Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta ”
Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu surga sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan yang berarti
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal ”
Ayat yang kedua dalam surah Al-Ankabut ini menjelaskan kepada orang-orang yang beriman tentang adanya suatu bentuk ujian kepada mereka dan tidak cukup bagi mereka dengan hanya beriman dengan tutur kata tetapi di sana mestilah ada suatu ujian yang dapat menguji sejauh mana keimanan mereka kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Allah subhanahu wa ta'ala tidak menjadikan manusia ini dalam rupa, bentuk dan tingkah laku yang yang sama tetapi ada perbezaan antara satu sama lain. Ada yang dilahirkan tidak cukup sifatnya, ada yang sempurna sifatnya dan ada yang baik serta buruknya tingkahlakunya. Di sini ada hikmahnya bagi orang yang berakal iaitu supaya manusia bersyukur dengan apa yang dikurniakan kepada mereka. Allah tidak melihat kepada rupa bentuk seseorang itu, tetapi apa yang dilihat adalah kepada perbuatan dan amalan sebagaimana yang tersebut di dalam hadis.
Jika redha seseorang hamba itu terhadap sesuatu ujian yang ditimpakan ke atasnya, maka luluslah dengan ujian tersebut berserta ganjaran yang dijanjikan, tapi barangsiapa yang tidak redha dan mempersoalkan ujian yang ditimpakan, nauzubillah min zalik, azab siksa ke atas mereka. Ada yang diuji dengan ujian fizikal sepertimana saudara kita di Palestina dan ada juga diuji dengan penyakit hati dan jiwa. Cuma ingatlah bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan semata-mata atau sementara, mati di dunia dengan penderitaan hanyalah ujian tetapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi.
Jadi, apakah kita sudah diuji? Siap sediakanlah diri kita dengan iman. Semoga kita mendapat rahmat dariNya..InsyaAllah
Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu surga sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan yang berarti
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal ”
Ayat yang kedua dalam surah Al-Ankabut ini menjelaskan kepada orang-orang yang beriman tentang adanya suatu bentuk ujian kepada mereka dan tidak cukup bagi mereka dengan hanya beriman dengan tutur kata tetapi di sana mestilah ada suatu ujian yang dapat menguji sejauh mana keimanan mereka kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Allah subhanahu wa ta'ala tidak menjadikan manusia ini dalam rupa, bentuk dan tingkah laku yang yang sama tetapi ada perbezaan antara satu sama lain. Ada yang dilahirkan tidak cukup sifatnya, ada yang sempurna sifatnya dan ada yang baik serta buruknya tingkahlakunya. Di sini ada hikmahnya bagi orang yang berakal iaitu supaya manusia bersyukur dengan apa yang dikurniakan kepada mereka. Allah tidak melihat kepada rupa bentuk seseorang itu, tetapi apa yang dilihat adalah kepada perbuatan dan amalan sebagaimana yang tersebut di dalam hadis.
Jika redha seseorang hamba itu terhadap sesuatu ujian yang ditimpakan ke atasnya, maka luluslah dengan ujian tersebut berserta ganjaran yang dijanjikan, tapi barangsiapa yang tidak redha dan mempersoalkan ujian yang ditimpakan, nauzubillah min zalik, azab siksa ke atas mereka. Ada yang diuji dengan ujian fizikal sepertimana saudara kita di Palestina dan ada juga diuji dengan penyakit hati dan jiwa. Cuma ingatlah bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan semata-mata atau sementara, mati di dunia dengan penderitaan hanyalah ujian tetapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi.
Jadi, apakah kita sudah diuji? Siap sediakanlah diri kita dengan iman. Semoga kita mendapat rahmat dariNya..InsyaAllah
Bagaimana Menyikapinya
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menggolongkan kita menjadi orang pemberani dalam mengarungi hidup ini. Berani menghadapi tantangan, berani menghadapi ujian. Berani menghadapi masalah seberat dan sepelik apa pun. Karena sesungguhnya sudah dapat dipastikan bahwa hidup ini adalah perpindahan dari satu persoalan kepada persoalan lain. Hidup ini adalah perpindahan satu masalah kepada masalah yang lain. Perpindahan dari satu ujian ke ujian lain. Tidak ada pilihan bagi kita dalam hidup kecuali mengarunginya untuk sampai kepada tujuan yang dituju.
