Pendahuluan
Dari Anas radhiyallah 'anhu , sesungguhnya Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :"Dulu kalian semua mempunyai dua hari (raya) yang kalian semua bermain-main pada kedua hari tersebut, dan Allah telah memberi ganti untuk kalian semua dengan dua hari raya yang lebih baik dari kedua hari tersebut yaitu hari Idul Fitri dan hari Idul Adha" (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i).
Ied merupakan salah satu syi'ar dari sekian banyak syiar-syiar Islam dan merupakan sebuah momen yang agung, namun terkadang sebagian orang menganggap remeh masalah ini bahkan terhadap perayaan-perayaan model baru mereka justru lebih mengedepankan dan menganggap sebagi suatu yang amat penting.
Anda bisa memperhatikan diantara mereka begitu bersemangat mempersiapkan pesta ulang tahun, perayaan hari ibu atau perayaan-perayaan lain dengan begitu meriah . Mereka merayakan hari itu tentunya dengan mengeluarkan biaya yang tidak kecil. Akan tetapi terhadap hari raya Islam mereka kurang begitu perhatian dan ia biarkan lewat begitu saja tanpa mau menoleh kepadanya.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati" ( Al- Hajj : 32).
Untuk itu, wahai kaum muslimin, mari kita mencoba memperhatikan sedikit renungan, adab-adab dan hukum yang berkaitan dengan Ied ini.
Adab dan Hukum
Pertama: Hendaknya Anda memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberi kekuatan untuk melewati Ramadhan sampai selesai dan menjadikan Anda termasuk orang yang shiyam (puasa) dan qiyam (shalat tarawih), juga memperbanyak doa agar puasa dan tarawih yang anda kerjakan diterima Allah serta mengampuni segala kekurangan dan kesalahan Anda.
Kedua: Bertakbir. Takbir ini disyariatkan sejak terbenam matahari pada malam Ied hingga menjelang shalat Ied.
Firman Allah, artinya, "Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (Al-Baqarah: 185).
Disunahkan bagi laki-laki menjaharkan(mengeraskan suara) takbir ini, baik itu di Masjid-masjid, rumah-rumah ataupun di pasar untuk mengumandangkan keagungan Allah, serta untuk tanda penghambaan dan syukur kepada-Nya
Ketiga: Membayar Zakat Fithrah. Bentuknya berupa satu Sha (2¼ Kg) makanan pokok (gandum, kurma, keju, beras, dan sebagainya). Kewajiban ini untuk seluruh kalangan kaum muslimin, tua-muda, laki-laki–perempuan, merdeka-budak, bahkan juga disunnahkan membayarnya untuk seorang janin dalam kandungan. Waktu pembayaran yang paling afdal adalah malam Ied sampai sebelum shalat Ied, namun dibolehkan juga sehari atau dua hari sebelumnya.
Keempat: Mandi, memakai wangi-wangian bagi laki-laki, dan mengenakan pakaian yang paling bagus. Tentunya tidak boleh berlebihan dalam hal ini, bagi laki-laki tidak boleh memanjangkan sarung, celana atau jubahnya sampai menutupi mata kaki, dan dilarang mencukur jenggot. Bagi wanita hendaknya ketika keluar menuju tanah lapang (Mushalla) tidak bertabarruj dengan dandanan menyimpang atau membuka aurat dan hendaknya jangan memakai wewangian.
Kelima: Makan kurma dalam jumlah ganjil, tiga atau lima biji sebelum pergi ke Mushalla (lapangan), hal ini sebagaimana yang dikerjakan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Keenam: Shalat Ied bersama-sama dengan kaum muslimin dan mendengarkan khutbah. Berdasarkan penelitian sebagian ahli ilmu di antaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan yang lain bahwa shalat Ied itu hukumnya wajib dan tidak bisa gugur kecuali dengan udzur (alasan yang kuat). Para wanita yang sedang haid sekalipun hendaknya ikut menghadiri acara ini meskipun tidak mengerjakan shalat dan sebaiknya tidak bergabung dengan para jamaah di tempat shalat.
Ketujuh: Melewati jalan yang berbeda ketika berangkat menuju shalat Ied dan takala pulangnya, sebagaimana yang di contohkan oleh Nabi.
Kedelepan: Dibolehkan mengucapkan selamat Idul Fitri, atau mengucapkan:
"Semoga Allah menerima (amalan) kami dan amalan Anda."
Beberapa hal yang hendaknya diperhatikan
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan Ied yang sering dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, padahal sama sekali tidak dianjurkan, atau merupakan kesia-siaan dan bahkan bisa jadi itu adalah penyimpangan diantaranya adalah:
Bertakbir dengan cara dan kalimat yang tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Punya keyakinan disyariatkannya menghidupkan malam Ied (dengan ibadah/dzikir-dzikir khusus) yang tidak pernah di contohkan.
