السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Panel Home
Other Content
HADITSHR BUKHARI
    • Posts
    • Comments
    • Pageviews

  • Translate
  • Dakwah Islam dan Kebenarannya

    Da’wah islamiyah tidaklah ditujukan hanya untuk orang-orang yang sudah memeluk islam akan tetapi juga kepada seluruh manusia tidak terkecuali mereka yang masih kafir, musyrik atau yang mengingkari keberadaan Allah dan kebenaran agama-Nya. Dikarenakan da’wah ini adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya  dan menunjukkan mereka kepada jalan kebenaran maka ia merupakan perbuatan yang paling mulia di sisi Allah subhanahu wa ta'ala, sebagaimana firman-Nya :

    وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى
    اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

    Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS.
    Fushilat : 33)

    Didalam hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda,”Demi Allah jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang lantaran kamu maka hal itu lebih baik bagimu daripada onta  merah. “ (HR. Bukhori dan Muslim) Dan diantara argumentasi atau bukti akan kebanaran islam kepada  orang-orang yang tidak mempercayai tuhan adalah melalui dalil-dalil aqli (akal). Syeikh Ali Tanthowi mengatakan bahwa sesungguhnya mengimani Allah swt termasuk masalah yang aksioma yang dapat dirasakan dengan perasaan jiswa sebelum dibukikan dengan dalil akal. Tentang perasaan jiwa seseorang yang secara aksiomatis mengimani keberadaan Allah subhanahu wa ta'ala telah diterangkan didalam firman-Nya :

    Artinya : “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Dia mengatakan bagaimana mungkin seorang yang kafir mengingkari Allah subhanahu wa ta'ala padahal dirinya sendiri adalah menjadi bukti atas keberadaan Allah. Seperti orang yang memegang barang milik anda ditangannya lalu dia  mengaku bahwa dia tidak mengambilnya dan juga tidak menyentuhnya. Atau  seperti orang yang sedang memakai pakaian basah meneteskan air. Hal ini  adalah puncak dari hakikat. Akan tetapi mengapa banyak orang tidak memeperhatikannya? Hal itu dikarenakan mereka tidak pernah mau  memikirkan tentang dirinya sendiri, firman-Nya :

    وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ
    فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ

    Artinya : “Mereka lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa  kepada mereka sendiri. mereka “ (QS. Al Hasyr : 19) Cobalah tanyakan kepada orang yang atheis itu,”Apakah engkau yang menjadikan dirimu dengan kehendak dan akalmu sendiri? Apakah engkau yang memasukkan dirimu kedalam perut ibumu? Apakah engkau sendiri yang  memilih perempuan itu sendiri sebagai ibumu? Apakah engkau yang pergi  menjemput bidan untuk mengeluarkanmu dari perut itu? Jadi, apakah dia dijadikan dari asal tiada tanpa adanya Sang Pencipta dan tanpa ada yang menjadikannya? Ini adalah suatu hal yang mustahil.

    Lalu apakah dia dijadikan dari benda-benda yang telah ada sebelumnya, seperti gunung, laut, matahari, dan bintang-bintang? Orang-orang atheis mengatakan bahwa alamlah yang menciptakan manusia, alamlah yang memberikannya akal! Dan jika ditanyakan kepadanya siapakah yang menciptakan alam? Dia menjawab,”Ia terjadi secara kebetulan..” menurut hukum kemungkinan (probability law). Selanjutnya tanyakan kepadanya,”Tahukah anda contoh dari perkataan  itu?”

    Misalnya ada dua orang yang tersesat di padang pasir lalu melintasi sebuah istana yang megah dindingnya penuh dengan ukiran-ukiran dari emas yang sangat indah, permadaninya tebal, jam serta batu-batu permata.  Salah seorang dari mereka berkata,”Pastilah ada orang yang membangun istana ini dengan memasang permadaninya.” Kemudian yang seorang lagi menjawab,”Engkau adalah orang yang kolot, itu semuanya adalah proses alam.”

    Orang yang pertama bertanya,”Bagaimanakah alam dapat membuat seperti ini?’ temannya menjawab,”Di sini dahulu ada batu kemudian terjadi banjir, angin, serta pengauh-pengaruh udara sehingga bertumpuk atau  tertimbun. Kemudian dengan berlalunya kurun demi kurun, secara “kebetulan” ia menjadi dinding.”

    Orang itu bertanya lagi,”Permadani itu dari apa?” Temannya menjawab,”Permadani itu berasal dari bulu-bulu domba yang berterbangan. Kemudian satu sama lain saling menyatu dan dikenai zat pewarna lalu tercelup dan memadu, sehingga terjadilah permadani.” Orang itu bertanya lagi, ”Sedang jam itu?” Temannya menjawab,”Besi yang sudah dimakan karat, akibat pengaruh udara terpotong-potong bulat dan bersatu. Kemudian dengan berlalunya  masa demi masa sehingga menjadi bentuk seperti itu.” Pastilah anda akan mengatakan orang yang seperti itu adalah orang gilaa??

    Benarkah “kebetulan” yang menjadikan 9000 kelenjar ludah pada lidah, yang kesemuanya siap untuk dipakai sebagai perasa. Dan didalam telinga terdapat 100.000 sel pendengaran. Pada setiap mata terdapat 130 juta sel yang kesemuanya siap untuk menerima cahaya. Bumi beserta keajaiban-keajaiban dan rahasia-rahasia yang ada didalamnya, lapisan udara yang mengelilinginya, makhluk-makhluk hidup yang dikandungnya, ada yang tak dapat dilihat dan ditangkap. Bentuk-bentuk ajaib dari atom es yang gugur, diciptakan oleh-Nya dengan sangat detil dan keindahan yang ada didalamnya tidak dapat tersingkap oleh kita melainkan beberapa waktu belakangan ini.