Saudaraku, mendengar kata "ujian" kadang kala menjadi suatu kata yang tidak menyenangkan bagi sebagian orang. "Ujian, ulangan, tes", seakan ini menjadi beban dan menjadi sesuatu yang menyusahkan. Apalagi kalau mendengar akan datang suatu ketika "ujian dari Allah". Tiba-tiba kita menjadi gentar dan takut!!! Seakan ujian itu menjadi sesuatu yang berat yang menimpa dan menghimpit kita, bahkan menyengsarakan kita.
Memang benar bagi orang yang tidak mengetahui ilmunya, tidak paham caranya menyelesaikan ujian. Akan tetapi berapa banyak orang yang menjadi bahagia dan mulia dengan ujian. Berapa banyak orang yang sangat menikmati ujian. Karena mereka sudah mempersiapkan diri dengan datangnya ujian. Jadi selayaknyalah "ujian" bukan lagi kata yang aneh yang harus kita takuti. Karena dengan diuji akan tampak mutu dan kualitas diri kita.
Justru ujian itu penting. Mengapa? Karena ujian itu akan membuat sesuatu menjadi terukur. Kita akan tahu siapa diri kita ketika menghadapi ujian. Kita juga akan tahu kemampuan kita yang sebenarnya ketika diuji. Kualiatas suatu barang pun akan diketahui ketika barang tersebut telah diuji. Halal atau haram akan diketahui ketika diuji. Jadi bagaimana mungkin kita mengarungi hidup dengan tanpa tahu siapa diri kita? Bagaimana mungkin kita bisa mengubah sesuatu tanpa mengetahui apa yang harus diubah.
Saudaraku, ujian itu penting. Kita perlu diuji agar tahu siapakah diri kita yang sesungguhnya. Kemampuan apakah yang sudah kita miliki. Ilmu yang sudah dipelajari hanya akan diketahui setelah melalui ujian. Belajar setiap hari di sekolah, mengerjakan tugas dari guru, lantas kapan diketahui kemampuannya? Yaitu ketika mengikuti tes atau ujian. Setelah itu baru diketahui apakah bisa mengerjakan atau tidak. Kita menghafal Alquran, kapan diketahui hafalannya benar? Ketika diuji. Jadi kita tidak bisa hidup dengan membohongi diri dengan merasa tahu, padahal sesungguhnya kita tidak tahu. Kita merasa sudah bisa akan tetapi sebenarnya tidak bisa. Itulah sebabnya di sekolah, di kampus kita pasti menghadapi yang namanya ujian. Boleh jadi soalnya sama namun hasil nilainya berbeda. Ada yang mendapat nilai bagus sehingga rangking satu, namun ada pula yang tidak naik kelas.
Dengan soal ujian yang sama ada yang bahagia ada juga yang berlinang air mata. Bagi mereka yang malas belajar pasti gentar menghadapi ujian. Takut tidak bisa mengerjakan soal, takut mendapat nilai jeblok. Akan tetapi tidak demikian orang yang memiliki cita-cita tinggi. Mereka sungguh-sungguh mengikuti pelajaran, begitu gigih belajar dan berlatih tiada mengenal putus asa. Dengan demikian, sebenarnya bukan ujiannya yang menjadi masalah, tetapi bagaimana sikap dan kesiapan kita menghadapi ujian.
Begitupun dalam hidup ini, ujian akan dinikmati bagi orang yang cita-citanya tinggi dan selalu belajar, berlatih setiap hari. Nah, mulai sekarang kita harus mengakrabkan diri kita dengan yang namanya ujian. Agar kita selalu bersemangat untuk belajar dan berlatih menempa diri.
