Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Takut kepada Allah merupakan ibadah qalbiah (hati) yang sangat agung, dia tidaklah lahir kecuali dari hati seorang mukmin yang jujur keimanannya. Karenanya takut kepada Allah mempunyai kedudukan yang tinggi dan keutamaan yang besar dalam agama, di antaranya:
1. Tempat tinggalnya di akhirat adalah di dalam surga, bukan hanya satu surga akan tetapi dua surga. Sungguh tidak ada satupun ibadah yang pahalanya dua surga kecuali ibadah takut kepada Allah.
2. Orang-orang yang menangis karena takut kepada Allah merupakan orang-orang yang Allah akan lindungi dengan arsy-Nya dari panasnya matahari di padang mahsyar, sebagaimana Dia melindungi mereka dari panasnya api neraka di akhirat kelak.
Takut kepada Allah di sini bukan sebatas menangis atau gemetar ketika mendengarkan ayat-ayat tentang siksaan dan semacamnya. Akan tetapi takut kepada Allah yang bermanfaat adalah takut yang mengantarkan pelakunya untuk senantiasa berbuat ketaatan dan menjauhi semua bentuk maksiat. Adapun pengakuan takut kepada Allah akan tetapi tidak mengantarkannya untuk taat kepada Allah, maka sungguh itu bukanlah takut kepada Allah walaupun dia sampai menangis ketika berzikir kepada Allah, sebagaimana yang terjadi pada diri orang-orang Khawarij di masa Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu dan setelahnya.
Karena sangat urgennya ibadah yang satu ini, maka Imam Sulaiman Ad-Darani rahimahullah berkata, “Asal semua kebaikan adalah takut kepada Allah. Karenanya hati mana saja yang kosong dari takut kepada Allah maka itu adalah hati yang rusak.”
Takut di dalam Islam ada empat jenis:
1. Takut ibadah, yaitu takut kepada Allah yang mengantarkan dia untuk berbuat ketaatan dan menjauhi maksiat. Takut jenis ini adalah termasuk ibadah yang paling mulia sebagaimana yang dijelaskan di atas.
2. Takut sirr (rahasia/tersembunyi), yaitu takutnya seseorang kepada jin (termasuk di dalamnya penyihir dan dukun karena mereka memanfaatkan jin) atau orang yang telah meninggal bahwa mereka bisa menimpakan mudharat kepada dirinya. Takut jenis ini adalah syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, karena dia telah menyerahkan salah satu ibadah terbesar -yaitu takut- kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
3. Takut tabiat, seperti takutnya seseorang kepada binatang buas atau kepada orang yang lebih kuat daripada dirinya. Ini adalah takut yang mubah dan diizinkan oleh Allah, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyetujui perasaan Nabi Musa pada firman-Nya yang artinya, “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir.” (QS. Al-Qashash: 21)
4. Takut maksiat, adalah takut tabiat tapi melampaui batas hingga karena takut tersebut dia meninggalkan perintah atau melakukan larangan. Misalnya seseorang melaksanakan perintah orang tuanya yang sifatnya maksiat karena takut kepada mereka.
Penulis : Abu Muawiah
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Dan bagi siapa saja yang takut kepada kedudukan Rabbnya maka baginya dua surga.” (QS. Ar-Rahman: 46)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Dan adapun siapa yang takut kepada kedudukan Rabbnya dan menahan jiwanya dari hawa nafsu, maka sesungguhnya surga adalah tempat kembalinya.” (QS. An-Naziat: 40-41)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang Allah akan naungi pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya: (1)Imam yang adil, (2)pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, (3)seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, (4)dua orang yang saling mencintai karena Allah yang mereka berkumpul karena-Nya dan juga berpisah karena-Nya, (5)seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita bangsawan lagi cantik untuk berbuat mesum lalu dia menolak seraya berkata, “Aku takut kepada Allah,” (6)seorang yang bersedekah dengan diam-diam sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya, (7) dan seseorang yang berzikir/mengingat Allah dalam keadaan sendirian hingga dia menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 600 dan Muslim no. 1031)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka: Mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bergadang untuk berjaga di jalan Allah.” (HR. At-Tirmizi no. 1639)
Penjelasan ringkas:
Penjelasan ringkas:
Takut kepada Allah merupakan ibadah qalbiah (hati) yang sangat agung, dia tidaklah lahir kecuali dari hati seorang mukmin yang jujur keimanannya. Karenanya takut kepada Allah mempunyai kedudukan yang tinggi dan keutamaan yang besar dalam agama, di antaranya:
1. Tempat tinggalnya di akhirat adalah di dalam surga, bukan hanya satu surga akan tetapi dua surga. Sungguh tidak ada satupun ibadah yang pahalanya dua surga kecuali ibadah takut kepada Allah.
2. Orang-orang yang menangis karena takut kepada Allah merupakan orang-orang yang Allah akan lindungi dengan arsy-Nya dari panasnya matahari di padang mahsyar, sebagaimana Dia melindungi mereka dari panasnya api neraka di akhirat kelak.
Takut kepada Allah di sini bukan sebatas menangis atau gemetar ketika mendengarkan ayat-ayat tentang siksaan dan semacamnya. Akan tetapi takut kepada Allah yang bermanfaat adalah takut yang mengantarkan pelakunya untuk senantiasa berbuat ketaatan dan menjauhi semua bentuk maksiat. Adapun pengakuan takut kepada Allah akan tetapi tidak mengantarkannya untuk taat kepada Allah, maka sungguh itu bukanlah takut kepada Allah walaupun dia sampai menangis ketika berzikir kepada Allah, sebagaimana yang terjadi pada diri orang-orang Khawarij di masa Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu dan setelahnya.
Karena sangat urgennya ibadah yang satu ini, maka Imam Sulaiman Ad-Darani rahimahullah berkata, “Asal semua kebaikan adalah takut kepada Allah. Karenanya hati mana saja yang kosong dari takut kepada Allah maka itu adalah hati yang rusak.”
Takut di dalam Islam ada empat jenis:
1. Takut ibadah, yaitu takut kepada Allah yang mengantarkan dia untuk berbuat ketaatan dan menjauhi maksiat. Takut jenis ini adalah termasuk ibadah yang paling mulia sebagaimana yang dijelaskan di atas.
2. Takut sirr (rahasia/tersembunyi), yaitu takutnya seseorang kepada jin (termasuk di dalamnya penyihir dan dukun karena mereka memanfaatkan jin) atau orang yang telah meninggal bahwa mereka bisa menimpakan mudharat kepada dirinya. Takut jenis ini adalah syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam, karena dia telah menyerahkan salah satu ibadah terbesar -yaitu takut- kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
3. Takut tabiat, seperti takutnya seseorang kepada binatang buas atau kepada orang yang lebih kuat daripada dirinya. Ini adalah takut yang mubah dan diizinkan oleh Allah, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyetujui perasaan Nabi Musa pada firman-Nya yang artinya, “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir.” (QS. Al-Qashash: 21)
4. Takut maksiat, adalah takut tabiat tapi melampaui batas hingga karena takut tersebut dia meninggalkan perintah atau melakukan larangan. Misalnya seseorang melaksanakan perintah orang tuanya yang sifatnya maksiat karena takut kepada mereka.
0komentar :
Posting Komentar