Mengkhusukan hari Ied untuk ziarah kubur, dan mengucapkan salam untuk orang-orang yang sudah meninggal.
Ikhtilath (bercampur baur) antara pria dan wanita baik itu di tempat shalat, di jalanan, atau di tempat rekreasi.
Sebagian orang memperingati Ied ini dengan festival musik, ini merupakan kesia-siaan dan tidak diperbolehkan.
Menampakkan rasa gembira atas tibanya hari raya Ied dengan alasan karena telah selesai dari bulan Ramadhan, dan terbebas dari macam-macam ibadah. Ia beranggapan seolah-olah Ramadhan adalah beban yang sangat berat dan ini merupakan bahaya besar yang harus dihindari.
Tenggelam dalam hal-hal yang mubah, misalnya berlebih-lebihan di dalam pakaian, makanan dan hidangan hingga sampai tingkat Israaf (berlebihan). Padahal Allah sudah berfirman, artinya "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Al-A'raf: 31).
Wahai saudaraku, janganlah Anda lupa bahwa Rabb bulan Ramadhan adalah Rabb keseluruhan bulan-bulan yang lain, maka teruslah Anda dalam ketaatan dan mohonlah kepada Allah agar memberi ketetapan untuk berada di atas agama ini sehingga Anda menjumpaiNya. Ied bukanlah penutupan dari berbagai ibadah dan ketaatan, sebagaimana yang dipahami oleh sebagaian orang. Berkata Al-Hasan: "Orang-orang sering enggan untuk rutin dalam beramal, padahal demi Allah bukanlah seorang mukmin itu yang beramal sebulan atau dua bulan, setahun atau dua tahun, tidaklah demikian, tiada yang membatasi amal seorang mukmin selain maut."
Meskipun bulan ketaatan dan ibadah serta musimnya kebaikan telah meninggalkan kita, namun Allah Subhanahu wa Ta'ala menyediakan untuk para mukmin dan muslim bermacam ketaatan dan ibadah sepanjang tahun di antaranya:
Puasa enam hari di bulan Syawwal. Diriwayatkan dari Abu Ayub Al-Anshari, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka seolah-olah ia telah berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim).
Puasa Ayyamul Bidh (3 hari pada pertengahan bulan), puasa Arafah dan puasa senin-kamis.
Shalat malam dan shalat witir.
Menjaga shalat sunnat rawatib yang 12 rakaat: empat rakaat sebelum dhuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib dan dua setelah isya, dua rakaat sebelum fajar (Subuh).
Membaca Al-Qur'an dan mengusahakan rutin tiap hari.
Bergegas dalam segala bentuk kebaikan dan ketaatan.
Bersikap merendah dan tidak congkak, serta berdoa kepada Allah agar menghidupkan dan mematikan kita dalam keadaan Islam.
Dengan demikian Idul Fitri bukanlah hari untuk tenggelam dalam kesenangan yang sia-sia dan melalaikan, namun merupakan hari ibadah dan hari bersyukur.
Seorang mukmin hendaknya selalu giat dan aktif dalam melakukan berbagai macam ibadah dengan tanpa mengenal batas waktu. Diantara ibadah yang dicintai Allah dan diridhainya ialah: Silahturahim, mengunjungi sanak sudara/kerabat, menjauhi segala bentuk permusuhan dan saling dengki, menyantuni orang miskin dan anak yatim, serta menghibur dan membahagiakan fuqara.
Marilah kita renungi perputaran hari demi hari, betapa cepatnya berlalu, mari bergegas untuk bertaubat dan hanya bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pastikan Anda selalu dalam ketaatan dan membiasakan dengan berbagai bentuk ibadah, karena kehidupan dunia adalah hari-hari yang begitu pendek.
Ketahuilah bahwa seorang mukmin hendaknya janganlah merasa tenang sebelum menginjakkan telapak kakinya di Surga. Bersegeralah menuju Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, dan jauhkanlah diri Anda dari api neraka yang bergejolak yang tidak dimasuki kecuali oleh orang-orang celaka. Kita selalu pegang hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Bersungguh-sungguhlah dan mendekatlah (kepada Allah), dan ketahuilah bahwasanya tiadalah salah seorang diantara kamu itu masuk Surga disebabkan karena amalnya, dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun sedikit" (Muttafaq 'alaih).
(Disadur dari "Al-'Ied, 'ibadah wa syukr" terbitan Darul Qasim, Riyadh oleh Khalif Ibnu Djawari).