Begitu pula diuji oleh Allah subhanahu wa ta'ala, kita akan takut diuji oleh Allah karena kita sangat takut kehilangan dunia ini. Tetapi kalau kita sadar bahwa semakin diuji maka akan semakin naik derajat di sisi Allah. Bagi yang merindukan derajat yang tinggi di sisi Allah, maka saat ujian datang adalah saat yang dinantikan karena akan ada kenaikan tingkat. Tidak mungkin Allah menguji hamba-Nya dengan sesuatu yang tidak sanggup memikulnya. Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya.
Tidak ada yang harus kita takuti. Orang yang gentar adalah orang yang terlalu cinta dunia sehingga takut kehilangan kenyamanan, takut kehilangan kedudukan, takut kahilangan pujian makhluk, takut kehilangan penghargaan. Inilah yang membuat gentar, takut mendapatkan ujian dari Allah subhanahu wa ta'ala. Padahal tidaklah Allah subhanahu wa ta'ala menguji hamba-Nya kecuali untuk kebaikan dirinya. Seseorang tidak dikatakan beriman dengan baik sebelum diuji.
Saudaraku, jika ingin bisa menikmati ujian maka salah satu kuncinya harus mempunyai cita-cita yang tinggi dalam pandangan Allah subhanahu wa ta'ala . Bila cita-citanya rendah maka akan gentar menghadapi ujian hidup. Bagi orang yang cita-citanya kedudukan di sisi Allah tidak akan risau menghadapi ujian hidup ini.
Sesungguhnya cinta dari makhluk kepada kita bukan karena usaha kita meraih cinta mereka. Kita dicintai orang lain andai kata kita dicintai Allah subhanahu wa ta'ala. Maka kita berbuat jangan memburu cinta manusia, jangan memburu cinta makhluk, melainkan memburu cinta Allah. Jikalau Allah mencintai kita, niscaya Allah akan menggerakkan hati manusia untuk mencintai kita. Sayangnya kita lebih sibuk mencari cinta manusia daripada sibuk memburu cinta Allah subhanahu wa ta'ala. Dan itulah yang membuat kita sangat takut menghadapi hidup ini. Barang siapa yang mencintai keluarga, harta dan apa pun yang melampaui cintanya kepada Allah, itulah yang membuat dia gentar, takut kehilangan segalanya. Tetapi bagi pecinta Allah, dia berjuang siang malam melakukan apa pun yang disukai Allah maka Allah yang akan menjamin kehidupannya.
Saudaraku, orang paling menikmati ujian adalah orang yang paling mempersipkan diri. Dia sadar dan mengukur diri bahwa akan datang baginya saat ujian datang. Bersiaplah dengan ilmu. Ketika datang saat saat ujian dari Allah, hati, pikiran dan lisan berucap dengan tulus "Innalillahi wainna ilaihi rajiun." Sesungguhnya kami semua hanya milik Allah dan kami semua kembali kepada Allah. Sesunguhnya kami adalah milik Allah, semua ada dalam kekuasaan Allah dan kembali hanya kepada Allah. Apabila ditimpa musibah kemudian ridha dengan ketentuan Allah maka Allah ridha kepadanya. Oleh kareba itu, siapkan dari awal bahwa kita pasti mengalami saat -saat sulit, saat ujian. Ini wajar, tidak aneh dan sudah sering kita menjalani.
Setelah persiapan matang kita pun harus melatih diri. Seperti halnya ketika kita ulangan di sekolah, semakin banyak berlatih dengan soal-soal latihan, kita semakin terlatih sehingga tidak gentar menghadapi ujian bahkan ditunggu karena dia yakin setelah ujian dia akan naik kelas. Dalam kehidupan sehari-hari, jadikan kejadian sekecil apa pun sebagai latihan. Kita dihina, difitnah, ditipu, ditertawakan jadikan sebagai latihan. Saat di jalan raya berlatih, di kantor berlatih, di rumah berlatih, di mana pun kita berada jadikan sebagai sarana latihan. Setiap waktu kita tingkatkan kualitas diri kita agar kapan pun ujian datang kita sudah berusaha mempersiapkannya. Wallahu a'lam.
