri. Kemungkinannya akan lebih besar bagi kita untuk eksis, bertahan, dan terus berjuang.
2. Tahu Seluk Beluknya
Secara sepintas, berdagang nampaknya gampang. Uang dapat diperoleh dengan segera. Betapa banyak orang terkecoh karenanya. Walaupun nampaknya mudah, sebenarnya untuk berdagang sangat diperlukan keuletan, keteguhan, ketrampilan komunikasi, naluri memahami keinginan pembeli, serta keterampilan melayani orang lain. Sama sekali tidak sesederhana yang diduga banyak orang.
Adalah penting bagi pemula untuk mempelajari terlebih dahulu seluk beluk usaha yang hendak dipilih. Jangan hanya mengetahui keuntungan-keuntungannya, tetapi pelajari juga risiko-risikonya, hambatan, serta tantangannya.
3. Belajar dari Pengusaha Lain
Benar sekali bahwa pengalaman adalah guru yang sangat berharga. Akan sangat bermanfaat jika sebelum membuka usaha kita belajar sebanyak-banyaknya dari pengalaman pengusaha lain, baik yang positif maupun negatif. Sehingga untuk mengenal berbagai risiko buruk, cukup belajar dari pengalaman orang lain, dan tak harus mengalaminya sendiri bukan?
4. Pisahkan dengan Urusan Keluarga
Yang tak bisa diubah, bahwa tugas utama ibu tetap dalam keluarga. Sebagai pengusaha, bisa saja ibu membuka usaha di rumah, sehingga tak perlu harus banyak keluar meninggalkan rumah. Namun kelemahan utama yang kerap terjadi adalah tercampur-baurnya urusan usaha dengan urusan keluarga.
Ini yang harus dihindari sedini mungkin. Buatlah adminisrasi keuangan yang rapi dan jelas, sehingga tidak membingungkan untuk membedakan mana hak untuk keluarga serta mana hak untuk usaha. Jangan lupa untuk mencatat setiap transaksi, sekecil apapun. Jangan ditunda lewat dari sehari.
Biasanya, disiplin dalam hal-hal tersebut kerap diabaikan, sehingga banyak pengusaha kesulitan untuk membuat pencatatan yang rapi. Sayangnya, bahkan masih banyak yang merasa tak memerlukan hal ini.*/
Dikutip dan Update Judul oleh situs Dakwah Syariah
Sumber : Sahid
Red: Cholis Akbar
Sayang, di antara mereka masih kebingungan menentukan keputusan. Di bawah ini ada beberapa tips dan hal-hal yang tak boleh diabaikan.
Niatkan Membantu Suami
Menentukan niat, adalah awal yang akan sangat menentukan perjalanan selanjutnya. Selain karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi nilai segala perbuatan berdasarkan pada niatnya, lebih dari itu niat inilah yang semenjak awal membentuk pola pikir kita sehingga nantinya mengarahkan pilihan dalam menentukan berbagai kebijakan. Berarti dia pulalah yang akan menyetir arah berkembangnya karir dan usaha seseorang.
Muslimah yang sejak awal berniat mengembangkan usaha demi ambisi kesuksesaan pribadi atau mengumpulkan kekayaan, bisa jadi akan mengorbankan banyak kepentingan keluarganya jika dirasa akan menghalangi langkahnya dalam mencapai niat awal ini. Jelas, ini tak diperbolehkan dalam Islam.
Selama masih ada suami sebagai penopang nafkah keluarga, niat terbaik bagi istri untuk membuka usaha adalah dalam rangka membantu suami mencari nafkah. Dalam batas ini, maka kepentingan karir suami tetap dinomorsatukan.
Pekerjaan yang Aman
Kriteria ‘aman’ bagi seorang istri adalah manakala kondisi pekerjaan tersebut bisa disesuaikan dengan karakter fisik dan psikisnya yang khas. Mempertahankan karakter keibuan yang feminin misalnya, tetap harus dilakukan dengan cara memilih jenis-jenis pekerjaan yang diperkirakan tidak terlalu maskulin agar tidak mengikis karakter keibuannya.
Pekerjaan yang tidak harus menguras keletihan fisik akan jauh lebih baik, karena keluarga masih menunggu sumbangan tenaga dan pikiran ibu di luar urusan kantor. Dan ini tak akan sukses dilakukan jika secara fisik ibu sudah kelelahan.
Karakter lain dunia seorang ibu adalah tugas merawat dan mendidik anak. Tugas ini seringkali tak bisa diperkirakan terlebih dahulu penjadwalannya. Ketika anak sakit misalnya, bisa jadi ia membutuhkan kehadiran ibu selama dua puluh empat jam di sisinya. Itulah sebabnya, jenis pekerjaan yang fleksibel, dengan paruh waktu atau dengan disiplin waktu yang tidak terlalu mengikat, adalah menjadi pilihan terbaik. Tujuannya, agar dalam kondisi-kondisi tertentu ibu tetap bisa menomorsatukan urusan keluarga yang mendesak.