Dari Anas radhiyallah 'anhu , sesungguhnya Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :"Dulu kalian semua mempunyai dua hari (raya) yang kalian semua bermain-main pada kedua hari tersebut, dan Allah telah memberi ganti untuk kalian semua dengan dua hari raya yang lebih baik dari kedua hari tersebut yaitu hari Idul Fitri dan hari Idul Adha" (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i).
Ied merupakan salah satu syi'ar dari sekian banyak syiar-syiar Islam dan merupakan sebuah momen yang agung, namun terkadang sebagian orang menganggap remeh masalah ini bahkan terhadap perayaan-perayaan model baru mereka justru lebih mengedepankan dan menganggap sebagi suatu yang amat penting.
Anda bisa memperhatikan diantara mereka begitu bersemangat mempersiapkan pesta ulang tahun, perayaan hari ibu atau perayaan-perayaan lain dengan begitu meriah . Mereka merayakan hari itu tentunya dengan mengeluarkan biaya yang tidak kecil. Akan tetapi terhadap hari raya Islam mereka kurang begitu perhatian dan ia biarkan lewat begitu saja tanpa mau menoleh kepadanya.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati" ( Al- Hajj : 32).
Untuk itu, wahai kaum muslimin, mari kita mencoba memperhatikan sedikit renungan, adab-adab dan hukum yang berkaitan dengan Ied ini.
Adab dan Hukum
Pertama: Hendaknya Anda memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberi kekuatan untuk melewati Ramadhan sampai selesai dan menjadikan Anda termasuk orang yang shiyam (puasa) dan qiyam (shalat tarawih), juga memperbanyak doa agar puasa dan tarawih yang anda kerjakan diterima Allah serta mengampuni segala kekurangan dan kesalahan Anda.
Kedua: Bertakbir. Takbir ini disyariatkan sejak terbenam matahari pada malam Ied hingga menjelang shalat Ied.
Firman Allah, artinya, "Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (Al-Baqarah: 185).
Disunahkan bagi laki-laki menjaharkan(mengeraskan suara) takbir ini, baik itu di Masjid-masjid, rumah-rumah ataupun di pasar untuk mengumandangkan keagungan Allah, serta untuk tanda penghambaan dan syukur kepada-Nya
Ketiga: Membayar Zakat Fithrah. Bentuknya berupa satu Sha (2¼ Kg) makanan pokok (gandum, kurma, keju, beras, dan sebagainya). Kewajiban ini untuk seluruh kalangan kaum muslimin, tua-muda, laki-laki–perempuan, merdeka-budak, bahkan juga disunnahkan membayarnya untuk seorang janin dalam kandungan. Waktu pembayaran yang paling afdal adalah malam Ied sampai sebelum shalat Ied, namun dibolehkan juga sehari atau dua hari sebelumnya.
Keempat: Mandi, memakai wangi-wangian bagi laki-laki, dan mengenakan pakaian yang paling bagus. Tentunya tidak boleh berlebihan dalam hal ini, bagi laki-laki tidak boleh memanjangkan sarung, celana atau jubahnya sampai menutupi mata kaki, dan dilarang mencukur jenggot. Bagi wanita hendaknya ketika keluar menuju tanah lapang (Mushalla) tidak bertabarruj dengan dandanan menyimpang atau membuka aurat dan hendaknya jangan memakai wewangian.
Kelima: Makan kurma dalam jumlah ganjil, tiga atau lima biji sebelum pergi ke Mushalla (lapangan), hal ini sebagaimana yang dikerjakan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Keenam: Shalat Ied bersama-sama dengan kaum muslimin dan mendengarkan khutbah. Berdasarkan penelitian sebagian ahli ilmu di antaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan yang lain bahwa shalat Ied itu hukumnya wajib dan tidak bisa gugur kecuali dengan udzur (alasan yang kuat). Para wanita yang sedang haid sekalipun hendaknya ikut menghadiri acara ini meskipun tidak mengerjakan shalat dan sebaiknya tidak bergabung dengan para jamaah di tempat shalat.
Ketujuh: Melewati jalan yang berbeda ketika berangkat menuju shalat Ied dan takala pulangnya, sebagaimana yang di contohkan oleh Nabi.
Kedelepan: Dibolehkan mengucapkan selamat Idul Fitri, atau mengucapkan:
"Semoga Allah menerima (amalan) kami dan amalan Anda."
Beberapa hal yang hendaknya diperhatikan
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan Ied yang sering dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, padahal sama sekali tidak dianjurkan, atau merupakan kesia-siaan dan bahkan bisa jadi itu adalah penyimpangan diantaranya adalah:
Bertakbir dengan cara dan kalimat yang tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Punya keyakinan disyariatkannya menghidupkan malam Ied (dengan ibadah/dzikir-dzikir khusus) yang tidak pernah di contohkan.