Saudaraku, mendengar kata "ujian" kadang kala menjadi suatu kata yang tidak menyenangkan bagi sebagian orang. "Ujian, ulangan, tes", seakan ini menjadi beban dan menjadi sesuatu yang menyusahkan. Apalagi kalau mendengar akan datang suatu ketika "ujian dari Allah". Tiba-tiba kita menjadi gentar dan takut!!! Seakan ujian itu menjadi sesuatu yang berat yang menimpa dan menghimpit kita, bahkan menyengsarakan kita.
Memang benar bagi orang yang tidak mengetahui ilmunya, tidak paham caranya menyelesaikan ujian. Akan tetapi berapa banyak orang yang menjadi bahagia dan mulia dengan ujian. Berapa banyak orang yang sangat menikmati ujian. Karena mereka sudah mempersiapkan diri dengan datangnya ujian. Jadi selayaknyalah "ujian" bukan lagi kata yang aneh yang harus kita takuti. Karena dengan diuji akan tampak mutu dan kualitas diri kita.
Justru ujian itu penting. Mengapa? Karena ujian itu akan membuat sesuatu menjadi terukur. Kita akan tahu siapa diri kita ketika menghadapi ujian. Kita juga akan tahu kemampuan kita yang sebenarnya ketika diuji. Kualiatas suatu barang pun akan diketahui ketika barang tersebut telah diuji. Halal atau haram akan diketahui ketika diuji. Jadi bagaimana mungkin kita mengarungi hidup dengan tanpa tahu siapa diri kita? Bagaimana mungkin kita bisa mengubah sesuatu tanpa mengetahui apa yang harus diubah.
Saudaraku, ujian itu penting. Kita perlu diuji agar tahu siapakah diri kita yang sesungguhnya. Kemampuan apakah yang sudah kita miliki. Ilmu yang sudah dipelajari hanya akan diketahui setelah melalui ujian. Belajar setiap hari di sekolah, mengerjakan tugas dari guru, lantas kapan diketahui kemampuannya? Yaitu ketika mengikuti tes atau ujian. Setelah itu baru diketahui apakah bisa mengerjakan atau tidak. Kita menghafal Alquran, kapan diketahui hafalannya benar? Ketika diuji. Jadi kita tidak bisa hidup dengan membohongi diri dengan merasa tahu, padahal sesungguhnya kita tidak tahu. Kita merasa sudah bisa akan tetapi sebenarnya tidak bisa. Itulah sebabnya di sekolah, di kampus kita pasti menghadapi yang namanya ujian. Boleh jadi soalnya sama namun hasil nilainya berbeda. Ada yang mendapat nilai bagus sehingga rangking satu, namun ada pula yang tidak naik kelas.
Dengan soal ujian yang sama ada yang bahagia ada juga yang berlinang air mata. Bagi mereka yang malas belajar pasti gentar menghadapi ujian. Takut tidak bisa mengerjakan soal, takut mendapat nilai jeblok. Akan tetapi tidak demikian orang yang memiliki cita-cita tinggi. Mereka sungguh-sungguh mengikuti pelajaran, begitu gigih belajar dan berlatih tiada mengenal putus asa. Dengan demikian, sebenarnya bukan ujiannya yang menjadi masalah, tetapi bagaimana sikap dan kesiapan kita menghadapi ujian.
Begitupun dalam hidup ini, ujian akan dinikmati bagi orang yang cita-citanya tinggi dan selalu belajar, berlatih setiap hari. Nah, mulai sekarang kita harus mengakrabkan diri kita dengan yang namanya ujian. Agar kita selalu bersemangat untuk belajar dan berlatih menempa diri.