Selesaikan Urusan Rumah
Bereskan urusan keluarga sebelum menangani yang lain, itu prinsip yang tak boleh dilepas. Sepagi apapun meeting dijadwalkan di tempat tugas, pastikan bahwa urusan di rumah sudah tak ada masalah. Bukan berarti semua harus ditangani oleh tangan ibu sendiri. Bisa saja dibantu suami, adik, atau pembantu rumah tangga. Tetapi sebagai manajer rumah tangga, tanggung jawab tetap berada di pundak ibu. Kalau perlu, bangun sedini mungkin, lalu kerjakan urusan rumah seawal dan sepraktis mungkin.
Sebaliknya jika berencana pulang kerja agak terlambat, atau bahkan harus meninggalkan rumah untuk lebih dari sehari, persiapkan segala sesuatu di rumah seberes mungkin. Semua itu perlu dilakukan agar suami dan anak-anak tidak telantar.
Tetap harus diingat, walau ibu sedang berada di tempat kerja pada jam kerja sekalipun, tugas rumah tetap harus diperhatikan. Jalin selalu komunikasi dengan anak-anak di rumah, bisa lewat telepon atau SMS. Mereka tetap perlu diingatkan ketika tiba waktu makan siang, waktu beristirahat, dan sebagainya. Dengan cara ini, tetap terjalin komunikasi yang sangat penting bagi anak.
Dukungan Anggota Keluarga
Bekerja dan menuntaskan segala sesuatunya seorang diri, mustahil. Perlu dukungan dan pengertian dari orang-orang di sekitar Anda. Suami, ridhanya adalah di atas keutamaan yang lain. Pengertiannya terhadap masalah yang dihadapi istri bekerja menjadi teramat penting. Apalagi manakala terjadi hal-hal mendesak, seperti tugas-tugas yang luar biasa padat, yang membutuhkan waktu di luar jam kerja biasanya, atau di saat-saat keluarga membutuhkan lebih banyak perhatian seperti saat anak sakit.
Anak pun perlu diberi pengertian agar mendukung pilihan ibunya untuk bekerja. Penting memberi pengertian anak lewat dialog-dialog, pancing reaksi dan perasaan mereka sebenarnya. Ibu juga harus bisa tetap penuhi kebutuhan mereka berupa perhatian dan kasih sayang, dengan cara membagi waktu sebaik-baiknya. Manfaatkan waktu yang ada ketika di rumah, untuk total berbagi, berbuat, dan berkomunikasi dengan suami dan anak-anak.
Beberapa Persiapan Membuka Usaha
1. Pilih yang Terdekat dengan Kegemaran
Tak ada pekerjaan yang tak memiliki hambatan dan tantangan. Begitu juga upaya ibu membuka usaha, pasti dalam perjalanannya akan menemukan berbagai permasalahan. Untuk menghadapinya, diperlukan keuletan, kesabaran, dan keteguhan hati. Semua ini akan lebih mudah ditumbuhkan bila usaha pilihan tadi merupakan kegemaran kita sendiri. Kemungkinannya akan lebih besar bagi kita untuk eksis, bertahan, dan terus berjuang.
2. Tahu Seluk Beluknya
Secara sepintas, berdagang nampaknya gampang. Uang dapat diperoleh dengan segera. Betapa banyak orang terkecoh karenanya. Walaupun nampaknya mudah, sebenarnya untuk berdagang sangat diperlukan keuletan, keteguhan, ketrampilan komunikasi, naluri memahami keinginan pembeli, serta keterampilan melayani orang lain. Sama sekali tidak sesederhana yang diduga banyak orang.
Adalah penting bagi pemula untuk mempelajari terlebih dahulu seluk beluk usaha yang hendak dipilih. Jangan hanya mengetahui keuntungan-keuntungannya, tetapi pelajari juga risiko-risikonya, hambatan, serta tantangannya.
3. Belajar dari Pengusaha Lain
Benar sekali bahwa pengalaman adalah guru yang sangat berharga. Akan sangat bermanfaat jika sebelum membuka usaha kita belajar sebanyak-banyaknya dari pengalaman pengusaha lain, baik yang positif maupun negatif. Sehingga untuk mengenal berbagai risiko buruk, cukup belajar dari pengalaman orang lain, dan tak harus mengalaminya sendiri bukan?
4. Pisahkan dengan Urusan Keluarga
Yang tak bisa diubah, bahwa tugas utama ibu tetap dalam keluarga. Sebagai pengusaha, bisa saja ibu membuka usaha di rumah, sehingga tak perlu harus banyak keluar meninggalkan rumah. Namun kelemahan utama yang kerap terjadi adalah tercampur-baurnya urusan usaha dengan urusan keluarga.
Ini yang harus dihindari sedini mungkin. Buatlah adminisrasi keuangan yang rapi dan jelas, sehingga tidak membingungkan untuk membedakan mana hak untuk keluarga serta mana hak untuk usaha. Jangan lupa untuk mencatat setiap transaksi, sekecil apapun. Jangan ditunda lewat dari sehari.
Biasanya, disiplin dalam hal-hal tersebut kerap diabaikan, sehingga banyak pengusaha kesulitan untuk membuat pencatatan yang rapi. Sayangnya, bahkan masih banyak yang merasa tak memerlukan hal ini.*/
Dikutip dan Update Judul oleh situs Dakwah Syariah
Sumber : Sahid
Red: Cholis Akbar
Rating: 5
0komentar :
Posting Komentar