Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman (yang artinya): Sembahlah Allah hingga datang kepada kamu sesuatu yang meyakinkan (maut) (TQS. al-Hijr: 99). Terkait ayat di atas, Imam asy Sya'rawi menyatakan, bahwa ibadah adalah ketaatan seorang hamba kepada Zat Yang disembah. Ibadah itu sendiri mencakup seluruh gerak hidup manusia. Asy-Sya'rawi juga menegaskan, bahwa sesuatu yang meyakinkan yang disepakati oleh setiap orang —yang tidak ada pertentangan di dalamnya— adalah kematian. (Imam asy-Sya'rawi, Tafsir asy Sya'rawi, I/4836).
Ayat ini sesungguhnya memerintahkan kita untuk selalu istiqamah dalam beribadah kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala hingga akhir hayat kita. Sikap istiqamah dalam beribadah kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala hingga kematian menghampiri kita tentu hanya akan bisa dilakukan jika kita mampu memelihara amal-amal shalih kita, baik yang wajib maupun yang sunah. Amalan yang wajib tentu tak perlu diperbincangkan lagi; mutlak harus dilakukan. Hanya saja, wajib itu ada dua: fardhu 'ain dan fardhu kifayah. Sayangnya, fardhu kifayah ini sering diabaikan oleh kebanyakan Muslim hanya karena sudah ada sekelompok orang yang berusaha menunaikannya, padahal kelompok tersebut belum berhasil menunaikannya. Misalnya adalah kewajiban menegakkan Khilafah dan syariah Islam secara total dalam aspek kehidupan, sekaligus menyerbarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia. Padahal Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sejak menerima wahyu pertama, diikuti oleh para Sahabat, tidak pernah sejenak pun beristirahat untuk berdakwah sekaligus berjuang menegakkan Islam hingga mereka berhasil mendirikan Daulah Islam (Negara Islam di Madinah). Setelah Negara Islam berdiri pun, dakwah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para Sahabat tidak berhenti. Melalui institusi Negara Islam yang mereka dirikan itu, Islam lalu disebarluaskan ke seluruh penjuru dengan dakwah dan jihad. Mereka senantiasa istiqamah serta tanpa lelah terus berdakwah dan berjuang untuk Islam hingga datang kepada mereka sesuatu yang meyakinkan, yakni kematian.
Selain amal-amal yang wajib, tentu setiap Muslim harus memelihara amalan-amalan sunah. Sebab, amalan-amalan sunah pun memiliki banyak keutamaan yang tidak boleh diabaikan begitu saja oleh setiap Muslim. Contohnya adalah shalat-shalat sunah (nafilah). Dalam hal ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, misalnya, bersabda, "Hendaklah kalian banyak bersujud. Sebab, siapa saja yang bersujud kepada Allah Subhanhu Wa Ta'ala satu kali, Dia akan mengangkat derajatnya satu derajat dan menghapus darinya satu kesalahan (dosa)."(HR Muslim).
Di antara shalat sunah yang paling utama adalah shalat malam (tahajud). Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman (yang artinya): Pada sebagian malam itu, bertahajudlah kalian sebagai ibadah tambahan bagi kalian. (Dengan shalat malam itu) Allah pasti mengangkat kalian ke derajat yang terpuji (TQS al-Isra': 79).
Begitu pentingnya shalat tahajud ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sampai menyuruh kita untuk "mengqadhanya" saat tertinggal. Beliau bersabda, "Jika kalian tertinggal dari menunaikan shalat malam karena sakit atau hal lain, hendaklah kalian menunaikan shalat dua belas rakaat di siang hari." (HR Muslim).
Dalam hadits lain beliau bersabda, "Siapa saja yang ketiduran hingga tidak menunaikan shalat witir atau sunah-sunahnya, hendaklah ia menunaikannya saat terjaga."(HR Muslim).
Sebaliknya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam "mencela" orang yang tidak melakukan shalat malam, padahal ia sering bangun tengah malam. Beliau bersabda kepada Abdullah bin Amr bin al-'Ash, "Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan; ia bangun malam tetapi tidak menunaikan sholat malam." (Mutaffaq'alaih).
Dalam Al-Fath dinukil kata-kata Ibn'Arabi, "Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mendawamkan amal kebajikan yang biasa dilakukan oleh seorang Muslim tanpa melalaikannya. Dapat disimpulkan dari hadits tersebut, bahwa makruh memutus ibadah (tidak mendawamkannya) meskipun bukan ibadah wajib." (Muhammad 'Allan ash-Shiddqi, Dalil al-Falihin,I/313).
Amalan sunah lain yang tak kalah utamanya adalah membaca Alquran. Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya." (HR al-Bukhari).
Beliau pun bersabda, "Bacalah oleh kalian Alquran karena ia akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafaat bagi orang yang membaca dan mengamalkannya."(HR Muslim).
Tentu masih banyak amalan-amalan sunah yang lain seperti memperbanyak dzikir, shaum sunah (shaum Senin-Kamis, shaum Dawud, dll), bersedekah, dll. Semua itu selayaknya dilakukan secara kontinyu (dawam). Sebab, kata Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sebagaimana dituturkan Ummul Mukmin Aisyah ra., "Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah Subhanhu Wa Ta'ala adalah yang paling kontinyu (dawam) dilakukan meski sedikit." (HR al-Bukhari).
Semoga kita bisa melakukannya.
Oleh: Arief B. Iskandar
0komentar :
Posting Komentar