السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Panel Home
Other Content
HADITSHR BUKHARI
    • Posts
    • Comments
    • Pageviews

  • Translate
  • Kajian Tentang Adanya Surga dan Neraka


    Surga dan neraka adalah dua makhluk Allah Subhanhu Wa Ta'ala. Sebagai seorang muslim kita harus mengimaninya. Kita yakin bahwasanya surga dan neraka itu ada dan tidak akan pernah binasa. Setiap insan yang beriman tentu ingin menikmati keindahan surga dan takut terjerumus dalam siksa neraka. Oleh sebab itulah sudah seyogyanya kita kenali lebih dekat apa itu surga dan neraka dan bagaimanakah cara agar kita bisa masuk ke dalam surga dan terhindar dari siksa neraka.






    Keberadaan Surga

    Adapun kata Jannah atau surga secara bahasa artinya taman. Sedangkan maknanya yang dimaksudkan dalam pembicaraan syari’at adalah sebuah tempat tinggal yang disediakan oleh Allah Subhanhu Wa Ta'ala bagi orang-orang yang membela agama-Nya yaitu orang-orang  yang bertakwa. Di dalam surga itu terdapat kenikmatan yang tiada tara. Sebuah kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terbetik di dalam hati umat manusia. Allah Subhanhu Wa Ta'ala berfirman yang artinya, “Maka tidaklah ada jiwa yang mengetahui balasan yang disembunyikan pengetahuannya terhadap mereka, yaitu keindahan yang menyejukkan mata sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan” (QS: As Sajdah: 17)Surga sekarang sudah ada. Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa surga sudah ada sangat banyak jumlahnya. Beberapa dalil di antaranya adalah sebagai berikut:
    Firman Alloh ta’ala yang artinya, “Ia (surga) telah disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS: Ali Imran: 133) Juga firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala yang artinya, “Dan Muhammad sungguh telah pernah melihatnya (malaikat Jibril) di kesempatan lainnya yaitu tatkala berada di sidratul muntaha, yang di sisinya terdapat surga yang akan ditinggali” (QS: An Najm: 13-15)

    Itu dalil-dalil dari Al Qur’an. Adapun dalil dari Al Hadits ialah: Sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sungguh aku telah menyaksikan dari tempatku ini segala sesuatu yang dijanjikan untuk kalian. Sampai-sampai aku bisa melihat diriku sendiri hendak memetik dedaunan yang ada di surga. Tatkala kalian melihatku maka akupun maju” (HR: Muslim)

    Beliau juga bersabda, yang artinya: “Seandainya kalian melihat apa yang aku lihat, niscaya kalian akan lebih banyak menangis (daripada tertawa)…, aku melihat surga dan neraka” (HR: Muslim)

    Keberadaan Neraka

    Sedangkan An Naar atau neraka secara bahasa artinya api. Adapun yang dimaksudkan dengannya dalam pembicaraan syari’at ialah tempat tinggal yang disediakan Allah Subhanhu Wa Ta'ala bagi orang-orang yang memusuhi aturan-Nya. Di dalam neraka itu terdapat siksaan yang tidak akan sanggup ditanggung oleh manusia dan hukuman berat yang tidak bisa digambarkan. Neraka itu sudah ada sekarang. Beberapa dalil yang menunjukkan hal itu adalah: Firman Alloh ta’ala yang artinya, “Ia (neraka) telah dipersiapkan untuk orang-orang kafir” (QS: Al Baqarah : 24)

    Adapun dalil hadits ialah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Sesungguhnya salah seorang di antara kalian jika meninggal maka akan ditampakkan kepadanya tempat duduknya (di surga atau di neraka) pada waktu pagi dan petang. Apabila dia termasuk orang yang diperkenankan masuk surga maka dia termasuk penghuni surga. Dan apabila ia adalah orang yang berhak masuk ke dalam neraka maka dia termasuk penghuni neraka. Dikatakan kepada mayit itu, “Inilah tempat dudukmu (engkau akan melihatnya) sampai Allah membangkitkan dirimu pada hari kiamat nanti” (Muttafaq ‘alaih)

    Juga hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Sungguh aku telah melihat api neraka itu saling melahap satu sama lain, dan ketika kalian memergoki aku maka akupun mundur” (HR: Muslim)

    Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda, yang artinya: “Aku lihat neraka. Belum pernah kusaksikan sebuah pemandangan yang lebih mengerikan daripada hari itu” (Muttafaq ‘alaih)

    (Sumber Rujukan: Al Kaba’ir karya Imam Adz Dzahabi rahimahullah, Al Is’aad fii Syarhi Lum’atil I’tiqaad karya Syaikh Abu Musa Abdurrazzaaq bin Musa Ath Thubni Al Jazaa’iri, hal. 64-65)

    0komentar :

    Posting Komentar

    top