Begitu pula diuji oleh Allah subhanahu wa ta'ala, kita akan takut diuji oleh Allah karena kita sangat takut kehilangan dunia ini. Tetapi kalau kita sadar bahwa semakin diuji maka akan semakin naik derajat di sisi Allah. Bagi yang merindukan derajat yang tinggi di sisi Allah, maka saat ujian datang adalah saat yang dinantikan karena akan ada kenaikan tingkat. Tidak mungkin Allah menguji hamba-Nya dengan sesuatu yang tidak sanggup memikulnya. Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya.
Tidak ada yang harus kita takuti. Orang yang gentar adalah orang yang terlalu cinta dunia sehingga takut kehilangan kenyamanan, takut kehilangan kedudukan, takut kahilangan pujian makhluk, takut kehilangan penghargaan. Inilah yang membuat gentar, takut mendapatkan ujian dari Allah subhanahu wa ta'ala. Padahal tidaklah Allah subhanahu wa ta'ala menguji hamba-Nya kecuali untuk kebaikan dirinya. Seseorang tidak dikatakan beriman dengan baik sebelum diuji.
Saudaraku, jika ingin bisa menikmati ujian maka salah satu kuncinya harus mempunyai cita-cita yang tinggi dalam pandangan Allah subhanahu wa ta'ala . Bila cita-citanya rendah maka akan gentar menghadapi ujian hidup. Bagi orang yang cita-citanya kedudukan di sisi Allah tidak akan risau menghadapi ujian hidup ini.
Sesungguhnya cinta dari makhluk kepada kita bukan karena usaha kita meraih cinta mereka. Kita dicintai orang lain andai kata kita dicintai Allah subhanahu wa ta'ala. Maka kita berbuat jangan memburu cinta manusia, jangan memburu cinta makhluk, melainkan memburu cinta Allah. Jikalau Allah mencintai kita, niscaya Allah akan menggerakkan hati manusia untuk mencintai kita. Sayangnya kita lebih sibuk mencari cinta manusia daripada sibuk memburu cinta Allah subhanahu wa ta'ala. Dan itulah yang membuat kita sangat takut menghadapi hidup ini. Barang siapa yang mencintai keluarga, harta dan apa pun yang melampaui cintanya kepada Allah, itulah yang membuat dia gentar, takut kehilangan segalanya. Tetapi bagi pecinta Allah, dia berjuang siang malam melakukan apa pun yang disukai Allah maka Allah yang akan menjamin kehidupannya.
Saudaraku, orang paling menikmati ujian adalah orang yang paling mempersipkan diri. Dia sadar dan mengukur diri bahwa akan datang baginya saat ujian datang. Bersiaplah dengan ilmu. Ketika datang saat saat ujian dari Allah, hati, pikiran dan lisan berucap dengan tulus "Innalillahi wainna ilaihi rajiun." Sesungguhnya kami semua hanya milik Allah dan kami semua kembali kepada Allah. Sesunguhnya kami adalah milik Allah, semua ada dalam kekuasaan Allah dan kembali hanya kepada Allah. Apabila ditimpa musibah kemudian ridha dengan ketentuan Allah maka Allah ridha kepadanya. Oleh kareba itu, siapkan dari awal bahwa kita pasti mengalami saat -saat sulit, saat ujian. Ini wajar, tidak aneh dan sudah sering kita menjalani.
Setelah persiapan matang kita pun harus melatih diri. Seperti halnya ketika kita ulangan di sekolah, semakin banyak berlatih dengan soal-soal latihan, kita semakin terlatih sehingga tidak gentar menghadapi ujian bahkan ditunggu karena dia yakin setelah ujian dia akan naik kelas. Dalam kehidupan sehari-hari, jadikan kejadian sekecil apa pun sebagai latihan. Kita dihina, difitnah, ditipu, ditertawakan jadikan sebagai latihan. Saat di jalan raya berlatih, di kantor berlatih, di rumah berlatih, di mana pun kita berada jadikan sebagai sarana latihan. Setiap waktu kita tingkatkan kualitas diri kita agar kapan pun ujian datang kita sudah berusaha mempersiapkannya. Wallahu a'lam.
KH Abdullah Gymnastiar
0komentar :
Posting Komentar