Mengkhusukan hari Ied untuk ziarah kubur, dan mengucapkan salam untuk orang-orang yang sudah meninggal.
Ikhtilath (bercampur baur) antara pria dan wanita baik itu di tempat shalat, di jalanan, atau di tempat rekreasi.
Sebagian orang memperingati Ied ini dengan festival musik, ini merupakan kesia-siaan dan tidak diperbolehkan.
Menampakkan rasa gembira atas tibanya hari raya Ied dengan alasan karena telah selesai dari bulan Ramadhan, dan terbebas dari macam-macam ibadah. Ia beranggapan seolah-olah Ramadhan adalah beban yang sangat berat dan ini merupakan bahaya besar yang harus dihindari.
Tenggelam dalam hal-hal yang mubah, misalnya berlebih-lebihan di dalam pakaian, makanan dan hidangan hingga sampai tingkat Israaf (berlebihan). Padahal Allah sudah berfirman, artinya "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Al-A'raf: 31).
Wahai saudaraku, janganlah Anda lupa bahwa Rabb bulan Ramadhan adalah Rabb keseluruhan bulan-bulan yang lain, maka teruslah Anda dalam ketaatan dan mohonlah kepada Allah agar memberi ketetapan untuk berada di atas agama ini sehingga Anda menjumpaiNya. Ied bukanlah penutupan dari berbagai ibadah dan ketaatan, sebagaimana yang dipahami oleh sebagaian orang. Berkata Al-Hasan: "Orang-orang sering enggan untuk rutin dalam beramal, padahal demi Allah bukanlah seorang mukmin itu yang beramal sebulan atau dua bulan, setahun atau dua tahun, tidaklah demikian, tiada yang membatasi amal seorang mukmin selain maut."
Meskipun bulan ketaatan dan ibadah serta musimnya kebaikan telah meninggalkan kita, namun Allah Subhanahu wa Ta'ala menyediakan untuk para mukmin dan muslim bermacam ketaatan dan ibadah sepanjang tahun di antaranya:
Puasa enam hari di bulan Syawwal. Diriwayatkan dari Abu Ayub Al-Anshari, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka seolah-olah ia telah berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim).
Puasa Ayyamul Bidh (3 hari pada pertengahan bulan), puasa Arafah dan puasa senin-kamis.
Shalat malam dan shalat witir.
Menjaga shalat sunnat rawatib yang 12 rakaat: empat rakaat sebelum dhuhur dan dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib dan dua setelah isya, dua rakaat sebelum fajar (Subuh).
Membaca Al-Qur'an dan mengusahakan rutin tiap hari.
Bergegas dalam segala bentuk kebaikan dan ketaatan.
Bersikap merendah dan tidak congkak, serta berdoa kepada Allah agar menghidupkan dan mematikan kita dalam keadaan Islam.
Dengan demikian Idul Fitri bukanlah hari untuk tenggelam dalam kesenangan yang sia-sia dan melalaikan, namun merupakan hari ibadah dan hari bersyukur.
Seorang mukmin hendaknya selalu giat dan aktif dalam melakukan berbagai macam ibadah dengan tanpa mengenal batas waktu. Diantara ibadah yang dicintai Allah dan diridhainya ialah: Silahturahim, mengunjungi sanak sudara/kerabat, menjauhi segala bentuk permusuhan dan saling dengki, menyantuni orang miskin dan anak yatim, serta menghibur dan membahagiakan fuqara.
Marilah kita renungi perputaran hari demi hari, betapa cepatnya berlalu, mari bergegas untuk bertaubat dan hanya bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pastikan Anda selalu dalam ketaatan dan membiasakan dengan berbagai bentuk ibadah, karena kehidupan dunia adalah hari-hari yang begitu pendek.
Ketahuilah bahwa seorang mukmin hendaknya janganlah merasa tenang sebelum menginjakkan telapak kakinya di Surga. Bersegeralah menuju Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, dan jauhkanlah diri Anda dari api neraka yang bergejolak yang tidak dimasuki kecuali oleh orang-orang celaka. Kita selalu pegang hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Bersungguh-sungguhlah dan mendekatlah (kepada Allah), dan ketahuilah bahwasanya tiadalah salah seorang diantara kamu itu masuk Surga disebabkan karena amalnya, dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun sedikit" (Muttafaq 'alaih).
(Disadur dari "Al-'Ied, 'ibadah wa syukr" terbitan Darul Qasim, Riyadh oleh Khalif Ibnu Djawari).
0komentar :
Posting Komentar