    Matahari yang jaraknya dari kita lebih dari 100 juta km akan tetapi bila jauhnya diukur dengan tahun cahaya maka jarak matahari dari kita mencapai delapan detik. Lalu bagaimana pula dengan jarak bintang-bintang yang cahayanya baru sampai kepada kita dalam satu juta tahun cahaya—satu tahun cahaya sama dengan 100.000 milyar km—maka berapa km kah jaraknya kalau satu juta tahun cahaya?

    Masih banyak lagi bintang-bintang yang belum terjangkau oleh ilmu falak melainkan hanya berupa gumpalan yang bersinar, padanya terdapat planet-planet yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali Allah subhanahu wa ta'ala saja. Bintang-bintang ini—yang besarnya tidak dapat digambarkan oleh  akal manusia—berjalan dengan kecepatan (laju) yang sangat tinggi, suatu kecepatan yang melebihi batas-batas angka. Bagaimanakah bisa tidak terjadi tabrakan antara satu dengan yang lainnya?

    Ada seorang ahli falak yang mengatakan bahwa kemungkinan terjadinya  pelanggaran antara sesama bintang-bintang itu sama seperti kemungkinan terjadinya pelanggaran enam ekor lebah yang dilepas di atmosfir bumi.  Luasnya atmosfir bumi bagi enam ekor lebah sama halnya dengan luasnya ruang angkasa raya bagi bintang-bintang yang tak terhitung dan tak terhingga itu.

    Atom yang tidak terlihat, melainkan dengan kaca pembesar elektronik. Atom yang dahulu disebut oleh saintis dan para filosof kuno dengan “bagian yang tak bisa dipecah-pecah lagi.” Atom, yang menurut ahli sains, jika 40 juta atom dibariskan secara berderet panjangnya baru mencapai 1 cm, ditengahnya terdapat ruang yang mempunyai inti sementara disekitarnya beredar partikel-partikel halus sama seperti peredaran bintang-bintang di angkasa. Inti pada satu atom ibarat sebutir biji gandum bagi istana yang luas. Bobot dari inti-inti atom itu lebih dari berat 1800 elektron ini.

    Maka apakah itu semuanya merupakan hasil atau akibat dari “kebetulan”?! Sesungguhnya itu semua menunjukkan bahwa ada yang menciptakan dan mengaturnya yang tidak lain adalah Allah subhanahu wa ta'ala. Dial ah yang bertindak terhadap alam sebagaimana tindakan seorang pemilik yang bebas terhadap barang yang dimiilikinya.

    Allah lah yang mengetahui berapa helai daun pada setiap pohon, bentuk tiap-tiap darunnya, letaknya dan berapa banyak “bakteri” di dunia ini. Berapa panjang, lebar dan bagian-bagian yang terdiri dari padanya, electron-elektron yang terdapat didalam atom baik yang diam maupun yang bergerak, berapa jumlahnya, tabrakan yang terjadi padanya, sifat-sifatnya, bergerak atau diam, perkembangan atau peralihan. Semua itu tercatat di sisi-Nya dalam sebuah “kitab” (Lauh Mahfuzh).

    Alam ini keseluruhannya, Dia-lah Tuhannya, Dia-lah yang menjadikan dan memeliharanya. Dia-lah yang merubah satu hal kepada hal yang lain. Dia-lah yang menjadikan setiap atom daripadanya agar membuat manusia yang berakal untuk berfikir dan mencarinya. Dan apabila seseorang telah mengakui bahwa Allah itu ada dan Dialah. Tuhan seluruh alam dan Dialah pemilik kerajaan maka janganlah dia menyembah selain-Nya dalam bentuk ibadah apa pun. (Definisi Umum Tentang Aqidah Islamiyah hal 87 - 100)

    Islam adalah agama Allah yang mengakui keesaan-Nya dan tidak mengakui ketuhanan yang banyak. Hal itu bisa dilihat dengan berbagai keteraturan yang ada di alam ini sebagai penjelasan diatas tentunya hal yang  mustahil apabila keteraturan itu dilakukan oleh lebih dari satu pencipta. Dan jika hal ini terjadi maka pastilah alam ini akan hancur lebur, sebagaimana firman-Nya :

    أَمِ اتَّخَذُوا آلِهَةً مِّنَ الْأَرْضِ هُمْ
    يُنشِرُونَ ﴿21﴾
    لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ
    اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ ﴿22﴾

    Artinya : “Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiya : 21 – 22)
    Seperti halnya tidak mungkin didalam satu kendaraan yang bergerak terdapat dua orang supir dan jika hal itu terjadi pastilah kendaraan itu akan mengalami kecelakaan atau seperti juga sekelompok tentara yang  dikomandoi oleh lebih dari satu pemimpin ?! atau sebuah sekolah yang dipimpin oleh dua atau lebih kepala sekolah?! Dengan sarana obyektif apa pun seseorang melihat islam maka ia akan mendapatkan kebenarannya didalamnya baik dengan dalil fitrah, naqli maupun aqli (akal) dan dari sisi mana pun seseorang memandangnya maka ia akan mendapatkan bahwa islam adalah agama yang sempurna baik dari sisi ideologi, social, ekonomi, politik, hukum ataupun yang lainnya. Firman Allah subhanahu wa ta'ala :

    الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
    عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

    Artinya : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Maidah : 3)

    Wallahu A’lam

    0komentar :

    Posting Komentar

    top