Akhlak Mujahidin Suriah (Bagian 1)

Akhlak Mujahidin Suriah (1)

Syiah boleh menyebut mereka teroris. Bashar boleh melabel mereka sebagai pemberontak. Amerika menjatuhkan vonis musuh nomor 1 dunia bagi mereka. Tapi, bagi masyarakat Suriah, para mujahidin adalah pahlawan.

Geram dengan perkembangan mujahidin di Bumi Syam, Obama langsung menjatuhkan cap teroris kepada Jabhah Nushrah. Amerika bermaksud agar stigma terorisme ini melekat di hati rakyat Suriah.

Namun sapa nyana? Ketika cap itu diturunkan oleh Gedung Putih, puluhan ribu rakyat Suriah justru keluar dari rumahnya. Mereka  mengular memenuhi jalan-jalan. Tua dan muda semua menyatu di gang-gang kota. Dengan lantang mereka berkata,

“Jika kalian mencap Jabhah Nushrah sebagai teroris, maka saksikanlah ‘We All Are Terrorists.’”

Amerika marah bukan kepalang dengan aksi itu. Upaya yang mereka lakukan di Pakistan, Arab Saudi, –bahkan Indonesia– tidak laku “terjual” di Suriah. Pembusukan adalah cara ampuh bagi Amerika ketika perang gagal mereka menangkan.

Saat bertemu sejumlah pengungsi Suriah di Istanbul, saya sempat bertanya kepada mereka tentang bagaimana rakyat Suriah memandang Jabhah Nushrah.

“Mereka idola bagi kami,” ujar Abdullah, mahasiswa asal Damaskus. “Aksi-aksi mereka menginspirasi kami,” tambahnya.

Jabhah Nushrah bagi rakyat Suriah adalah mujahidin dengan ketinggian moral, kedalaman ilmu, dan kesantunan akhlaknya.

Dengan kelembutan hati, mereka bersama ulama di Mahkamah Syariah setia membimbing masyarakat untuk mencintai Islam.

Maklum, selama ini rezim telah merampas hak beribadah masyarakat. Mereka dilarang  shalat. Para ulama mereka ditangkap dan kemudian dibunuh. “Dan itu kami rasakan selama 40 tahun,” kata Abdullah Musthafa Rahal, Ketua Persatuan Ulama Idlib.

Bahkan suatu hal yang masih terus teringat dalam pikiran saya saat Jabhah Nushrah berhasil membebaskan sebuah daerah. Tiba-tiba sebuah faksi yang dekat dengan Barat mengklaim itu sebagai bentuk kerja mereka. Kelompok tersebut kemudian memvideokannya sebagai bukti mereka ikut berperang.

Salah seorang anggota Jabhah kemudian gusar dengan aksi itu dan ingin menegur kelompok tersebut. Namun sang komandan menahannya, seraya berkata.” Akhi, biarkan saja. Bagaimanapun mereka masih saudara kita, rakyat Suriah. Mari kita doakan, semoga Allah membukakan pintu hatinya.”

Hal yang semakin mengguncangkan Barat adalah kisah 13 biarawati saat ditawan oleh Jabhah Nushrah sejak Desember 2013. Para biarawati itu kemudian dibebaskan pada Maret 2014.

Jabhah Nushrah membebaskan para biarawati dalam kesepakatan pertukaran dengan pembebasan sejumlah Muslimah yang dipenjara oleh rezim Assad. Nasib mereka mengenaskan, sebagian besar mereka mengalami tindak kekerasan dan pemerkosaan.

Namun apa yang dialami para muslimah di penjara Rezim, berbeda 180 derajat dengan para biarawati yang ditawan Jabhah Nushrah.

Setelah dibebaskan, para biarawati ini kemudian memberikan kesaksian kepada wartawan di perbatasan Suriah dan Lebanon. Penuturan mereka sangat mengejutkan. Perwakilan biarawati menjelaskan bahwa sekitar 16 mujahidin menjaga mereka secara bergantian.

Para anggota Jabhah menyediakan makanan, minuman, air, pakaian dan keperluan sehari-hari para biarawati. Mujahidin tidak pernah membentak, memaki-maki maupun mengeluarkan kata-kata kasar.

“Mereka memperlakukan kami secara hormat, penuh kebaikan dan sopan santun yang tinggi. Mereka tidak pernah mengurangi sesuatu pun dari kami.”

Saat wartawan Al-Jadeed TV menanyakan apakah para biarawati mengalami pemukulan dan tindakan kekerasan lainnya, wakil dari para biarawati itu menjawab dengan panjang lebar.

“Demi Allah, mereka adalah orang-orang yang baik. Kami tidak mengalami kekerasan apapun. Mereka tidak pernah memukul kami atau melakukan tindakan kasar lainnya. Kami bersyukur kepada Allah.

Perlakukan mereka kepada kami baik dan bagus, sampai-sampai mereka menempatkan kami dalam satu bangunan penuh. Pintunya tidak dikunci. Kami bisa beristirahat sepenuhnya, ruangan yang luas, kami bebas beraktifitas dan beribadah, bahkan kami memelihara burung pipit. Kami bisa berdoa dengan tenang dan aman. Jabhah memperlakukan kami dengan baik.”

Sekarang saya baru sadar, mengapa puluhan ribu rakyat Suriah turun ke jalan-jalan saat Amerika menyebut Jabhah Nushrah sebagai teroris. [Bersambung]

Penulis adalah Wartawan JITU untuk Liputan Krisis Suriah dan  Redaktur Pelaksana Islampos.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar