Firman Allah: "Peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian, masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya." (Al-Baqarah: 281).
Sesungguhnya kebahagiaan seorang hamba terletak pada kembalinya dirinya kepada Allah, istiqomah dalam syariat dan agama selama hidupnya. Di samping itu, ia juga menerima Allah dengan ikhlas dan beribadah dengan benar. Ia juga tidak lebih mementangkan dunia daripada akhirat. Mereka inilah orang yang saleh dan bertakwa. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya, "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan salat, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (pada hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang." (An-Nur: 37).
Mereka inilah orang-orang yang saleh yang meskipun sibuk dalam jual beli dan mencari penghidupan dunia, ia tetap ingat kepada Allah, beribadah, dan takut kepada-Nya. Inilah keadaan orang mukmin yang sebenarnya. Yaitu, memanfaatkan semua waktu dan usianya untuk beramal saleh dan mengharapkan keridaan Allah. Ia tidak memburu dunia, karena tahu dunia itu adalah hanya sarana untuk meraih kehidupan selanjutnya, kehidupan yang abadi dan kekal: kehidupan akhirat. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Ketahuilah, bahwasanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian dia menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan, kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid: 20).
Dalam hadis yang diriwayatkan Abi Said al-Khudri, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya dunia ini manis berwarna hijau, dan Allah menempatkan kalian di dalamnya, maka Ia akan melihat bagaimana kalian berbuat, karena itu takutlah terhadap dunia dan takutlah terhadap wanita." (HR Muslim).
Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam. melewati bangkai kambing yang telah dilempar pemiliknya, lalu beliau bersabda, "Demi jiwaku yang ada di tangannya, dunia benar-benar lebih hina di sisi Allah dari bangkai ini atas pemiliknya." (Musnad Ahmad: 1/329)
Alquran dan hadis telah memberikan gambaran yang jelas tentang hakikat dunia. Karena itu, hendaklah seorang muslim menerima Allah dan senantiasa meletakkan dirinya dalam kebaikan dan ketakwaan, menjauhi syahwat, dan tidak tertipu dengan dunia. Cinta dunia hanya akan membawa kita kepada panjang angan-angan, hati yang kotor, dan perbuatan yang buruk.
Bila cinta dunia telah meresap pada diri seseorang, ia akan melupakan Allah. Dan, bila seseorang telah melupakan Allah, Dia akan melupakannya. Dalam sebuah atsar disebutkan, "Cinta dunia pangkal segala kesalahan."
Sebagian ulama mengatakan, "Barang siapa yang mencintai dirham dan dinar, maka bersiaplah untuk hina."
Tatkala Imam Hasan Bashri rhm. melihat sebagian penduduk pada masanya yang tenggelam dalam dunia dan lalai terhadap akhirat, ia berkata, "Apakah mereka beriman dengan hari hisab? Sekali-kali tidak, mereka mendustakan demi pemilik hari pembalasan."
Di antara fenomena yang menunjukkan bahwa seseorang telah jatuh pada cinta dunia adalah keinginannya kepada jabatan, kedudukan, dan popularitas. Ia juga mengumpulkan harta dan menumpuknya, meskipun untuk mendapatkan itu semua, ia harus menempuh yang syubhat, bahkan haram.
Dalam hadisT, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Demi jiwa Muhammad yang ada di tangan-Nya, seorang hamba yang melemparkan sesuap keharaman ke dalam mulutnya, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari. Dan, seorang hamba mana pun yang dagingnya tumbuh dari yang haram, maka api nerara lebih berhak." (HR Thabrani dan lainnya).
Bila kita amati kondisi sebagian kaum muslimin dewasa ini, kita jumpai sebagian mereka terjerumus kepada cinta dunia dan mengikuti hawa nafsu, nafsu ammarah bissu dan fakhsya" (nafsu yang sangat menyuruh kepada kejelekan dan kekejian). Hal itu kemudian mengakibatkan mereka minum-minuman yang memabukkan, melakukan kemungkaran dan kekejian. Dan, hal ini mendapat dukungan dari media massa, baik cetak maupun elektronik. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Maka, datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan meperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (Maryam: 59).
Penyakit inilah yang menjadikan kaum muslimin lemah dan hina, berselisih dan berpecah belah. Ia dikuasai musuh-musuhnya, kekayaannya dirampas, dan negaranya dikuasai. Ini semua karena mereka menerima dunia, lalai dari akhirat, dan meninggalkan jihad. Rasululah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Apabila kalian telah berjual beli dengan "inah, mengikuti ekor sapi, rida dengan pertanian dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menguasakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan lenyap sampai kalian kembali kepada din kalian." (HR Abu Daud dan lainnya).
Karena itu, marilah kita senantiasa waspada untuk tidak terjerumus dan tertipu dengan kehidupan dunia. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." (Faathir: 5--6).
Sesungguhnya kebahagiaan seorang hamba terletak pada kembalinya dirinya kepada Allah, istiqomah dalam syariat dan agama selama hidupnya. Di samping itu, ia juga menerima Allah dengan ikhlas dan beribadah dengan benar. Ia juga tidak lebih mementangkan dunia daripada akhirat. Mereka inilah orang yang saleh dan bertakwa. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya, "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan salat, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (pada hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang." (An-Nur: 37).
Mereka inilah orang-orang yang saleh yang meskipun sibuk dalam jual beli dan mencari penghidupan dunia, ia tetap ingat kepada Allah, beribadah, dan takut kepada-Nya. Inilah keadaan orang mukmin yang sebenarnya. Yaitu, memanfaatkan semua waktu dan usianya untuk beramal saleh dan mengharapkan keridaan Allah. Ia tidak memburu dunia, karena tahu dunia itu adalah hanya sarana untuk meraih kehidupan selanjutnya, kehidupan yang abadi dan kekal: kehidupan akhirat. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Ketahuilah, bahwasanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian dia menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan, kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid: 20).
Dalam hadis yang diriwayatkan Abi Said al-Khudri, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya dunia ini manis berwarna hijau, dan Allah menempatkan kalian di dalamnya, maka Ia akan melihat bagaimana kalian berbuat, karena itu takutlah terhadap dunia dan takutlah terhadap wanita." (HR Muslim).
Imam Ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam. melewati bangkai kambing yang telah dilempar pemiliknya, lalu beliau bersabda, "Demi jiwaku yang ada di tangannya, dunia benar-benar lebih hina di sisi Allah dari bangkai ini atas pemiliknya." (Musnad Ahmad: 1/329)
Alquran dan hadis telah memberikan gambaran yang jelas tentang hakikat dunia. Karena itu, hendaklah seorang muslim menerima Allah dan senantiasa meletakkan dirinya dalam kebaikan dan ketakwaan, menjauhi syahwat, dan tidak tertipu dengan dunia. Cinta dunia hanya akan membawa kita kepada panjang angan-angan, hati yang kotor, dan perbuatan yang buruk.
Bila cinta dunia telah meresap pada diri seseorang, ia akan melupakan Allah. Dan, bila seseorang telah melupakan Allah, Dia akan melupakannya. Dalam sebuah atsar disebutkan, "Cinta dunia pangkal segala kesalahan."
Sebagian ulama mengatakan, "Barang siapa yang mencintai dirham dan dinar, maka bersiaplah untuk hina."
Tatkala Imam Hasan Bashri rhm. melihat sebagian penduduk pada masanya yang tenggelam dalam dunia dan lalai terhadap akhirat, ia berkata, "Apakah mereka beriman dengan hari hisab? Sekali-kali tidak, mereka mendustakan demi pemilik hari pembalasan."
Di antara fenomena yang menunjukkan bahwa seseorang telah jatuh pada cinta dunia adalah keinginannya kepada jabatan, kedudukan, dan popularitas. Ia juga mengumpulkan harta dan menumpuknya, meskipun untuk mendapatkan itu semua, ia harus menempuh yang syubhat, bahkan haram.
Dalam hadisT, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Demi jiwa Muhammad yang ada di tangan-Nya, seorang hamba yang melemparkan sesuap keharaman ke dalam mulutnya, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari. Dan, seorang hamba mana pun yang dagingnya tumbuh dari yang haram, maka api nerara lebih berhak." (HR Thabrani dan lainnya).
Bila kita amati kondisi sebagian kaum muslimin dewasa ini, kita jumpai sebagian mereka terjerumus kepada cinta dunia dan mengikuti hawa nafsu, nafsu ammarah bissu dan fakhsya" (nafsu yang sangat menyuruh kepada kejelekan dan kekejian). Hal itu kemudian mengakibatkan mereka minum-minuman yang memabukkan, melakukan kemungkaran dan kekejian. Dan, hal ini mendapat dukungan dari media massa, baik cetak maupun elektronik. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Maka, datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan meperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (Maryam: 59).
Penyakit inilah yang menjadikan kaum muslimin lemah dan hina, berselisih dan berpecah belah. Ia dikuasai musuh-musuhnya, kekayaannya dirampas, dan negaranya dikuasai. Ini semua karena mereka menerima dunia, lalai dari akhirat, dan meninggalkan jihad. Rasululah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Apabila kalian telah berjual beli dengan "inah, mengikuti ekor sapi, rida dengan pertanian dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menguasakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan lenyap sampai kalian kembali kepada din kalian." (HR Abu Daud dan lainnya).
Karena itu, marilah kita senantiasa waspada untuk tidak terjerumus dan tertipu dengan kehidupan dunia. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." (Faathir: 5--6).
Wallahu a"lam bish-shawab.
Semoga bermanfaat untuk semua pembaca.
Semoga bermanfaat untuk semua pembaca.
0komentar :
Posting Komentar